003

609 113 7
                                    

"Aku mau ke toilet!"

Jooheon berjalan ke arah kamar mandi sedangkan Changkyun berpikir sebentar sebelum akhirnya menyusul ke kamar mandi.

"J-joo- YA! Apa yang kau sentuh, bodoh?!" Teriak Changkyun panik saat Jooheon memegang... ehem... kemaluannya.

"Aku ingin pipis! Sudah sana keluar!"

"Tapi tidak harus dipegang juga kan??"

"Kau berisik sekali! Bagaimana aku bisa buang air jika tidak dipegang?? Kau mau air seniku tercecer dimana-mana?? Sudah jangan dilihat!"

Changkyun menutup matanya, pasrah membiarkan Jooheon buang air kecil.

"Eh, ngomong-ngomong, ternyata milikmu kecil ya!"

"LEE JOOHEON!!"

***

"Hey, sudahlah. Aku kan sudah minta maaf." Bujuk Jooheon karena sedari tadi Changkyun merajuk.

"Ya, kau tidak mau bicara denganku??"

"Hiks..."

Jooheon tertegun saat tiba-tiba Changkyun terisak.

"Kau... aku bahkan tidak berani menatap cermin selama berganti pakaian. Aku... hiks... aku juga menutup mataku sampai aku jatuh tersandung... tapi kau... hiks..."

Jooheon menghela nafas pelan. "Iya iya, aku yang salah. Maafkan aku ya?" Jarang sekali Jooheon meminta maaf seperti ini.

"Eum..."

"Kau mau memaafkanku?"

Changkyun mengangguk pelan. "T-tapi... bolehkah aku minta satu hal?"

"Apa itu?"

"Itu..." changkyun menunjuk kakinya yang terdapat luka kecil akibat tersandung tadi pagi. "Bisakah kau mengobatinya?"

Jooheon mengangguk kemudian mengambil kotak obat yang disimpan di kamarnya itu dan mulai mengobati luka kecil di kaki Changkyun -kaki raganya-

"Kupikir kau akan meminta hal yang aneh-aneh."

Changkyun lantas menggeleng. "Aku... hanya ingin merasakan bagaimana jika luka ku diobati orang lain." Changkyun terkekeh miris dan menundukkan kepalanya. "Karena selama ini aku mengobati luka ku sendiri tanpa ada yang peduli."

Jooheon jadi merasa bersalah maka dari itu dia mengobati Changkyun dengan sangat telaten dan terakhir menempelkan sebuah plester bergambar tokoh kartun yang entah kenapa ada di dalam kotak obatnya.

"Sudah selesai."

Changkyun mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar. "Eum, terima kasih."

Meskipun raga yang dipakai Changkyun adalah raganya, tapi yang terbayang dipikiran Jooheon adalah wajah Changkyun yang tersenyum manis.

Dan entah kenapa sanggup membuat jantung seorang Lee Jooheon berdebar tidak karuan.

***

Keesokan harinya, semua pekerja di mansion keluarga Lee itu dibuat heran. Pasalnya tuan muda mereka tiba-tiba minta diantarkan ke sekolah oleh supirnya padahal biasanya tuan muda mereka akan membawa mobil sendiri.

"Hanya sedang tidak ingin." Jawab Changkyun ketika ditanya, padahal dirinya itu tidak bisa menyetir dan ia tidak mungkin mengambil resiko merusak mobil mahal milik orang lain.

"Ah, sekalian menjemput temanku juga ya."

Ini juga yang menjadi alasan Changkyun tidak mau berangkat sendiri, karena kemarin Jooheon yang menyuruhnya dan juga Jooheon meminta untuk dijemput saja.

Changkyun memberikan arahan kepada supir keluarga Lee itu untuk menuju ke halte yang dekat dari rumahnya dan benar saja, di sana Jooheon sudah menunggu dengan wajah tertekuk.

"Hai." Sapa Changkyun ketika Jooheon sudah masuk ke dalam mobil.

"Lama sekali! Kau tahu, ayah dan ibumu itu berisik! Semalam mereka bertengkar hebat, membuatku tidak bisa tidur nyenyak dan juga harus bangun pagi agar tidak bertemu mereka!" Sungut Jooheon. Beruntung bagian depan dan belakang mobil ini dibatasi partisi yang kedap suara jadi mereka tidak perlu takut supir keluarga Lee itu mendengar perbincangan mereka.

Changkyun tersenyum tidak enak. "Maafkan ayah dan ibuku ya."

Jooheon menghela nafas. "Kau ini... terlalu baik. Kau bahkan meminta maaf atas kesalahan yang sama sekali tidak kau lakukan."

Keduanya terdiam hingga akhirnya Jooheon membuka suaranya lagi. "Kau bawa ponselku?"

Changkyun mengangguk kemudian mengeluarkan ponsel keluaran terbaru yang harganya mungkin bisa membeli makanan untuk Changkyun selama 1 bulan.

"Bukalah." Suruh Jooheon.

"Eh? T-tapi..."

"Tidak apa buka saja. Ponsel itu hanya bisa dibuka dengan sidik jariku."

"B-bukan begitu... aku..." Changkyun menundukkan kepalanya. "Aku tidak tahu cara menggunakannya." Cicitnya malu. Tentu saja Changkyun tidak bisa, ponselnya bahkan belum memiliki fitur sidik jari dan ponselnya pun sekarang sudah rusak karena dilempar oleh ibunya beberapa waktu lalu.

Jooheon menghela nafas pelan, sedikit merasa kasihan pada sosok pemuda manis itu.

Ingatkan aku untuk membelikan ponsel untuknya...

"Ya sudah, akan kuajari. Sekarang letakkan ibu jarimu di layarnya."

"Seperti ini?" Changkyun meletakkan ibu jarinya pada bagian atas layar.

"Bukan." Jooheon kemudian menggengam tangan Changkyun, mengarahkan ibu jarinya ke bagian bawah layar. "Tapi disini."

Dan menyala lah layar ponsel itu membuat Changkyun terkagum.

"Woah~ ini sangat keren!"

Selagi Changkyun mengagumi ponsel milik Jooheon, si pemilik ponsel sendiri malah asyik menatap Changkyun kemudian tersenyum kecil.

Dia ini benar-benar unik...

***

Seluruh murid di sekolah menatap aneh ke arah Jooheon yang berjalan berdampingan dengan Changkyun.

Tentu saja aneh!

Jooheon dengan pakaian rapinya dan Changkyun dengan gaya urakannya.

Changkyun menundukkan kepalanya risih karena menjadi pusat perhatian sementara Jooheon berjalan dengan angkuhnya.

Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan.

annoying! (Jookyun)✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang