Jooheon menghela nafasnya entah untuk yang keberapa kali hari ini.
Semenjak dirinya sampai di mansion dan mengatakan bahwa lengannya terluka akibat pertengkaran kedua orang tua, Changkyun tidak berhenti menangis bahkan saat mengobati lengan Jooheon.
"Hiks... maafkan aku."
"Ini bukan salahmu. Ayolah! Jangan menangis terus."
"T-tapi... hiks... kau terluka karena orang tuaku."
"Iya ya sudah, permintaan maafmu kuterima. Sudah ya jangan menangis."
Barulah Changkyun menghentikan acara menangisnya dan menatap Jooheon dengan wajah sembabnya.
"Astaga! Aku tidak tahan!"
Jooheon beranjak mengambil handuk kecil kemudian membasahinya dan mengelapkannya pada wajah sembab raganya.
"Menggelikan melihat wajahku sendiri yang terlihat kacau karena menangis." Gerutunya sambil sibuk membersihkan wajahnya.
Changkyun sendiri hanya terkekeh pelan. "Sepertinya kau harus membiasakannya sampai nanti tubuh kita bertukar lagi karena sebenarnya aku ini cengeng sekali."
Memang kenyataannya seperti itu. Changkyun itu sebenarnya sangat mudah menangis. Hal sekecil apapun yang menurutnya menyedihkan mampu membuatnya menangis.
"Tapi kenapa kau tidak pernah menangis ketika aku mengganggumu?" Tanya Jooheon heran.
"Entahlah... Sebenarnya sudah sering sekali aku ingin menangis, tapi tidak bisa. Aku bahkan selalu bersembunyi di bilik toilet untuk menangis tapi tetap saja tidak bisa. Tapi aku akan menangis begitu aku sampai di kamarku." Jelas Changkyun diakhiri kekehan kecil. "Mungkin aku hanya tidak ingin terlihat lemah."
Jooheon menatap Changkyun dengan tatapan yang sulit di artikan. Jadi... selama ini Changkyun selalu bersembunyi di toilet setelah diganggu olehnya?
"Jooheon-ah..."
"Hmm?"
"Apakah sakit?"
Jooheon mengikuti arah pandang Changkyun yang ternyata menatap luka di lengannya. "Tidak juga. Aku terbiasa berkelahi jadi luka segini tidak ada apa-apanya bagiku."
"Kau tahu... Dulu waktu awal-awal ibu memukuliku dan melontarkan kata-kata yang menyakitkan, aku akan menangis di dalam kamar. Lukanya terasa sangat sakit, baik fisik maupun mental, semuanya terasa menyakitkan." Changkyun menatap kosong ke arah Jooheon. "Hingga akhirnya aku mulai terbiasa dan semuanya tidak sakit lagi."
Jooheon menatap Changkyun dalam. "Hey Changkyun."
"Ne?"
"Mulai sekarang, aku janji, aku akan melindungimu."
"Bagaimana caranya?"
"Ya... selama aku menggunakan ragamu, aku akan berusaha agar ragamu ini tidak terluka lagi."
"Dan juga..." Jooheon menatap Changkyun dengan serius. "Aku berjanji akan merubah hidupmu menjadi lebih baik."
***
"Euh??"
Changkyun terbangun saat ponselnya -ponsel milik Jooheon- berbunyi.
"M-mingyu??"
Changkyun menoleh dan mendapati Jooheon yang ternyata juga tertidur di sampingnya.
"J-jooheon... Mingyu menelpon."
Jooheon mengerjap kemudian mengambil ponselnya dari tangan Changkyun.
"Apa?"
"Ya, suaramu kenapa berubah??"
KAMU SEDANG MEMBACA
annoying! (Jookyun)✔✔
Fanfiction"kenapa kau selalu menggangguku??" "tidak ada alasan. aku hanya suka mengganggumu!" "hiks... aku sudah tidak tahan." "KYAAAA!! Kenapa wajahku berubah?!" "YA!! Apa yang kau sentuh, bodoh?!"