008

587 106 11
                                    

Gue gemes sendiri pas ngetik chap ini 🙃🙃🙃

























"Eung?"

Changkyun mengerjapkan matanya pelan dan sedikit terkejut saat melihat Jooheon sedang meletakkan nampan di atas nakas.

"Jam berapa ini?"

"Jam 8."

"O- apa?? Jam 8?? Kenapa kau tidak memba- ugh!"

Jooheon segera menghampiri Changkyun yang meringis memegangi kepalanya yang pening karena bangun secara tiba-tiba.

"Jam 3 subuh tadi demam mu tinggi sekali, makanya aku tidak membangunkanmu. Aku sudah minta tolong Mingyu untuk memberikan surat ijin kita." Jelas Jooheon sambil membantu Changkyun menata bantal untuk dijadikan sandaran.

"Apa tidak masalah jika membolos?" Tanya Changkyun dengan polosnya membuat Jooheon mendengus.

"Memangnya kalau sakit pun kau tetap masuk sekolah?"

"Eum!" Changkyun mengangguk. "Aku tetap masuk sekolah saat sakit dulu. Karena aku murid beasiswa, aku tidak mungkin membolos. Itu bisa mengurangi penilaianku."

"Memangnya kapan kau sakit?" Tanya Jooheon sambil menyuapkan sesendok bubur kepada Changkyun.

"Eum..." Changkyun menelan bubur di dalam mulutnya. "Apa kau ingat saat kita pelajaran olahraga dan ada yang menyembunyikan seragamku?"

Jooheon mencoba mengingat kemudian mengangguk. Tentu saja dia ingat karena itu adalah perintahnya. Setelah menyuruh salah satu teman sekelasnya untuk menyembunyikan seragam sekolah Changkyun, Jooheon juga menyuruh teman-temannya untuk menyiram Changkyun dengan air es.

"Sebenarnya hari itu aku tidak enak badan, apalagi sehari sebelumnya ibu memukuliku. Tapi aku tetap masuk sekolah! Bukankah aku anak yang rajin??" Ucap Changkyun dengan polosnya.

"Ya, ya, kau rajin, tapi bodoh." Ucap Jooheon untuk menutupi rasa bersalahnya.

"Ugh! Aku tidak bodoh! Umph!"

Jooheon kembali menyuapkan bubur ke dalam mulut Changkyun. "Sudah makan saja, dasar bocah."

Changkyun merengut, mengunyah bubur dengan pipi menggembung lucu membuat Jooheon tersenyum kecil dan melanjutkan acara menyuapkan bubur untuk Changkyun dengan sesekali menggoda pemuda manis yang entah sejak kapan sudah menempati tahta tertinggi di hati Jooheon.

***

Jika biasanya Jooheon akan menghabiskan waktu membolosnya dengan pergi ke cafe atau bermain di tempat arcade bersama teman-temannya, kali ini Jooheon menghabiskan waktunya dengan menemani Changkyun yang sibuk berceloteh menceritakan tentang hidupnya.

Jooheon baru tahu jika sakit, Changkyun akan menjadi sangatlah cerewet dan suka sekali merengek.

"Jooheon?? Jooheon~ kau tidak mendengarkanku ya??"

Nah kan?

"Aku dengar, aku dengar."

"Hehehe~ kau tahu? Aku menangis setelahnya karena anak anjing tetanggaku dulu itu tidak mau bermain denganku! Padahal aku sangat ingin bermain dengannya!"

Dan Changkyun kembali melanjutkan ceritanya sedangkan Jooheon hanya menyimak dan sesekali menjawabi jika Changkyun bertanya padanya.

"Eung... Jooheon~ aku mengantuk~"

Jooheon melirik jam tangannya. Sudah setengah jam sejak Changkyun minum obat, tentu saja ia akan mengantuk karena efek obatnya.

"Ya sudah tidur lagi sana."

"Eum... eum...." Changkyun menggeleng. "Ceritakan sesuatu untukku!"

"Cerita apa?"

"Terserah Jooheon saja! Lagipula kan aku sudah bercerita dari tadi. Mau ya??" Changkyun menatap Jooheon dengan polosnya, membuat Jooheon mau tidak mau menuruti permintaan Changkyun.

"Astaga, sekarang aku merasa wajahku itu tidak ada kesan kerennya sama sekali." Gerutu Jooheon. "Ingatkan aku untuk kembali mewarnai rambutku jika kita sudah kembali."

"Tidak boleh!"

"Kenapa tidak boleh??"

"Eum! Pokoknya tidak boleh! Tidak boleh! Atau aku akan..."

"Akan apa?"

"Akan... aku akan menggigit mu jika kau mengubah warna rambutmu lagi!"

Jooheon mendengus kemudian tertawa kecil. "Gigit sana. Memangnya aku peduli?"

"Jooheonnnnn~" rengek Changkyun sambil menendang-nendangkan kakinya yang terbungkus selimut.

"Astaga! Iya, iya baiklah! Aku tidak akan merubah warna rambutku! Sekarang bersiaplah tidur, akan kuceritakan sesuatu."

Changkyun tersenyum lebar kemudian segera menggelung tubuhnya di balik selimut dan menatap Jooheon dengan binar polosnya.

"Sudah?"

"Eung!"

"Baiklah..." Jooheon menarik nafas kemudian menghembuskannya pelan. "Jaman dahulu kala, hiduplah seorang pangeran yang sangat tampan."

Changkyun terkekeh pelan kemudian menyamankan posisinya.

"Sang pangeran sebenarnya anak yang baik, hanya saja ia tidak bisa untuk tidak mengusili orang lain. Apalagi... orang yang menurutnya menarik dan diam-diam menarik perhatiannya."

Mata Changkyun semakin lama semakin terasa berat. Dia baru tahu jika suaranya bisa memberikan ketenangan seperti ini.

"Pangeran itu selalu saja mengusili anak salah satu pelayan di istana. Entah itu menyembunyikan pensil warnanya, menyembunyikan sepatunya, bahkan sang pangeran pernah mendorong anak itu hingga tercebur ke dalam kolam ikan."

"Eung? Apa anak itu bisa berenang?" Tanya Changkyun dengan suara pelan dan setengah sadar membuat Jooheon tersenyum dan mengusap lembut kepala Changkyun.

"Anak itu tidak bisa berenang dan sang pangeran merasa sangat bersalah. Untuk itu, sang pangeran rela menceburkan diri untuk menyelamatkan anak itu."

Jooheon menunduk dan semakin melebarkan senyumnya saat Changkyun terlihat sudah hampir tertidur.

"Kau mau tahu, alasan kenapa sang pangeran mengusili anak pelayan itu?"

"Eum? Kenapa?"

Jooheon tidak menjawab. Pemuda Lee itu terus saja mengusap lembut kepala Changkyun dan memastikan hingga nafas pemuda manis itu terdengar teratur, menandakan bahwa ia telah tertidur, kemudian berbisik pelan.

"Karena pangeran itu secara tidak sadar telah menyukai anak itu."

annoying! (Jookyun)✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang