Akibat dari melihat Izroil itu, aku dan Mama jadi agak cemas. Tapi, yang menjadikanku bingung, aku juga dapat mimpi yang aneh. Sepertinya di langit yang begitu luas, nampak seperti kunang-kunang yang amat banyak. Tapi, ternyata itu bukan kunang-kunang. Akan tetapi kristal-kristal berbentuk memanjang yang tergantung rapi di langit.
Bagaimana kristal itu bisa bergantungan dengan rapi di langit? Anehnya, tidak ada satu cantolan pun yang ada. Tapi kristal itu bisa bergantungan dengan rapi.. Jumlahnya amat banyak. Seperti melihat kunang-kunang atau bintang bertaburan di angkasa luas tak berbatas.
Aku tidak melihat orangnya, hanya sepertinya ada yang menunjukkanku dan memberitahuku bahwa itu adalah umur masing-masing orang di bumi ini. Mereka menyebutnya “Waktu Kehidupan”.
Lalu orang itu mengambilkanku satu kristal. Katanya itu waktu kehidupan Papaku. Bentuk kristalnya panjang. Tembus pandang. Didalamnya ada cairan. Dan cairan itu masih separoh kristal itu. Lalu setelahnya aku seperti tersadar dan kembali di dunia nyata.
Beberapa waktu kemudian, anakku yang pertama menceritakan mimpinya. Dia mimpi Engkong lagi pilih-pilih kendaraan (Anak-anakku memanggil Papaku dengan sebutan Engkong dan Mamaku dengan sebutan Uti). Engkong memilih jeep besar. Tapi sepertinya Jeep itu masih harus diperbaiki spionnya, sehingga belum bisa dipakai Engkong.
Firasat-firasat itu meyakinkanku bahwa sebenarnya Papa sedang dalam “perjalanan”, sedang mempersiapkan diri untuk menuju pada kehidupan abadi. Ada rasa takut kehilangan Papa. Perasaan itu begitu menyeruak. Rasanya berdosa masih belum bisa membahagiakannya, masih selalu merepotkannya dan kini Papa sakit berat seperti itupun tak bisa melakukan banyak hal yang semaksimal mungkin untuknya.
Ketika Papa sudah hampir 2 bulan dirawat di rumah sakit. Saat obat-obatan, darah dan upaya medis hanya bisa menyambung hidupnya untuk beberapa waktu saja, lalu dokter sampaikan bahwa kondisi Papa sudah fase terminal. Sudah hopeless...
Rasanya ada yang hancur dalam hati kami. Sungguh baru terasa bahwa kami sangat menyayanginya. Kami semua tahu bahwa kondisi Papa yang seperti itu memang sudah tahap akhir. Kami tahu artinya. Tapi kami punya keyakinan, meski hidupnya hanya tinggal 1% saja, tapi kehidupan Papa tetap harus diperjuangkan. Karena itu nyawa. Ada rasa berdosa yang sangat mendalam jika kami tak berjuang untuk itu. Kami hanya mau menyerah jika atas kehendak Tuhan, memang nyawa itu telah ditakdirkan tercabut dari raganya..
KAMU SEDANG MEMBACA
100 HARI MENUJU SAKARATUL MAUT (15 Episode - Tamat)
TerrorKisah nyata penglihatan, suara bahkan pertemuan dengan malaikat maut, pergi ke awan dan perjalanan memasuki tubuh Papa kualami saat 100 hari mendampingi Papa menjelang meninggal dunia.. ********* Segenap firasat dan pertand...