ANAKKU BERTEMU MALAIKAT PENCABUT NYAWA

100 3 0
                                    

Banyak firasat yang hadir melalui Adik, anakku yang paling kecil. Bahkan ia sudah 3 kali bertemu dengan Izroil. Dia selalu berbisik-bisik menceritakan padaku mengenai kehadiran Izroil. Juga sosok-sosok yang lain. Sampai suatu saat, saat kali ketiga ia melihat Izroil datang lagi, ia begitu ketakutan. Yang aku heran, kami berada di kamar. Sedangkan Papa di kamar depan. Tapi Adik menutup mukanya dengan kedua tangannya sambil ketakutan. Ternyata Adik dapat melihat menembus tembok. Ia melihat Izroil lagi. Lagi-lagi ia melihat sosok berjubah hitam itu sedang menghirup zat-zat yang ada pada Papa. Adik ceritakan semua itu dengan bisik-bisik. Setelahnya, Adik menikmati lagi tayangan televisi favoritnya. Tapi, malam itu aku terkejut mendengar kata-kata yang meluncur dari bibir mungilnya dengan nada suara tenang dan datar. Sambil terus tidak berkedip melihat TV, dia bilang “Mama, yang jubah hitam tadi datang lagi. Dia muncul di TV. Dia bilang Adik gak boleh lagi cerita orang kalau dia datang lagi...”

Astaga.. aku speechless..

Adik memang seperti jadi mediator di antara kami dengan Papa. Dia banyak memberikan firasat. Termasuk saat kami terlalu sibuk bekerja. Tiba-tiba saja Adik dengan suara datar dan tenang, masih sambil melihat televisi juga, berkata padaku “Jangan pergi-pergi.. Engkong minta ditunggui dan didoakan”. Ya Allah, saat itu menelusup rasa bersalah pada Papa. Sebenarnya sejak akhir April 2014 itu, kami curahkan hampir seluruh waktu kami untuk Papa. Terutama Mama. Tapi, akibatnya Mama jadi ada gangguan pada jantungnya. Semua karena kelelahan dan rasa sedih melihat Papa sakit. Sejak itu, Mama tidak kuijinkan menginap di rumah sakit. Jam 21.00 WIB biasanya sudah kuajak pulang agar bisa beristirahat dan suster pribadi Papa menjaga sendirian di rumah sakit. Dan ketika Papa sudah pulang, sudah kami rawat sendiri dengan bantuan suster pribadi, kami selalu menungguinya. Hanya saja saat terakhir itu kami benar-benar sedang sibuk bekerja, karena kami ingin mendapatkan pengobatan terbaik untuk Papa.

Seperti biasa, rutinitasku setiap hari aku selalu menyapa Papa dan mengajaknya bicara serta mendoakannya. Tapi, entah mengapa.. beberapa minggu sebelum Papa berpulang pada Bapa di Surga, aku tidak berani mendekat. Kalaupun mendekat tak sanggup lama-lama....

Ada sesuatu yang aneh dalam perasaanku.... Dan anehnya, Mama juga merasakan perasaan yang sama..

100 HARI MENUJU SAKARATUL MAUT (15 Episode - Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang