SELAMAT JALAN PAPA (EPISODE TERAKHIR)

119 3 0
                                    

Keesokan paginya, aku kesiangan. Cepat aku siapkan bekal untuk anak-anak dan juga seragam sekolahnya. Hari itu, Jumat. Tanggal 12 September 2014. Satu per satu anak kubangunkan dan kusuruh mandi.

Si Kakak paling besar dan Adik belum mau bangun. Si Kakak kedua selalu yang paling dulu bangun, rajin memang. Dia sudah mandi duluan. Kebetulan kamar Papa dekat dengan kamar mandi. Lalu selesai mandi, saat si Kakak kedua berpakaian, ia cerita kalau kelihatan Engkong berdiri di kamarnya dan mengajaknya bicara.

“Ma, tadi ada Engkong disitu..” kata Kakak kedua sambil mengancingkan baju Pramukanya

“Oya?” aku hanya menanggapi sekedarnya sambil menyiapkan bekal anak-anak

“Iya Ma, beneran. Engkong ngajak ngomong aku.”

“Engkong ngomong apa, sayang?”

“Engkong bilang kalau mau pergi jauh... Kamu jaga diri baik-baik...”

Degg... jantungku langsung berdenyut lebih kencang. Kulihat saat itu pukul 06.10 WIB

Setelah itu Kakak pertama kubangunkan lagi. Akhirnya bangun juga. Tiba-tiba Kakak pertama ini bercerita kalau mimpi bertemu Engkongnya.

“Ma, kakak mimpi didatangi Engkong. Engkong pamitan mau pergi jauh. Terus, Engkong bilang Kakak supaya jaga keluarga dan jaga diri baik-baik...”

Hmmm... Ada pesan lagi lewat Kakak pertama... Ya Allah... Semakin ga karuan fikiran dan perasaanku saat itu..

Kulihat jam sudah menunjukkan jam 06.15 WIB saat Kakak pertama bercerita. Perasaanku semakin tidak enak. Firasat yang sama. Papa berpamitan ke anak-anak. Adakah ini pertanda Papa akan “pergi”?

Lalu kusiapkan Adik dan kupasang perlengkapan Pramuka Kakak-kakaknya. Saat itu jam menunjukkan pukul 06.25 WIB. Tiba-tiba hapeku yang lain dan tidak sedang hang berdering. Segera kuangkat. Ternyata Suster Lasmi. Dia menyuruhku segera ke rumah sakit. Aku katakan kalau aku memang mau ke rumah sakit, tapi setelah mengantar anak-anak sekolah.

Setelah telepon ditutup, aku menyiapkan tas anak-anak. Sudah hampir berangkat. Sekitar pukul 06.35 WIB, ganti Mama yang menelepon. Menanyakan apa aku sudah berangkat,  bagaimana anak-anakku.. bagaimana bekalnya dan beberapa pertanyaan sederhana lainnya. Kuceritakan penglihatan anak-anak tadi.. Mama mendengarkannya dengan seksama dan tenang. Tidak seperti biasanya. Tapi, begitu telepon sudah mau ditutup. Tiba-tiba Mama berkata...

“Papa sudah meninggal.....”

Seketika semua seperti hening. Begitu sepi dan sunyi rasanya sekelilingku. Tiba-tiba aku menjadi ringan, perasaanku menjadi sedemikian datar dan kosongnya...

“Jam berapa Papa meninggal, Ma?”

“Papa meninggal tadi jam 06.20 WIB. Barusan.. Jadi, Mama tadi dipanggil suster untuk ambil obat segera di apotik. Baru jalan, sampai depan lift, Mama dipanggil. Katanya tidak usah.. Papa memburuk... Rumah sakit sudah berupaya. Sampai berikan suntikan juga di jantungnya, tapi Papa tidak bisa diselamatkan lagi. Waktu itu, mesin masih menunjukkan ada denyut jantung. Tapi Papa sudah seperti tidak bernafas lagi. Sementara di layar monitor angka-angkanya semakin menurun. Mama terus disamping Papa.. Mama bilang ke Papa, Papa pergi saja kalau memang sudah mau pergi. Aku tidak apa-apa. Anak-anak jaga aku.. Terus Mama doakan. Setelahnya, denyut jantung di layar monitor flat.... Papa sudah tidak ada..”

100 HARI MENUJU SAKARATUL MAUT (15 Episode - Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang