KE AWAN BERSAMA BIDADARI

111 4 0
                                    

Suatu saat aku tidur dan dalam tidurku aku bermimpi berada di atas awan. Ada seorang wanita yang berbaju putih, bertubuh langsing, dengan tinggi yang tidak wajar yang meskipun tidak berbicara, tiba-tiba ia menyuruhku mengikutinya. Aku mengikutinya berjalan. Yang aneh, ia bisa membelah awan, membukanya dengan kedua tangannya dan menyibaknya, hingga terlihatlah jalan untuk dilewati.

Aku tergoda juga untuk mencoba menyentuh awan. Awan itu begitu lembut, putih. Lunak tapi berbentuk. Gemas sekali menyentuhnya.. aku tak mampu menggambarkan seperti apa awan itu. Kucoba melakukan seperti yang dilakukan wanita itu. Tapi tidak bisa. Awan yang kucoba buka, ternyata malah tercuil. Tapi ternyata awan yang kucuil itu bisa disatukan kembali.

Dalam mimpiku tersebut, wanita itu mengajakku masuk dalam sebuah ruangan di dalam awan. Aku melihat sebuah ruangan berwarna putih. Didalamnya terdapat perabotan serba putih, bergaya Eropa klasik. Megah dan indah. Sepertinya dia berkata bahwa itu ruangan yang disediakan untuk Papaku. Setelahnya, aku baru tersadar, wanita itu adalah bidadari....


Papa berada dalam kondisi yang tidak baik. Nafasnya berat dan sesak. Kami opnamekan lagi Papa di salah satu rumah sakit swasta. Nafasnya yang seperti itu membuat kami tidak tega. Mulai ada gejala kesulitan menelan. Dan kami tahu Papa sangat menderita.

Perlahan-lahan nikmat Allah kepada Papa diambil lagi satu. Papa tidak bisa lagi menelan bubur tepung berasnya yang sudah sangat halus. Seharusnya Papa disonde. Tapi kami berjuang agar Papa tidak disonde. Papa sudah menderita dan disonde itu menyakitkan. Akhirnya sebagai solusi, Papa tidak disonde. Hanya saja susu khusus untuk sonde itu disuapkan perlahan-lahan. Cukup lama dan perlu ketelatenan untuk memberikannya, meski hanya segelas untuk setiap kali makan.

Di rumah sakit ini, firasat semakin keras bergulir. Saat aku tidur di rumah, aku bermimpi melihat Papa tidur di tempat ia opname saat itu. Lalu ada kulihat anak kecil perempuan berbaju putih yang duduk di bawah lantai, memunggungiku. Sibuk sendiri. Entah apa yang ia lakukan..

Kulihat Papa tidur dan ada asap putih yang keluar dari jari-jari kaki Papa. Setelah itu, aku terbangun. Lalu tidur lagi.. Dan saat tertidur kembali itu, aku alami mimpi lagi yang aneh. Aku melihat rumah sakit itu begitu sepi dan pertigaan lorong didekat lift gelap gulita. Rasanya begitu mengerikan. Entah, apa arti mimpiku itu..

100 HARI MENUJU SAKARATUL MAUT (15 Episode - Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang