#16 Informan

811 23 21
                                    

Assalamualikum Mbak Ning.

Aku pekan depan ada jatah cuti, dan aku pengen sekali ke Jogja. Mungkin cukup 3 hari. Sampai umur 23 ku ini aku belum kesampaian kesana.

Mbak Ning mau ndak nemenin aku liburan ke Jogja?

Pesan dari Eka, sepupuku. Sebelum aku menikah, aku menjanjikannya untuk bisa aku ajak ke Jogja suatu saat. Terlebih saat persiapan dan acara pernikahanku, Eka inilah yang telah banyak membantuku, di sela-sela itulah dia menyampaikan keinginannya untuk ke Jogja.

Kebetulan sekali, batinku.

Oke, Dek Eka. Aku juga mau legalisir. Sebenarnya online bisa. Tapi kayaknya kalau sekalian kesana juga oke. Tapi aku akan minta ijn Mas Banyu dulu ya Dek, entah diijinkan atau nggak.

Balasku padanya. Dan diapun menyetujuinya.

Aku langsung menghubungi Mas Banyu di sela-sela pekerjaanku di kantor.

"Mas, aku diminta Eka untuk menamaninya liburan ke Jogja 3 hari. Sekalian adek mau legalisir ijazah. Boleh tidak?"

"Kapan?"

"Pekan depan, Mas."

"Iya. Berangkat aja. Biar Umi sama aku. Aku gak ada jadwal kemana-mana."

Segera saja aku memberikan kabar gembira ini ke Eka. Kuminta data-datanya dan aku langsung membuka aplikasi pesan tiket online kereta. Kupikir, naik kereta adalah transportasi paling nyaman dan terjangkau untuk backpacker sepertiku. Eka pun setuju. Aku memesan untuk berangkat dan pulang. Tertulis hari Senin berangkat dan hari Rabu kami kembali.

Lalu tiba-tiba saja Mas Banyu mengirimkan pesan lagi.

"Dek, akhir pekan ini aku ditugaskan lagi ke Bogor. Nemenin anak-anak ikut Lomba Penulis Cilik selama 3 hari. Berangkat hari Jumat pulan hari Ahad."

Lagi-lagi aku lemas mendengarnya. Bagaimana tidak? Kami tak pernah bisa mempunyai momen bersama yang cukup lama setelah menikah dan semua gejolak yang ada barangkali hanya untuk kembali membangun rasa. Dia seringnya pergi entah dinas atau alasan berobat yang aku masih ragu dengannya.

Setelah dikirim untuk mengikuti pelatihan di luar kota kala itu, sekarang Mas Banyu dikirim lagi untuk dapat menjadi pendamping siswa-siswinya yang sedang berjuang diajang penulis cilik bergengsi yang akan diselenggarakan di Istana Negara, Bogor.

Mas Banyu memang bukan guru yang biasa. Dengan semua prestasi yang dia miliki dan dia gapai selama ini, menjadikannya tak boleh diam saja oleh sekolahnya. Dia dipercaya banyak hal. Terutama bagaimana dia dipercaya untuk mengembangkan prestasi siswanya. Selain itu memang Mas Banyu ini orang yang telaten dan gigih sekali memperjuangkan siswanya.

Aku? Jangan tanya. Aku selalu mendukung Mas Banyu untuk semua hal yang membuat dia berkembang. Termasuk dinas luar kota seperti ini. Walaupun rumah tangga kami masih kacau balau, tapi untuk hal-hal yang mendekatkan dia kepada mimpi dan harapannya, aku sama sekali tak ragu untuk mendukungnya 100%.

Sayangnya kali ini kami benar-benar tak bisa bertemu. Dia berangkat hari Jumat pulang Ahad, dan aku harus berangkat Senin pulang Rabu. Sepertinya kami hanya akan bertemu di tengah malam hari Ahad hingga Senin pagi.

"Baiklah.." aku menguatkan hati. Memang sudah jalannya. Jalani saja. Nanti pasti akan kami temui waktu yang akan membawa kami bersama kembali. Terus kuyakinkan diriku sendiri tentang hal itu.

Tiba-tiba saja terdengar suara Pak Naryo dan beberapa teman dosen beliau yang juga dosenku dulu datang ke kantor, menggodaku.

"Ning.. Kok tambah kurus gimana?"

Kupeluk LukakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang