⚛DELAPAN⚛

877 133 49
                                    

Vesta membelalak mendapati dirinya tertidur di dalam kelas. Matanya semakin membola saat jam dinding di  kelasnya menunjukkan pukul 7 malam. Sial! Pantas saja keadaan begitu hening dan gelap. Seingatnya ia tadi hanya menelungkupkan kepalanya ke meja sebentar setelah selesai membersihkan kelas guna meredakan sakit kepala yang menyerangnya. Sungguh ia tak menyangka bila pada akhirnya akan tertidur sampai 3 jam lamanya. Sepertinya Hipnos meminjam raganya tadi.

Ia segera meraih tas dan sweater berwarna mocca miliknya. Dengan langkah tergesa-gesa ia berjalan keluar. Langkahnya terhenti tak jauh dari gerbang utama sekolah. Kakinya bergerak gelisah mendapati gerbang tertutup rapat lengkap dengan gembok yang bertengger. Ia mencoba memutar otak mencari cara untuk keluar dari sekolah ini. Ah jangan kalian berpikir member ide untuk memanjat tembok karena itu mustahil. SMA Athena dikepung oleh dinding kokoh setinggi lebih dari 4 meter dilengkapi kawat-kawat berduri yang tertempel diatasnya dengan dua gerbang, satu gerbang utama dan satu gerbang di bagian samping yang mana kedua gerbang itu kini tertutup rapat

Tubuh Vesta menegang saat mendengar sebuah suara tapak kaki. Ia akan sangat bersyukur bila itu adalah makhluk tak kasat mata yang mencoba menakutinya.Tapi ia sedikit meragukan hal itu karna dirinya tak merasakan apapun di sini. Suara tapak kaki itu terdengar semakin keras seolah sedang mendekat ke arah Vesta. Yang Vesta takutkan suara tapak kaki itu milik manusia yang hendak berbuat jahat. Mengambil ancang-ancang, Vesta berjalan menyusuri koridor. Langkahnya sedikit di percepat saat ekor matanya tak sengaja melihat sebuah bayangan terpantul dari lampu di ujung koridor.

Entah hanya perasaannya saja atau memang nyata, Vesta merasa langkah itu semakin cepat mengikuti dirinya. Vesta berbelok-belok memilih jalan dilorong-lorong kelas yang sepi ini. Suara itu semakin terdengar jelas seolah tepat berada di belakangnya. Vesta bukan hanya mempercepat langkahnya tapi kini ia berlari. Deru napasnya mulai tak beraturan dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya. Vesta berteriak dalam hati bila ini mimpi tolong segera bangunkan dia dari mimpi buruk ini. Sayangnya yang berkuasa pada keadaan ini adalah Frike

Kakinya mulai terasa mati dan ia merasakan cairan merah merembes dari kaos kakinya. Dengan sedikit pincang Vesta tetap memaksakan terus berlari. Tepat saat dimana ia berbelok sosok lelaki tiba-tiba muncul di hadapannya membuatnya terkejut dan berakhir terjatuh di atas paving.

“AAAAAArrghh” Detak jantungnya berdegup kencang dengan napas yang tersengal-sengal.

Vesta menyipitkan matanya saat sebuah sorot cahaya menerpa wajahnya. Sorot yang berasal dari senter lelaki itu

“Neng," panggil suara berat lelaki di depannya membuat Vesta menajamkan penglihatannya dan sosok yang berhasil di tangkap penglihatannya adala Pak Agus. Vesta menoleh ke belakang kala mendengar decitan kecil suara sepatu. Dahinya mengernyit kemudian ia mengusap matanya dengan punggung tangannya seolah sedang memastikan apa yang ia lihat.

Seorang  bertubuh tinggi berbalut hoodie hitam dan celana jins hitam dengan wajah menunduk berjalan pada lorong sama yang di lalui Vesta, hanya saja jika Vesta tadi berbelok dan berakhir bertemu Pak Agus, orang tersebut berjalan lurus. Jadi, dia tak berhalusinasi saat merasa ada yang mengikutinya tadi. Suara langkah kaki yang terus mengikutinya memang nyata. Orang berpakaian serba hitam itulah pelakunya. Tapi dia siapa? Apa tujuannya?

Tepukan pelan di bahunya membuat Vesta terkejut dan napasnya kembali tak beraturan. Ia menoleh ke Pak Agus. Ah iya lelaki setengah baya ini, hampir saja Vesta melupakan keberadaanya karna terlalu larut dalam lamunannya.

“Neng, wong udah jam segini kok masih di sekolah.Aya naon?” 

Vesta berusaha menetralkan degup jantung dan deru napasnya. Ia mendongak menatap Pak Agus . Ia dengan sedikit kesusahan berdiri.

VECTOR {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang