Undecimo Autem

1.1K 194 27
                                    


}÷{

Remaja yang habis berlari dalam kencang dalam waktu singkat itu terengah-engah, napasnya begitu berat dengan keringat mulai bercucuran di pelipis.

"Huuhh, capek banget." Keluhnya sembari memukul lututnya pelan yang terasa pegal, bisa-bisanya ia terlambat untuk pergi latihan. Seingatnya ia punya janji dengan Chanyeol untuk datang lebih awal dari biasanya.

"Hufft." Changbin berkacak pinggang, hendak merenggangkan ototnya namun semua niatnya terhenti kala mendapati dua sosok pria tinggi berdiri di sekitar pianonya. Memandang dirinya pula dengan kening mencetak kerut, Changbin tertegun.

"Eung, paman? Kak Chan?"

Benar, Suho dan Chanyeol memang telah menunggu Changbin sedari tadi. Awalnya hanya Chanyeol, namun tiada angin tiada badai Suho pun turut bergabung. Dengan alasan ingin berbicara sesuatu yang penting pada anak itu, ketika ditanya Chanyeol apa gerangan yang membuat seorang yang sibuk seperti Suho mau membuang waktunya untuk datang ke sebuah sekolah.

"Kok kalian disini?"

Changbin menghampiri keduanya, yang masih diam pun ketika bertukar pandang dengan picingan tajam masing-masing. Changbin tidak mengerti akan kedua lelaki tersebut.

"Kan kamu ada janji sama saya. Kalo orang ini," Chanyeol menyahut. Menuding Suho dengan lirikan matanya, "gak tau. Tiba-tiba datang."

Suho membuang napas jengah, ia menghampiri Changbin sembari mengulurkan sapu tangan yang berada dalam saku jas yang ia kenakan.

"Kamu darimana aja? Saya nunggu disini berjam-jam, buang-buang waktu aja kamu."

"Dih, kalo buang-buang waktu kenapa gak pulang aja sih. Lagian siapa juga yang minta ditungguin," cibir Changbin sembari mengambil alih sapu tangan milik Suho. Ia menyeka keringatnya dengan benda tersebut, lalu mengembalikannya lagi pada yang lebih tua.

"Kak Chan udah nunggu lama? Maaf, tadi saya ada sedikit urusan. Hehehe." Berbeda dengan Suho, Changbin memperlakukan Chanyeol dengan baik. Entah dimulai sejak kapan, namun Changbin lebih sering mendelik sinis ketika berbicara dengan pria bermarga Kim tersebut.

"Gak apa-apa, lain kali kabarin kalo kamu telat biar saya gak nyariin."

Changbin melepas tas punggungnya, meletakkan benda itu di lantai sembari mendudukkan diri di bangku depan piano miliknya. Ia tersenyum pada Chanyeol, total mengabaikan Suho yang berdiri di belakang dirinya.

"Ngapain juga kak Chan nyariin saya. Gak penting juga." Ujarnya dengan mata menyipit berkat sabit yang melebar, Chanyeol dengan ringan mengusak pucuk kepala remaja itu. Seolah keduanya telah akrab sejak lama.

"Ya saya kan bisa traktir kamu makan atau nemenin kamu latihan."

"Boleh juga."

Suho kontan diabaikan, pria itu betah bungkam memperhatikan dua lainnya bercakap tanpa menyenggol dirinya. Bisa dimengerti, Changbin mungkin jengkel akan sikap dirinya yang sering berubah-ubah. Dan Suho harus mengakui itu.

Tapi ia ingin Changbin membuat hatinya mantap, agar tak lagi goyah atau tumbang dan berputar haluan.

"Soal tawaran kamu, boleh kita obrolin sebentar? Kita berdua." Suho memutus percakapan antara Chanyeol dan Changbin. Anak itu memutar tubuh menghadapkan padanya, alisnya bertaut bingung atas ucapan Suho tersebut.

"Tawaran apa?"

"Kamu mau bantuin saya atau enggak?" Changbin terdiam kala Suho malah kembali mengajukan pertanyaan lain daripada menjawab pertanyaan yang ia ajukan. Netra hitam pria itu ia pandang lekat, Suho tidak terlihat seperti sedang bercanda.

[23]Sagum ( 커튼) | K. Suho x S. Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang