Octavus Decimus

1.1K 165 70
                                    


}÷{



Beberapa saat setelah aksi tak terduga itu, baik Suho maupun Changbin langsung di selimuti canggung bukan main. Yang lebih tua segera menggaruk tengkuknya kikuk, sedangkan si remaja kembali membaringkan tubuhnya sembari membelakangi Suho, menyembunyikan semu merah yang kini menjalar ke seluruh wajahnya.

Ia benar-benar tidak menduga Suho akan melakukan hal tersebut, sama sekali tidak. Suho pun berpikiran sama. Ia tidak tahu punya keberanian dari mana untuk bertindak sejauh itu. Kini dirinya hanya bisa menyesali dan menanggung malu yang tak terkira.

"Maaf, saya gak maksud buat gitu."

Changbin di dalam selimutnya menggeleng pelan, hampir tak terlihat pergerakannya jika saja Suho tak memperhatikan.

"Kamu marah ke saya?" tanyanya mencari kepastian.

Lagi-lagi remaja itu menggeleng, kali ini lebih kuat dari sebelumnya. "Paman pulang aja, saya malu," cicit anak itu pelan.

Mendengar itu membuat Suho yang semula cemas seketika terkekeh gemas, ditambah dengan penampakan tubuh Changbin yang meringkuk bak buntelan kecil itu membuat tingkat gemasnya makin bertambah. Ia sempat lupa bahwa anak itu hampir menyentuh usia dewasa.

"Tapi kamu nggak apa-apa sendirian?"

Buntelan selimut itu terlihat bergerak, Changbin mengangguk di dalamnya. Suho menghela napas pelan lalu membuangnya.

Tentu saja akan lebih baik jika keduanya tidak bertatap muka terlebih dahulu, sebab keputusan yang Suho buat cukup tiba-tiba dan Changbin tidak pernah menyangka hal itu akan terjadi. Meski di dasar hatinya yang begitu dalam, ia tidak keberatan.

Suho pada akhirnya menurut, meski ia dengan berat hati pergi dari sisi anak itu untuk sementara. Karena ia masih ingin bersama Changbin, setidaknya mencari jawaban atas permintaan yang ia ajukan. Namun ia mencoba mengerti.

"Yaudah, saya pulang. Kamu jangan banyak gerak, nanti minum obat kamu habis makan dan istirahat." Ia berujar sembari bangkit dari duduknya, menatap punggung Changbin sebelum benar-benar pergi dan mengucapakan satu kalimat lagi.

"Dan untuk permintaan tolong saya tadi, saya tunggu jawabannya."

Changbin di dalam gelungan selimutnya itu sedikit tersentak karena Suho mengungkit hal yang baru terjadi beberapa menit lalu. Dan ia yang semula ingin memejamkan mata sebab pening yang melanda mengurungkan niat, memilih untuk mendudukkan diri dan memutar tubuh menghadap yang lebih tua sebelum Suho benar-benar pergi.

Sebuah pertanyaan kini berdiri kokoh di dalam kepalanya, menunggu untuk lolos dari bibirnya.

"Paman serius? Yakin kalau Paman nggak main-main?"

Suho ditanyai begitu mengatup bibir sejenak. Memberi jeda waktu untuk berpikir. Benar juga, apakah dirinya sungguhan dan tidak main-main?

"Saya nggak tau pasti, makanya saya akan cari tau melalui kamu. Itupun kalau kamu nggak nolak permintaan saya," jawabnya sembari menatap netra itu lamat.

"Tapi saya laki-laki. Maksud saya, kita sama. Dan saya yakin Paman belum pernah ngelakuin ini. Gimana kalau nantinya Paman ternyata tetap gak bisa bangkit, dan malah saya yang jatuh?" Changbin kembali melontarkan pertanyaan.

"Saya yang tanggung jawab atas perasaan saya, dan kamu."

Entah jawaban itu mampu membuat Changbin bersedia atau tidak.

}÷{

Pulang kerumah, Minah mendapati anak laki-laki tunggalnya tengah berbaring sambil menonton televisi di sofa, tubuhnya tidak lagi terbalut selimut. Namun anaknya itu begitu diam, karena biasanya meskipun sedang deman, anak semata wayangnya itu akan menyambutnya dengan heboh.

[23]Sagum ( 커튼) | K. Suho x S. Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang