Nona

1.2K 198 123
                                    


}÷{


Kelopak mata yang semula tertutup itu perlahan terbuka ketika bias cara mengetuk menerobos masuk. Kemudian sebuah siluet tubuh yang tak asing berdiri di hadapan. Ia menelan teguk.

Senyumnya masih begitu cantik, kerlingan matanya masih menarik, gelakan tawanya pun masih ia anggap unik. Saat sebuah suara merdu menyapa rungu, ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak mendekap tubuh tersebut.

Demi Tuhan, berapa lama mereka tidak saling bertemu dan bertatap muka seperti ini?

"Kamu kurang tidur ya? Lihat tuh kantung matanya hitam gitu. Kan udah dibilangin jangan kerja lembur terus."

Ia mengerjap beberapa kali, memastikan bahwa apa yang sedang ia hadapi bukanlah sekedar bunga mimpi semata.

Ataukah memang hanya sebuah mimpi tak berdasar saja?

"Irene?"

"Irene? Bukan. Saya Changbin."

Lantas rupa wanita cantik itu seketika berubah menjadi sosok remaja laki-laki dengan pipi gembil dan bibir kecil namun penuh. Senyumnya mengembang begitu lebar.

"Hai paman."

"Astaga!"

Suho bangun dari mimpi tak terduganya tersebut. Ia melirik langit di balik jendela ruangan kerjanya, matahari masih bersinar terang dan ia malah bermimpi aneh.

Yang benar saja?

"Apa-apaan itu tadi."

Bagaimana bisa ia memimpikan remaja aneh tersebut, terlebih lagi kenapa harus wajah istrinya berubah menjadi wajah anak itu?

Suho mengacak rambutnya sendiri, ia pikir dengan tidur dapat meringankan beban pikirannya. Namun ternyata malah menambah pening.

Jika boleh jujur, kehadiran Changbin membuat ia banyak berpikir. Soal bantuan yang anak itu ajukan, berulang kali ia bertanya pertanyaan yang sama. Akankah itu berhasil?

Meskipun Changbin tak pernah mengatakan bantuan dalam konteks apa yang di tawarkan padanya, namun Suho tahu betul kemana perginya.

Tetapi disisi lain dirinya, yang paling banyak menguasai, ia masih belum bisa dan tidak ingin melupakan sang mantan istri karena dirinya masih sangat mencintai. Lagipula akan sulit baginya jika berpindah haluan secepat itu.

Dan Suho tidak yakin apakah dirinya bisa mencintai orang lain selain mendiang istrinya itu.

"Berpindah hati bukan berarti berhenti mencintai, melainkan berdamai pada diri sendiri akan cinta yang tak lagi dapat dimiliki."

Sekali waktu Irene pernah mengutip satu kalimat pada buku kesukaannya, Blue Curtain. Di ceritakan pada Suho apa itu maksud akan ucapannya.

"Begini, anggap kamu punya kucing peliharaan. Tapi kucing itu mati, kamu pasti sedih karena kamu sayang sama kucing tersebut. Dan untuk mengobati kesedihan itu, kamu beli kucing yang baru. Meskipun gak sepenuhnya sama seperti sebelumnya, tapi cinta yang kamu kasih pasti sama besarnya kan? Ya itu adalah salah satu cara berdamai dengan diri sendiri, yaitu belajar merelakan."

Mungkin Suho memang harus melakukannya.

}÷{

Tuk tuk!

Remaja yang sedang menekan tuts piano dengan penuh hikayat itu mendongakkan kepala kala sebuah ketukan pintu merasuk telinganya.

Senyumnya kontan mengembang kala mendapati sosok pria dewasa berdiri di ambang pintu, Changbin lantas bangkit dari duduknya sebagai bentuk kesopanan.

[23]Sagum ( 커튼) | K. Suho x S. Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang