Tredecimus

1.1K 177 34
                                    

}÷{


"Tipe wanita idaman paman, kayak gimana?"

Pria yang tengah menyesap kopi hangatnya dengan tenang itu menaruh perhatian pada pemuda yang duduk di hadapan, dengan masing-masing tangan memegang sebuah note kecil dan pena. Keduanya kini tengah berada di sebuah kafe di pusat kota, Changbin yang meminta untuk datang ke tempat itu.

"Hmm? Buat apa?"

Changbin mendecak pelan karena Suho tak segera menjawab pertanyaan yang ia anggap penting.

"Buat klasifikasi calon paman nanti, sama biar bisa jadi standar patokan mana yang sesuai sama selera paman."

Yang lebih tua bersidekap, sembari pandang masih terus tertuju pada remaja yang kini tengah menunggu jawabannya. Suho menghela napas pelan, rasa-rasanya ia salah langkah karena meminta bantuan anak ini.

"Kenapa harus orang lain?" tanyanya lirih.

"Terus siapa lagi?"

Suho kira awalnya ketika Changbin menawarkan bantuan yang dinilai cukup mulia namun mencurigakan itu padanya, Changbin lah yang benar-benar melakukannya bukan orang lain. Tapi ternyata anak itu malah menjadikan dirinya sebagai biro jodoh, memperlakukan seolah-olah Suho adalah duda tak laku yang putus asa butuh pendamping hidup.

Namun salahnya juga yang berharap terlalu jauh dan tidak masuk akal, dan tanpa sudi untuk diakui bahwa di sudut tak terlihat hatinya mengatakan bahwa ia sedikitnya kecewa.

Ekhm-

"Saya gak punya kriteria idaman," sahutnya menjawab pertanyaan Changbin yang sebelumnya.

"Ck, paman gak seru. Gak mungkin lah paman gak punya tipe wanita idaman, pasti seenggaknya ada satu," decak Changbin, sembari menutup note yang ada ditangannya.

"Kalo gitu, cerita soal bibi Irene. Dia orangnya kayak gimana? Siapa tau bisa cari yang mirip sama bibi," sambung anak itu.

Bagi Suho, Irene itu satu-satunya. Tidak ada yang mampu menyamai apalagi menggantikan posisi mantan istrinya itu. Sekalipun nantinya ada, pasti mereka berbeda.

"Kamu terlalu jauh ikut campur urusan kehidupan saya."

Changbin tersentak akibat apa yang baru saja keluar dari mulut Suho, remaja itu memandang tak percaya ke arah yang lebih tua dengan penuh tanya di kepalanya sebab lelaki itu sikapnya mudah berubah.

Ia hanya tulus ingin membantu, sama sekali tak ada keinginan untuk ikut campur masalah orang lain. Lagipula, bukankah Suho juga yang memohon padanya, kan?

"Saya niatnya cuma mau bantu, tapi kalo paman keberatan, ya udah."

"Saya mau kamu yang nolongin saya, bukan orang lain."

Satu hal yang harus Changbin ketahui dari pribadi pria itu, bahwa Suho itu menyebalkan. Benar-benar menjengkelkan untuk ukuran pria tua semacamnya.

"Maksudnya???? Paman kira sekarang aku lagi ngapain kalo bukan nyoba bantu!"

Suho ingin kembali menjawab Changbin, namun tak terjadi sebab tiba-tiba sebuah cairan panas membasahi pundaknya yang tertutupi baju hingga ia terlonjak kaget. Disusul sebuah teriakan cukup nyaring dari seorang wanita, yang kini berdiri dengan pupil seraya menutup mulutnya memandang ke arah Suho.

"Astaga! Kamu nggak apa-apa?"

Suho hanya mendesis sebab rasa terbakar yang kini menyelimuti bahunya, dan pakaian yang ia kenakan sepenuhnya berwarna kehitaman akibat kopi yang baru saja mengguyur. Wanita itu menghampiri Suho, rautnya terlihat benar-benar khawatir.

[23]Sagum ( 커튼) | K. Suho x S. Changbin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang