10. Home

1.1K 48 4
                                    

Setelah kejadian itu, Doyoung memutuskan untuk mengajak saudaranya yang bernama Kim Lena itu tinggal bersama kita. Aku tak keberatan, toh ya aku butuh teman.

Namun, yang aku kagetkan adalah sifatnya yang berubah drastis akan wanita ini. Di depan Doyoung ia terlihat sangat manja, sudah seperti jalang yang membutuhkan belaian 'daddy' nya. Bahkan tak jarang waktu Doyoung yang seharusnya bersamku itu disita olehnya.

Berbanding balik dengan sekarang, ia bahkan menyuruhku bak tuan rumah, padahal sudah jelas-jelasnya aku adalah tuan rumah disini.

"Hei, Lee Hera, cepat ambilkan ponselku!" Suruhnya. Aku mendesis pelan lalu menuruti apa yang ia katakan.

Aku memberikan ponselnya kepadanya. Dan segera melengah ke kamar. Aku ingin saja memberi tau Doyoung, tetapi aku tak tau apa yang akan terjadi nanti, entah Doyoung akan memihak Lena atau diriku, aku takut. Walau aku sedikit yakin bahwa Doyoung akan memihakku.

Aku bersantai di kasur, bermain dengan ponselku, sebelum dengan tiba-tiba Lena memasuki kamar ini tanpa izin.

"Oh, inikah kamar yang seharusnya kutiduri bersama Doyoung?" Ia berjalan mendekat ke arahku, "Namun dihalangi oleh jalang satu ini."

Aku menyibakkan tangannya yang sempat menyentuh pipiku, menatapnya dengan kekesalan yang benar-benar ingin kulontarkan sekarang.

Ia tiba-tiba menjambakku dengan brutal, aku dapat merasakan kulit kepalaku memanas sekarang. Aku mencoba untuk melepaskan tangannya dariku, tetapi hasilnya nihil.

"KIM DOYOUNG MILIKKU!!!" Sedari tadi ia hanya melontarkan kata-kata itu, aku tak menggubrisnya, kepalaku benar-benar pening sekarang.

Brak!

Pintu kamarku itu terbuka, menampakkan Kak Taeyong yang sangat terkejut melihat kelakuan Lena kepadaku. Ia segera menarik Lena untuk melepaskan jambakan itu, untung saja berhasil.

"LO GILA APA?!" Teriak Kak Taeyong tepat dihadapan Lena. 

Kak Taeyong langsung menarikku dari tempat ini, menunggalkan Lena yang masih terdiam disana.

"Kamu mulai sekarang tinggal sama kakak aja, tinggalin Doyoung, kakak gak mau hal kayak tadi kejadian lagi." Paksa Kak Taeyong.

"T-Tapi..." Aku sudah berjanji bahwa aku tidak akan meninggalkan Doyoung, tidak akan pernah. Namun jika sudah seperti ini aku harus bagaimana? 

Aku ditarik oleh Kak Taeyong menuju mobilnya dan pergi meninggalkan rumah itu. Selama perjalanan pikiranku sungguh tak tenang, aku benar-benar tak tau apa yang harus aku lakukan ke Doyoung nanti.

Aku hendak mengambil ponselku yang berada di saku, hendak menelepon Doyoung. Sebelum belum diangkat oleh Doyoung, Kak Taeyong menyita ponselku dariku, aku menatapnya kesal.

"Kak, aku kan cuman mau ngabar-"

"Gak usah. Gak usah berhubungan lagi sama dia, kakak muak."

Aku menghembuskan nafasku kasar. Kenapa Kak Taeyong tak pernah berubah sedikit pun? Hingga saat ini sepertinya Kak Taeyong masih memiliki masalah dengan Doyoung, masalah yang tak ku ketahui apa itu.

Kita sampai di rumah Kak Taeyong yang seperempat bagiannya sudah ia ubah menjadi sebuah klinik hewan. Ini yang kusuka, aku menyukai hewan-hewan yang ada disini. Salah satunya adalah Simon, kucing berbulu coklat muda itu.

"Hai, Simon!" Sapaku saat melihat Simon berjalan gemas kearahku.

"Tuh, Simon aja kangen sama kamu." Ucap Kak Taeyong yang membuatku terkekeh.

"Eh, Mama mana Kak?" Tanyaku.

Kak Taeyong terdiam sejenak menatapku, "Di dalem Ra, masuk gih."

Aku mengangguk paham, lalu berdiri dari tempatku menuju masuk ke dalam.

Pieces of: RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang