#6

15 5 5
                                    

Dia....
Seorang putri...

Ku segera melawan para prajurit yang tidak punya sopan santun kepada seorang putrinya.

"Maaf.... bukannya ingin ikut campur. Tapi... aku tak suka kekerasan paa wanita" ucapku kepada para prajutit itu.

 aku tak suka kekerasan paa wanita" ucapku kepada para prajutit itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ku segera melawan mereka hingga mereka benar-benar tak berdaya.

"Lihat saja kau.... akan ku beritahu kepada yang mulia!" Ucap mereka mengancamku tapi aku pun tak peduli lalu aku membawa bungkusan permen dan menggandeng tangan Tefiti dengan erat lalu pergi kerumah.

Vannie/Tefiti pov.

Mereka prajurit tidak tahu diri itu mencengkram tanganku dengan erat hingga tangan ku benar-benar terasa sangat sakit.
"Ku mohon... lepaskan aku..."

"Enak saja!! Tak akan ku lepaskan hingga kau ikut dengan kami!"

Aku bersikeras tetap tidak ingin ikut mereka.

Sebenarnya.. mereka ini mencari putri yang hilang atau mencari buronan hah?!

Saat itu juga Julian menolongku. Aku tidak bisa berpikir bagaimana dia bisa sampai disini. Bahkan dia mengucapkan kata-kata yang tidak pernah ada didalam kehidupanku.

"Lihat saja kau... akan ku beritahu kepada yang mulia!" Ucap paa prajurit itu kepada Julian yang sudah membuat mereka tak berdaya lagi. Aku takut, mereka benar-benar berkata ke pada Ayah.

Tanpa rasa takut Julian membawa kantung yang berisi dan menggandeng tanganku lalu pergi kerumah nenek.

Dirumah nenek, Julian menyuruhku duduk lalu ia pergi kedalam untuk membawakanku sebuah P3K.
Ia membuka jubahku lalu membuka kain lenganku untuk melihat luka akibat cengkraman kuat yang telah dibuat oleh para prajurit tadi.

Aku melihat lenganku sendiri. Ku bahkan tidak tahu jika terluka. Julian segera membalut lukaku dengan kain.

"Te.. Terimakasih... A.. Aku tak menyangka kau akan datang..."
Dia hanya diam. Fokus kearah lukaku sambil membalutnya.

"...kurasa kau sudah tau semuanya..."
Aku menunduk. Suaraku ku kecilkan sekecil-kecilnya dan ku harap ia tak mendengarnya.

"Ya" ucapnya singkat sambil membalut lenganku dengan kain. Ia membalutnya sangat hati-hati.

Mata ku terbelalak saat ku tahu dia benar-benar mengetahuinya. Mataku berkaca-kaca tapi ku tahan untuk menangis. Tapi, aku tak bisa menahannya lagi. Air mata ku terlanjur keluar dari mataku lalu.
Walau pun jatuhnya sangat pelan. Tapi, akhirnya Julian mengetahuinya.

Ia mendongakkan daguku dan terlihatlah wajah yang sudah sangat memerah menahan tangis.

"Jika mau menangis.. menangislah.... aku akan meninggalkanmu sendiri..." ucap Julian lalu beranjak pergi.

Saat Julian beranjak pergi. Aku beranjak dari kursi yang ku duduki lalu segera memeluk Julian dari belakang.

"Jangan pergi..." ucap ku disela-sela isakku. Julian berbalik badan lalu memelukku dengan erat. Kami bersama-sama duduk diata lantai kayu rumah nenek. Julian memelukku sambil menungguku berhenti menangis. Aku benar-benar menangis dengan penuh arti yang berasa dari lubuk hatiku.

Ini pertama kali nya ku mengetahui. Bahwa mengeluarkan seluruh emosi dengan menangis itu membuatku sangat lega.

Prajurit pov.

Sedangkan di istana. Kami pergi menuju raja dengan wajah yang babak belur.

"Yang mulia.... kami...  kami menemukan tuan putri..." ucap kami hingga wajah raja terbelalak.
"Tapi kami dihanjar habis-habisan... "

"Lalu dimana putrinya?!"

"Dia... dia diculik...." kami membuat alasan agar dia yang membuat kami babak belur ditangkap lalu dihukum oleh raja.

"Dasar prajurit tidak becus!"
Ucap raja lalu mengambil pangkat kami dan kami di keluarkan dari keprajuritan oleh raja.

Lihat saja kau!! Akan terbalas semua dendam kami...!!

Julian pov.

Ku rasa dia tidur.

Benar, dia benar-benar tertidur.
Aku pun membawanya menuju kamarku lalu ku biarkan ia tidur di kasurku sedangkan aku tidur di kursi.
Tak lupa ku berikan selimut untuknya. Untungnya aku punya selimut lain yang bisa ku pakai.

Vannie/Tefiti pov.
Ku terbangun. Aku kaget setelah mengetahui aku terbangun dari tidur diatas kasur.

Kemarin kenapa sih??
Ohh!! Aku inget!!
Jika aku tidur disini....
Lalu, dimana Julian??

Aku mengintip keluar untuk mencari Julian. Ku lihat ia tertidur diatas kursi dan ku lihat mimik wajah yang menggambarkan orang tidak nyaman.

Ku mendekatinya lalu memandangi wajahnya.

"Huh... Julian... kau terlalu baik..."
Ucap ku membisik.

Julian tiba-tiba terbangun membuatku kaget. Ia lalu duduk sambil memegangi lehernya.

"Pa.. pagi Julian!" Sapaku bersemangat.

"Ah... oh... pagi.."

"Apakah lehermu sakit?"

"Tidak..."

"Benarkah?? Padahal kau tidur tanpa bantal."

"Jika memang sakit.. terus mau bagaimana lagi??"

"Eh?? Ma.. maafkan aku.. seharusnya kau biarkan ku tidur disini..."

"Kau pasti akan marah jika ku biarkan kau tertidur disini.."

"Oh...?? Jadi kau tak ingin ku marah dengan mu?"

"Iyalah..."

Wajahku memerah, lalu ku segera membalikkan badan.

"Sarapan sudah siap!!" Teriak nenek

"Eh.. itu.. nenek sudah menyiapkan sarapan... sebaiknya ki.. kita.. segera menyantapnya sebelum dingin... a... aku pergi du.. dulu..."

"Eh..." ucapnya. Tapi aku segera pergi menuju ruang makan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC😉
Gausah khawatir...
Author itu suka update kapan aja...😄
mungkin nanti malem update...
Eakk😂😂

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang