#14

14 2 5
                                    

Hari itu ayah terkejut bukan main.

"Kenapa Ayah? Jawab pertanya-" belum selesai ku berbicara Ayah seketika memotong ku berbicara.

"Sebenarnya... Tunangan mu bukan dia.. keluarga tunanganmu adalah keluarga kerajaan yang sangat kuat"
Aku terkejut saat Ayah memberi tahuku.

"Lalu kenapa? Ayah membatalkan nya?"

"Karena mereka tiba-tiba menyerang kita, jadi ku putuskan persahabatan kita"

Setelah mendengar kata-kata itu, aku kembali tenang. Karena kupikir itu adalah pilihan yang tepat. Mereka pantas dihukum.

"Ayah.. aku permisi.." aku kembali kekamarku. Bibi yang melihatku kembali segera membukakan pintu kamar ku.

"Putri.... Kau inginku buatkan teh?"
Tanya bibi kepadaku.

"Biarkan aku sendiri.. hari ini aku tidak ingin menemui siapa pun.. jangan masuk kamarku... Oh iyaa... Bilang kepada Ayah jika aku menolak makan malam bersamanya.. bawakan makanan malamku kekamarku..."
Ucapku panjang-lebar. Lalu bibi hanya meng-iyakan saja.

"Sial padahal kan teh itu rencanaku,Raja pasti awalnya curiga kepadaku, tapi pada akhirnya para koki lah yang Raja salahkan... Sudahlah.. lagian nanti malam masih ada kesempatan." Ucap bibi dalam hati.

Di dalam kamar,aku hanya membaca buku-buku yang ada didalam kamarku demi mendapatkan informasi yang belum ayah beri tahu kepadaku.

Malam pun tiba, saat bibi mengambil makan malamku dari dapur, ia menaruh sesuatu di piring makananku.

"Putri..makan malammu sudah siap...."

"Masuk..." Ucapku memberi izin lalu menutup buku ku. Lalu bibi menyiapkan meja untuk ku yang berada di samping rak buku. Karena saat itu aku sedang duduk di samping rak buku itu.

Menu malam ini adalah sup jagung dengan potongan-potongan persegi panjang daging sapi yang di bakar(tanpa nasi). Dan potongan-potongan kecil berbentuk kubus buah semangka untuk pembuka, dengan jus berry.

Namun aku malas memakan pembuka ku. Lalu ku santap makananku tanpa pembuka dahulu. Pertama ku santap 2 daging sapi sebelumku santap sup jagungku sambil membaca buku. Buku yang sudah banyak hingga berserakan dimana-mana.

"Selesai juga membaca buku tentang makanan ini.. wawasan ku bertambah... " Ucapku kalau mengambil buku baru.

Aku membuka halaman pertama sambil memakan 1 sendok sup jagung. Ku baca halaman pertama itu sambil memasukan 3 sendok sup. Lalu saat aku membuka halaman kedua. Tiba-tiba kepalaku sakit. Ku mengira itu hanyalah efek terlalu banyak membaca. Aku tidak peduli dan makan sup jagung sambil membaca buku. Semakin lama semakin bertambah buruk hingga pada akhirnya aku mual lalu perutku terasa kram.

"Ini....adalah.. RACUN!"

Ucapku lalu ku pergi ke kamar kecil untuk muntah. Kaki ku mulai terasa lemas. Aku awalnya berpikir ini adalah akhir dari ceritaku. Namun aku bukanlah orang yang pantang menyerah. Segeraku memakan buah semangka tadi dan meminum buah berry hingga habis.

Efek racun tadi berkurang sedikit. Aku tidak ingin membuat bibi khawatir, lalu aku membuang sup jagung dan daging sapiku ke dalam closetku(jangan ditiru.. kasian closetnya..).

Lalu aku berpura-pura seperti orang biasa, menguatkan diri agar bibi saat masuk kedalam aku terlihat biasa saja.

"Bi.. tolong singkirkan alat makanku..." Ucap ku memberi izin.

Bibi masuk lalu mengambil alat makanku. Sebelum bibi pergi aku meminta bibi membawa kan ku buah berry dan semangka yang banyak.

Lalu ia kembali dengan buah berry dan semangka. sekeranjang untuk buah berry dan sepiring penuh buah semangka yang sudah dipotong-potong.

Setelah bibi keluar aku menjadi gila buah. Sakit yang luar biasa menghantam badanku setelah berhasil menahannya untuk sesaat. Sebelum memakannya aku mencuci buahnya ulang. Demi keselamatan diriku.

"Sial.. apakah racunnya tidak bekerja? Hmm.. mungkin butuh waktu" ucap bibi dalam hati.

Ku santap buah itu hingga habis tak tersisa. Efek racunnya menurun dan perutku sudah sangat penuh. Aku pun kembali berpura-pura tampak sehat lalu pergi menuju kamar Ayah untuk memberi tahu semua ini.

"Bibi... Aku ingin pergi ke kamar Ayah... Sendiri..."
Ucap ku lalu bergegas meninggalkan kamar ku.

"Apa racun nya belum bekerja? Jika nanti racunnya bekerja didepan sang Raja bagaimana? Bisa mati aku... Bohong saja deh.."
"Tapi, Putri.. Raja tidak ada didalam kamar." Ucap bibi berbohong.

"Akan ku tunggu" aku sekarang benar-benar meninggalkan kamarku lalu pergi ke kamar Ayah dengan cepat namun masih terlihat anggun.

"Apa yang ku pikirkan? Aku bodoh apa dia yang bodoh? Seharusnya lebih cepat Raja tahu.. lebih cepat aku menjadi Ratu.. hohoho" Ucap bibi memanggil ku 'bodoh' dalam hati.

Seperti yang bibi katakan.
Didalam kamar tidak ada Ayah. Terpaksa aku harus menahan sakit efek racun hingga Ayah tiba. Sebenarnya aku ingin mencari Ayah. Tapi jika ditengah perjalanan aku pingsan atau mati itu tidak lucu.

Aku bisa masuk kedalam kamar Ayah karena para pengawal didepan kamarnya mengizinkanku.

"Oh iya..pengawal!"

Aku keluar lalu menghampiri mereka.
Aku bertanya dimana keberadaan Ayah, katanya Ayah sekarang berada di taman. Aku menyuruh mereka untuk memanggil Ayah kemari. Aku tahu itu tidak terpuji, namun aku memaksa mereka hingga mereka bilang 'Baiklah'. Aku tak kuasa menahan sakitnya lebih lama. Lalu aku berjalan menuju kasur Ayah sambil sempoyongan. Namun racun itu kembali aktif dengan cepat dan membuatku terjatuh di atas lantai yang dingin.

"Ayah.. ku mohon.. cepatlah kemari..." Ucapku sambil mencengangkan perutku kuat-kuat dan mengeluarkan sedikit air mata

.
..
...
....
.....
......
......
.....
....
...
..
.
TBC

Hae.. Hae..
Tolong dong komen sama vote..
Bantuin cari pembaca juga...
Author bikin ini gak sembarang..
.
Author itu bikin cerita ini sampe nyari tentang 'racun'lah.. dan lain-lain demi cerita yang gak ngawur-ngawur banget.

 dan lain-lain demi cerita yang gak ngawur-ngawur banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
Ku harap Kelen Baek T-T
.
Thxxx.. yang udh baca curhatan seorang author muda~~ author muda~~ da~ da~ da~ da~ da~ da~ da~ da~~~~ °^°)/

Dah lah...
Babayy... -3-)/

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang