#7

13 4 3
                                    

Kami makan bersama dalam diam.
Sunyi... tanpa suara. Nenek yang sudah selesai makan pun segera beranjak dari duduknya lalu mencuci piring yang ia gunakan.

"Julian, Tefiti... aku pergi dulu... aku ada janji dengan teman...." ucap nenek mengambil tas lalu menghadap ke arah Julian. Aku yang masih melahap makanan yang dibuat nenek tanpa sadar bahwa nenek mengedipkan mata kearah Julian.

Eh... sejak kapan nenek punya teman...😲(julian)
Ke.. kenapa nenek berkedip kearahku?😨(julian)

Suara pintu yang tertutup keras membuatku dan Julian bungkam.
Kami sama-sama masih melahap makanan kami masing-masing.

Aku yang sangat tidak suka keadaan sepi ini pun memulai pembicaraan.

"Apakah kau tak tahu aku tak suka tempat sunyi?"

"Apa yang kau mak-"

"Maksudku... bicaralah... aku tak suka kau diam seperti itu... itu membuatku merasa terancam.."

"Jika kau tidak suka tempat sunyi... kenapa kau ditempat sempit dan sunyi seperti tadi??"

"Lah kamu... kenapa bisa kesana?! Sambil membawa bungkusan tidak jelas begitu!"
Ucap ku sambil menunjuk kearah Julian.

"Hahaha.... wajahmu... membuatku tetawa..."

"Eh??? Ke.. kenapa?! Aa yang salah dengan wajahku?!" Tanyaku sambil meraba-raba seluruh sudut dari wajah.

"Hahaha... tidak ada apa-apa..."

"Terus kenapa kamu berbicara begitu?!"

"Bukankah kamu menyuruhku untuk berbicara??"

"Sudahlah... jawab saja..."

"Itu.. karena aku mau mencari jalan lain saja..."

"Ba..bagaimana alasan seperti itu dijadikan alasan?!"

"Kenapa kamu marah... serah aku dong... toh... kalau aku ga kesitu kamu udah dibawa pergi.."

"Trus... bungkusan tadi apa?!"

"Oh... itu... makanan untukmu dan permen.."

"Permen??"

Julian menganguk.
"Aku kan suka permen" lanjut Julian.

Kami diam sejenak.

"HAHAHAHA!! Laki-laki sepertimu menyukai permen?! HAHAHAHA...!! Tak kusangka!!" Tawa ku pecah seketika.

"Emang salah ya kalo laki-laki suka permen??"

"G..gak sih..."

"Back to the point... sekarang aku tanya ke kamu... tuan putri..." ucapnya sambil menunjukku dengan garpu lalu memutarkannya.

"Apa??!" Jawab ku judes.

"He... kok jadi judes amat??" Jawabnya.

"Udah ah...kata nya ti thi piint (to the point)!" Ucapku sambil mengejek.

"He... ngejek ya...."

"Cepetann... mau tanya apa?"

"Ya tadi... kenapa kamu ke tempat yang sunyi jika kamu bahkan ga suka sunyi..."

Aku menghembuskan nafas berat sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Agar mereka tidak menemukanku pastinya..."

"Ga takut?"

"Aku melawan takutku.... tapi itu terasa sangat menyakitkan"

"Yaudah... ga usah takut lagi..."

"Iyalah... kan udah ga di tempat itu lagi!"

"Bukan itu..."

"Terus??" Tanyaku sambil mengenyitkan dahi. Ku rasa tak aa jawaban lain selain yang ku ucapkan tadi. Tapi dugaan ku ternyata salah besar.

Ia mendekatiku lalu menaruh jari telunjuknya tepat di dahiku.

"Ya kan ada aku bodoh...."

"....Eh...." aku berpikir sejenak.
Ku segera mendorongmya hingga jatuh.

"Dasar kau.... berani-beraninya panggil aku bodoh... bahkan tak punya sopan santun terhadap putri!!"
Ucapku menyelonong saja.

"Haha... lagian juga... aku tidak memandang orang dari segi tingkatnya... aku memandang orang dari kebaikannya tau!" Jawabnya dengan jelas. Membuat ku tersadar, bahwa kenyataannya aku pun benci menjadi seorang putri.

"Terimakasih Julian... kau membuatku tersadar bahwa aku... juga benci menjadi putri...." ucapku seketika menghentikan tawa Julian yang sedang meledak-ledaknya saat itu.

Tanpa ku sadari saat itu Julian sedang tersenyum kecil dengan wajah yang sedikit merah.

"Tefiti... Siapa namamu sebenarnya...??"

"Haha... sepertinya aku harus bercerita dari awal.... Julian.." ucapku sambil memandang wajahnya dan tersenyum lebar. Julian pun membalas senyumku dengan senyum kecil penuh makna.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC😄😄
Pendek kah ?? Gpp lah... tadi pagi kan udah update.... ini juga udah malem.... yawdah... semoga kelen suka crita ini.... jangan lupa vote ya.... arigatou....😉😉 oiya... keknya author pengen ganti cover deh... tunggu ya... cover barunya....😄😄

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang