#11

12 4 2
                                    

Hari ini.
Hari eksekusiku.
Hari terakhir aku hidup.
Aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi.
Aku.. merasa bersalah kepada tunanganku.

Maafkan aku.

Para prajurit membuka sel ku. Mereka melepaskan besiku dengan paksa. Dengan dua tangan terikat dibelakang-2 prajurit disisiku memegangi tanganku-3 prajurit dibelakangku dan 3 prajurit lagi didepanku. Mereka mengantarkanku ke depan kerajaan disana sudah ada raja yang menungguku. Disisi raja ada lelaki yang kemarin mengancamku sambil memegang pedang yang sangat tajam.

Aku terduduk diatas tanah yang gersang. Vannie tidak ada disini, itu membuatku sangat senang karena ia tidak melihatku mati.

Disana hanya ada aku, 8 prajurit tadi, raja dan lelaki kemarin. Tidak ada penduduk disini karena tembok besar yang mengelilingi kerajaan ini membuat kerajaan ini terpisah dengan rakyatnya. Lelaki itu menghampiriku berjongkok didepanku lalu mengangkat daguku agar ia bisa melihatku.

"Selamat tinggal, pujaan hatimu sangat senang melihatmu mati.... jadi dia tidak ada disini..jika kau tahu... aku ini tunangannya..." bisiknya. Kata-kata "Tunangan" itu membuatku terkejut setengah mati. Bagaimana bisa tunangan berbuat jahat kepada pasangannya?!

Terlihat sekali jika ia berbohong. Tidak akanku mempercayainya. Lelaki itu bersiap-siap untuk memenggalku. Aku juga sudah siap mati. Dan kuharap aku bisa melindungi Vannie walaupun sudah mati.

"TUNGGU!!" Ucap seseorang dibelakangku. Jelas itu Vannie. Kata-kata tunggu itu membuat lelaki itu membatalkan rencananya untuk sementara.

"Yang mulia raja... jika selama ini Yang mulia raja selalu mengabulkan permintaanku.... sekarang... aku ingin meminta sesuatu..."

"Cepat katakan! Aku akan mengabulkannya kecuali kau minta agar dia tidak dibunuh" raja mengatakannya sambil menunjuk kearahku.

"Aku ingin.... yang mulia raja menjawab pertanyaanku... dengan jujur...."

Vannie pov.

Hari eksekusi Julian.
Membuatku stres berat.
Ku mengetahuinya dari bibi yang selama ini selalu ada untukku. Aku tak ingin makan atau minum. Aku hanya dapat menangis diatas kasurku. Tapi pagi ini. Aku menangis deras di jendela kamarku. Sambil melihat kebawah kulihat tempat dimana Julian akan mati. Aku terus menangis hingga air mataku habis.

"Putri.. kau tidak bisa begini terus.... kau harus-"

"Diam bibi!! Siapa kau ?! Berani-beraninya menasihatiku?!" Teriak keegoisanku muncul. Layaknya seorang putri yang jahat sebenarnya. Aku tak pernah berbuat ini sebelumnya.

Saat ku lihat Pangeran Huttson mengibaskan pedangnya aku segera berlari ke tempat dimana mereka berada. Tapi, rencanaku dihambat oleh bibiku sendiri. Tapi hambatannnya pun tidak mempan terhadapku.

"Tuan putri!!"

"Bibi.. kumohon... untuk terakhir kalinya..." ucapku memohon.

"Ba.. baiklah..."

Aku segera mengulur waktu agar aku bisa melihat Julian sebentar lagi saja.

"TUNGGU!!" Aku mengulur waktu. Hanya mengulur waktu, karena ku yakin aku tidak bisa menghentikan ini.

"Yang mulia raja... jika selama ini Yang mulia raja selalu mengabulkan permintaanku.... sekarang... aku ingin meminta sesuatu..."

"Cepat katakan! Aku akan mengabulkannya kecuali kau minta agar dia tidak dibunuh" raja mengatakannya sambil menunjuk kearah Julian.

"Aku ingin.... Yang mulia raja menjawab pertanyaanku... dengan jujur...."

"..."

"Apakah yang mulia raja membenciku?? Jika ya... kenapa engkau mencariku??"

Keringat dingin membasahi tubuh ayahku. Sepertinya pertanyaan itu membuatnya membeku untuk sesaat.

"Ka-Karena... ibumu lah yang menyuruhku menjaga mu! Kau lah penyebab ibu mu mati! Seharusnya kau ku bunuh sejak awal!"

"Lalu kenapa Yang mulia raja tidak membunuhku saja?!"

"JELAS KARENA IBUMU!!"

Aku membeku msngetahui bahwa aku lah yang membunuh ibuku. Tapi... kapan.

"Sudah ku jawabkan?! Bunuh sekarang!"

"TIDAK JANGAN!!" Tolakku sambil berlari menuju Julian lalu ku memeluknya erat. Ku tatap dalam-dalam mata Ayahku.

"Berdiri atau aku membunuh mu juga?" Tanya Ayahku.

Ku memilih....
.
.
.
.
.

Ku pegang pipi Julian dengan pelan.

"Julian... maaf.."

Ku berdiri membuat Pangeran Huttson, Dan Ayahku tersenyum lebar.

"Ayah!! Dia memang menculikku!! Jadi jika dipenggal tidak terasa sakit bukan?? Kenapa tidak dilemparkan saja di lautan yang penuh hiu???" Ucapku sambil menunjuk kearah Julian. Perkataanku membuat Julian kaget setengah mati.

"Hmm... anakku memang bijak" Ucap Ayah memujiku.

"Baiklah!! Antar dia ke kapal!!" Perintah Ayahku.

Aku, Jahat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC😈😈😈
YA AMPUNNNNN😱😱😱
VANNIE JAHAD BENERR😢😢
Tadinya pengen ngelanjutin...
Tapi kalo dilanjutin ga seru dong ya...
Yawdah mpe sini dulu ae...
Babayyy😚😚

True PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang