Yaa Allah, jangan biarkan hambamu ini,
menjadi merpati yang bahkan tak tau tempatnya berpulang diri.Fajar
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku bukan YouTubers terkenal, aku juga bukan vocalis band sekolah, dan entah petir mana yang salah sasaran, menjadikanku the most wanted sekolah. Tunggu! The most wanted gils! Apa lagi dengan sebutan salah satu menu makanan di angkringan pertigaan jalan Winongsari. Ya, apalagi kalau bukan Opor? Singkatan dari Oppa Korea itu lo. Hash!
"Kalau bukan manusia saja, rasanya ingin kurica-rica. Astaghfirullah," kataku menimpali Ardi, Doni dan Gavin. Kami tengah duduk di taman Musala menunggu jam ekskul.
"Segitu alerginya sih, sama perempuan," timpal Ardi.
"Ya ga alergi gimana kalo haters nya itu berubah jadi fans!" comen Gavin merampas hakku. Sebenarnya, benar juga sih.
"Ngapain ga pacaran aja sih elu. Rasanya gue ribet ngeliat cara nafas Lo Fa," cetus Ardi, membuatku membulatkan mata.
"Lagi pula kalo Lo pacaran kaga ada yang berani ngrebut pacar orang kan?" dukungan Doni sekaligus menjadikan argumen itu lebih...strip!
"Tapi, ngga mungkin kan kalo satu cewe lawan seribu arwah, trus cewe itu bakalan nyaman ga ada godaan gitu aja kan? Because nya dimana bro!" bantah Gavin mengambil hakku, lagi.
"Tapi kan enak aja main rebut pacar orang. Ga punya harga diri aja," sanggah Ardi.
"Well itu, ngapain juga," Doni menyetujui.
"Woy kalian tu kapan open blok sama pikiran kalian yang keblokir itu? Justru dengan pacaran, satu cewe itu bakal punya hates para fansnya Fajar. Bayangin deh, kalian jadi fans Fajar, trus aku pacarnya. Apa kalian bakal diam saja? So! Kalian ngga mikir segitu gampangnya anjir!" jelas Gavin yang kurasa, aku perlu mengangkat Gavin menjadi juru suaraku. Dan Gavin memang juru suara yang hebat, jadi, aku tak perlu susah payah menjawab. Haha. Tapi, jangan tanyakan berapa upahnya. Karena aku tak akan memberinya, lagi pula siapa yang minta?
"Anjay, iya juga,"
"Well tuh,"
"Wal wel wal wel apaan. Dari tadi gue bilang gitu. Kalian ga paham?" Gavin naik darah.
" Ya nggak lah. Kapan Lo ngomong gitu? Barusan kan?" timpal Doni.
"Tul,"
"Arwah-arwah tadi lo," akhirnya, aku mendapat kesempatan untuk ikut udeg dalam urusanku.
" Anjay Lo Gav! To the points aja langsung," umpat Ardi.
"Pake arwah-arwah gitu kan serem," tambah Doni.
"Bilang aja kalian yang tolol!" Gavin, si darah tinggi berperawakan pendek kemudian menarik jaketnya dari sandaran kursi.
"Woy, tungguin!" panggil Doni, tapi Gavin tetap saja fokus dengan langkah kakinya.
"Anjing!" umpatnya
Aku dan Ardi hanya bertatapan kemudian kita beranjak pergi untuk mengikuti ekskul bela diri.
🎈🎈🎈
Ndrakor sama Opor
"Astaghfirullah! Ini bukanya orang yang dulu itu?" kejutku.
Jangan tanya seberapa terkejutnya aku melihat postingan di ig Vibri, yang kuketahui dari Gavin. Dan tidak bisa disebut lumrah. Ini salah kaprah! Benar saja dia membuat video roman begitu. Oke. Tapi jangan denganku!
Em! Postingan itu berisi detik-detik Vibri menabrakku, ketika hari pertamaku masuk sekolah baru. Ingat? Dan itu sungguh menjengkelkan. Ouh iya. Dia merakit video ini selama seminggu? Dasar! Unfaedah!
Oh ya, ada tag di bagian caption. Bisa ditebak itu akun siapa? Fair. Aku mendidih sekarang. Apa lagi dengan angka pada gambar love yang kulihat terus meningkat. Tolong. Ambilkan air dan aku akan kerontang!
Gavin juga memberi perintah untuk melihat postingan dari beberapa akun yang dia beri. Baik, ini demi harga diri.
Subhanallah! Beberapa gambar telah kulihat dan aku tidak bisa diam saja. Aku harus berputar-putar dalam kamar untuk mencari jalan keluar. Tapi..
Apa ada pemadaman listrik?
🎈🎈🎈
"Kemana saja Lo semaleman?"
"Kan gue nemenin Fajar di rumah sakit!"
"Kapan ya? Bukannya Lo kemarin nginep di kafenya Lure?"
"Dih! Bilang aja Lo iri kan?"
"Woy! Hate you dah sama kalian berdua!"
"Lo juga ngapain kesini!"
"Yup! Mau jadi saingan baru kita?"
"Oh gue lupa kalo Oppa Korea itu banyak fans nya,"
Berisik sekali. Aku mencoba menahan pening di kepalaku yang tambah menjadi-jadi bersamaan dengan mataku yang kian membuka.
Enak saja melihat pemandangan indah, sebagai obat pening, aku malah terkejut dengan segerombolan anak perempuan yang tengah beradu mulut dan seorang suster di pojok ruangan.
Aku segera bangkit dan buru-buru pergi. Tapi ada sesuatu yang membuatku kembali. Aku dimana?
Ternyata tanganku terikat dengan sekotak benda yang membuatku berusaha melepasnya. Aku ingin segera pergi dari situasinya dan kondisi ini.
"Kamu mau kemana?"
Oh, sekarang giliran suster yang ikut-ikutan?
"Jangan dilepas! Bahaya!"
Berisik!
Satu tapi pasti. Maaf, dan kali ini aku merasa tubuhku lemah ketika aku mencoba turun dari ranjang, dan kakiku serapuh lidi. Aku jatuh.
"Makanya, gue udah bilang, kalian jangan ke sini dulu. Dan kalian lihat kan?" tegas seseorang. Di ambang pintu mungkin.
Dan aku benar-benar merasa pemadaman itu benar-benar terjadi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meninggi Langit
SpiritualDisarankan untuk mengubah tampilan menjadi hitam dengan font sans sarif! ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Langit tak selalu biru--kalimat mainstream. Semua orang tau itu. Langit juga disimbolkan--pencapaian tertinggi. Semua orang juga mengerti. Tapi, tak...