Earl berjalan tak tentu arah di taman utama istana. Perasaanya sangatlah buruk sekarang. Bukan salah Emily... Namun kata-katanya membangkitkan ingatan yang sangat ingin dilupakannya.
"Carissa..." Ada kerinduan dalam nada suara Earl. Kerinduan yang teramat sangat pahit. Getir terasa di lidahnya saat menyebut nama orang yang dicintainya dengan segenap jiwa.
"Apa yang harus kulakukan sekarang? Semua yang ku perjuangkan selama ini adalah demi kita. Namun sekarang kamu mengkhianatiku... Lalu kemana tujuanku sekarang... Apa... Kamu dari awal tidak pernah tulus padaku? Apa dari awal semua hanya sandiwara??" Earl begitu tersiksa. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Dadanya serasa diremas-remas oleh lara.
Earl bersandar pada pohon yang terdekat dengannya. Dia menengadah menatap langit malam. Berusaha mencari jawaban tentang apa yang harus dilakukannya nanti. Dia terlihat seperti kehilangan arah. "Hahhh!!! Aku tidak tahu kalau patah hati efeknya bisa semengerikan ini..."
Earl terduduk ditanah. Membiarkan lara menguasai dirinya. Hari ini saja.... Aku ingin menumpahkan perasaanku hari ini saja.... Setelah itu aku akan kembali menjadi Earl yang sempurna...
Earl membiarkan air mata jatuh perlahan. Sudah sangat lama saat dia terakhir menangis.. 10 tahun yang lalu? Ah, mungkin dulu saat Earl pernah diculik di wahana rumah hantu. Setelah itu... Hatinya mengeras, dia sudah tak pernah membiarkan emosi menguasai dirinya. Sampai dia bertemu Carissa. Hari itu...
.......
.......
Earl berjalan tertatih. Tubuhnya bersimbah darah. Bahu atasnya terkena tembakan cukup dalam. Dia tak tahu sekarang ada dimana. Dia tadi sedang dalam perjalanan pulang dari kampus memakai motor kesayangannya. Sampai akhirnya Earl merasa ada orang yang membuntutinya. Dia jadi berkendara tak tentu arah untuk menghindari orang-orang yang mencoba menyelakainya.
Ini sudah kesekian kalinya ada orang-orang yang mencoba membunuhnya. Dia, seorang putra mahkota kerajaan Northen yang harusnya dijaga dan dilindungi, malah berkali-kali dicoba dibunuh. Earl bahkan sudah tidak tahu lagi mana teman mana kawan. Dia menjadi curiga pada semua orang. Dia juga menjadi semakin kejam. Karena, kalau dia terlalu lembut. Dia yang akan mati.
Earl berhenti di sebuah pondok tak berpenghuni di pinggiran kota. Tempatnya sangat lusuh dan kotor. Namun setidaknya dia bisa bersembunyi disana. Dia sudah tak mampu lagi berjalan. Motornya sudah hancur, rodanya tertembak. Dan saat Earl tertembak juga, motornya berguling-guling sampai tak berbentuk lagi. Untuk saja Earl berhasil menyelamatkan diri.
Darah terus mengalir dari bahunya yang tertembak tadi. Kepalanya mulai terasa berat. Dia mencoba menelfon Killian. Satu-satunya orang yang dia percaya di dunia ini. Namun handphone nya bernasib sama dengan motornya. Hancur lebur. Sudah tidak bisa digunakan lagi.
Earl merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Semakin sulit dia mempertahankan kesadarannya. "Hah... Apa aku akan mati seperti ini... Menyedihkan sekali..."
Nafas Earl mulai tersengal. Dia berusaha sangat keras agar matanya tetap terbuka. "Aku tidak akan kalah. Aku tidak akan mati seperti ini!"
"Hei sadarlah!!" Earl mendengar suara seorang perempuan. Kesadarannya mulai kabur. Tapi dia masih bisa melihat orang di depannya.
"Bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit." Perempuan itu berbicara lagi.
Earl berusaha keras mengingat wajah perempuan itu. Earl merasa sedang bertemu dengan malaikat. Malaikat yang menolongnya dari ambang kematian. Earl merasa begitu lega. Lega karena ada orang yang menyelamatkannya. Dan juga... Masih ada orang yang peduli padanya. Orang yang tulus mengkhawatirnya dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Academy
Novela JuvenilAku princess Emily, seorang putri dari kerajaan plenamory seperti cerita di novel-novel itu, AKU DIJODOHKAN!!! Tapi kisahku tak akan menjadi se klise novel-novel teenlit Karena pangeran yang di jodohkan denganku justru membantuku untuk menemukan cal...