Aku memandang Earl tidak mengerti. "Apa maksudnya Prince Academy?"
Earl tersenyum misterius, dia benar-benar terlahir dengan penuh keberuntungan. Dianugerahi wajah tampan dan dia tahu bagaimana caranya membuat wajahnya menjadi semakin menarik. "Seperti yang tadi ku bilang, kita ini pangeran dan putri tetapi selama ini kita tidak punya andil pada hidup kita sendiri. Nah, sekaranglah saatnya kita protes pada orang tua kita."
"Caranya?" Tanyaku tertarik. Apapun itu asalkan bisa membuatku terlepas dari perjodohan ini akan ku setujui. Lagipula, Earl tidak terlihat seperti orang yang akan memanfaatkan orang lain demi dirinya sendiri.
"Bukankah kamu bilang orang tuamu tidak bisa menerima sembarang orang untuk menjadi suamimu?" Tanya Earl yang semakin membuatku tidak mengerti dengan jalan pikirannya.
"Ya... Lalu?"
"Jadi, kalau kamu bisa menemukan satu orang yang 'tidak sembarangan', masalah akan beres kan?"
Apa – apaan itu? Jadi dia ingin melepaskan diri dari perjodohan ini sendirian? Huh! Kukira kami sudah berteman sekarang. Dasar!!
"Ya tentu saja. Aku hanya perlu terjebak dalam perjodohan dengan pangeran lain. Kamu bebas dan Aku! Berada dalam masalah baru." Jawabku sarkastik.
"Hei jangan marah dulu, aku belum selesai menjelaskan." Sanggahnya. Terserah. Aku sudah tidak berminat lagi. Kalau saja bukan untuk alasan 'kesopanan' pasti aku sudah pergi meninggalkannya.
Melihatku yang hanya diam, Earl melanjutkan bicara. "Aku tidak dididik untuk menjadi pengecut seperti itu Emy, dengarkan aku dulu." Aku memandangnya menyimak. Tapi masih tetap diam. Rasanya sedikit tidak nyaman karena dia memanggilku dengan nama kecil. Karena hanya orang terdekat yang boleh memanggil putri seperti itu.
"Kamu bicaralah pada orang tua mu, yakinkan mereka kalau kamu akan menemukan satu orang yang benar – benar bisa menjadi raja masa depan bagi negerimu ini. Seperti yang ku katakan sebelumnya, kita akan mendirikan Prince Academy. Sekolah khusus untuk mencetak seorang pangeran impian yang bisa diandalkan dan tentu saja... seseorang yang benar-benar kamu inginkan untuk jadi pendampingmu. Aku akan membantumu. Percayalah."
Aku memandangnya tanpa berkedip. Aku masih ragu, tapi itu memang ide bagus. Tapi tidak semudah itu meyakinkan orang tuaku. Lagipula, apa alasannya memberiku ide seperti ini? Apa keuntungannya bagi dirinya?
"Kamu meragukanku Em?" Tanya Earl yang sepertinya mengerti ekspresi ketidak percayaanku.
"Sedikit.." Jawabku jujur.
"Mudah saja, aku juga tidak menginginkan perjodohan ini, jika kamu menemukan seseorang untuk menggantikanku, maka aku juga akan terbebas kan. Dan lagi, aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian karena ini masalah kita bersama. Sudah mengerti alasanku?" Ya, kalau perjodohan ini gagal kita sama-sama diuntungkan, tapi... aku merasa ada hal lain yang tidak di kataknnya. Alasan yang membuatnya begitu ingin membatalkan perjodohan ini.
"Baiklah.." Jawabku meski aku sendiri belum begitu yakin apakah Earl tulus atau memiliki maksud tersembunyi. Aku terbiasa dengan pola pikir seperti ini karena kebanyakan keluarga bangsawan itu para penjilat kerajaan. Mereka rela melakukan apapun agar bisa dekat dengan istana dan menguntungkan pribadi mereka masing – masing. Ya, kehidupanku memang dipenuhi kepalsuan. Maka dari itu aku cenderung tidak mudah percaya pada orang lain.
Sejauh yang kulihat Earl memang bukan tipe seperti itu. Lagipula idenya tidak buruk, apa salahnya di coba kan?
"Bagus, ayo kita kembali ke dalam dan mengutarakan hal ini pada orang tua kita." Ajak Earl.
Aku mengangguk bersemangat dan memimpin jalan kembali menuju ruang keluarga. "Kira-kira apa orang tua kita akan mengijinkan kita membuat sekolah khusus ini?" Tanyaku untuk mengusir hening perjalanan kami menuju ruang keluarga.
"Entahlah..." Jawabnya menerawang. "Yang penting kita coba dulu. Aku akan membantumu bicara." Jawabnya tersenyum menenangkan. Dia tipe teman yang baik.
"Tapi... mendirikan sekolah seperti ini, pasti membutuhkan tanggung jawab yang sangat besar. Apa kita mampu Earl?" Tanyaku menerawang. Lebih pada diriku sendiri. Entahlah. Aku hanya merasa tidak percaya diri. Aku sudah biasa mengadakan acara besar berskala Nasional. Bahkan Perjamuan antar negara pun sudah sering aku tangani sendiri. Namun, Sekolah berbeda dengan sekedar acara pendek. Ini membutuhkan dedikasi penuh. Karena sekolah tidak mungkin dilansungkan hanya dalam hitungan hari kan? Paling cepat 6 bulan untuk sekolah singkat, ah tidak... mungkin 1 tahun?
Earl memegang bahuku agar aku berhenti, dan menghadapkanku padanya. Kupikir, Earl sedikit "terlalu nyaman" denganku? Kami belum begitu akrab dan dia sudah berani menyentuhku, meski hanya di bahu. Tapi aku ini seorang putri, yang tidak sembarang orang bisa menyentuhku.
"Dengar, kita tidak sendiri Emy. Akan ada banyak tenaga profesional yang akan membantu kita. Kita hanya perlu memantau dan membantu semaksimal mungkin. Ah, dan juga aku punya teman yang cukup bisa diandalkan untuk masalah planing academy. Nanti akan kuperkenalkan padamu Emy." Jawab Earl penuh senyum menenangkan. Dan ya, kekhawatiranku sedikit berkurang. Kupikir, hubungan kita tidak akan buruk kedepannya.
"Hei Earl, kupikir kita belum cukup dekat untuk saling memanggil dengan nama kecil. Panggil aku EMILY." Tegasku, Aku sedikit terusik dengan panggilannya.
"Oh, Ayolah EMY, bukankah kita partner sekarang? Lagipula kamu juga memanggilku Earl kan?" Tanyanya dengan senyum jahil yang terlihat menyebalkan. Dia sengaja ingin menggodaku.
"Panggil aku Emily. Dan namamu memang Earl. Memangnya aku harus memanggil apalagi?" Aku ingin membuat batas padanya.
"Baiklah baiklah, tuan putri EMY.." Jawab Earl dengan senyum menyebalkannya. Oh, dan dia bahkan mengedipkan matanya padaku. Fix, aku memang belum mengenal kepribadiannya yang sebenarnya!!
Saat kami tiba di ruang keluarga, huhhh, ayah dan ibu tersenyum misterius. Pasti mereka membayangkan yang tidak-tidak. Dasar!! Kadang orang tua itu keterlaluan, mereka selalu mengharapkan sesuatu yang kadang... tidak masuk akal.
"Cepat sekali kalian kembali." Sambut ibu ketika kami sudah kembali duduk bergabung di ruang keluarga. Aku dan Earl berada di taman pribadiku hampir satu jam dan ibu bilang 'cepat sekali'? Oh,,, Apa sebenarnya yang ada dipikirannya?
Apa ibu benar-benar berharap kami akan saling jatuh cinta pada pandangan pertama? Hah, itu hanya terjadi pada novel-novel roman yang bahkan tak pernah ku lirik sedikitpun. Whatever! Karena bagiku, semua butuh proses, termasuk cinta. Apa kalian pikir aku cukup gila untuk jatuh cinta pada orang yang bahkan baru kukenal satu jam yang lalu? No! I am not that mad.
Aku memilih untuk mengacuhkan komentar ibu dan memandang Earl untuk memberi kode. Dia mengangguk mengiyakan. "Aku memiliki sesuatu untuk ku katakan." Kataku memulai 'pidato'ku. "Aku dan Earl sudah berdiskusi tentang perjodohan ini dan kami sependapat ini tidak adil untuk kami." Aku diam sejenak, mengamati reaksi mereka. "Maka dari itu, kami ingin mengajukan penawaran." Lanjutku.
"Jadi dengan kata lain, kamu menolak perjodohan ini?" Tanya ratu Esme dengan pedas. Dia tidak repot-repot menutupi ketidaksukaannya pada apa yang kukatakan.
"Bukan Emily tapi kami berdua." Jawab Earl sebelum aku sempat bereaksi. Aku tersenyum lega, setidaknya Earl menepati janjinya untuk membantuku. "Dan lagi, ide ini datang dariku bukan Emily." He is such a gentleman, right?
"Penawaran apa yang ingin kalian ajukan?" Tanya Ayah dengan arif. Ayah adalah idolaku. Dia tahu bagaimana harus bertindak dengan bijak pada situasi apapun. Dia tahu bagaimana memperlakukan orang lain agar dia tidak merasa inferior. Sekalipun itu bawahannya. Aku selalu berharap suatu hari aku bisa menjadi ratu yang sebijaksana ayah.
"Kami ingin membuat sebuah sekolah khusus untuk mendapatkan sosok raja masa depan yang pantas memimpin negeri ini suatu hari nanti." Jawab Earl.
"Sekarang sudah ada kamu Earl, mengapa harus mencari orang lain lagi?" Tanya ibu. Aku sangat paham ibu sudah benar-benar 'jatuh cinta' pada Earl dan menginginkanya menjadi menantu keluarga ini.
"Bukankah sudah kukatakan ini tidak adil untuk kami ibu. Setidaknya beri kami kesempatan untuk memilih. Dengan adanya sekolah ini nanti, aku akan punya banyak pilihan calon pangeran. Dan aku bisa memilih satu orang yang benar-benar kuinginkan." Kataku. Ini pernikahanku. Dan aku yang akan menghabiskan sisa hidupku dengan siapapun itu yang akhirnya kunikahi. Jadi aku punya hak penuh untuk memilih kan?
"Baiklah, anggap saja setelah kita mendirikan sekolah itu, kamu bisa memilih dan menemukan pangeran impianmu. Lalu bagaimana dengan Earl sayang? Ini terdengar tidak adil baginya, pikirkanlah lagi." Pinta ibu.
"Ya benar, apakah kamu ingin lari begitu saja meninggalkan Earl? Bagaimana mungkin ada putri yang sangat tidak sopan sepertimu?" Ratu Esme lagi-lagi berkata dengan sangat tidak menyenangkan.
"Ibu! Jaga bicaramu."Kata Raja Arthur. Sejak tadi aku baru mendengar suaranya. Sepertinya dia tipe pendiam, dan itu tidak cocok untuk seorang raja. Dia terlihat kalah dengan istrinya.
"Ibu, bukankah sudah kukatakan ide ini datang dariku. Jangan menghakimi Emily seperti itu." Kata Earl tenang. Ya, nilai Earl semakin bertambah di mataku. "Akan kujelaskan detail rencana kami agar kalian tidak salah paham." Earl memandangku meminta pendapat, aku hanya memandangnya dengan tatapan 'terserah kau saja'. Bagaimana lagi, dari awal ini rencananya, jadi biarlah dia yang menjelaskan rencana ini pada mereka.
"Jadi, kami akan mendirikan 'Prince Academy' sekolah khusus pria berasrama yang bertujuan untuk melatih para pemuda agar berperilaku baik, berwawasan luas dan berkepribadian layaknya seorang pangeran sejati. Aku dan Emily akan terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, kami juga akan mengajar di salah satu kelas yang akan kami buat nanti." Jelas Earl. What?? Wo wo wo, apa ini? Aku? Mengajar? Kenapa Earl tak mengatakan hal ini sebelumnya? Aku pikir aku hanya akan memantau mereka dari jauh.
"Kenapa harus berasrama?" Tanya ibu yang terlihat tak setuju dengan ide ini.
"Karena kami ingin pangeran itu benar-benar menerapkan semua pelajaran pada kehidupannya sehari-hari. Dengan hidup berasrama, kami bisa memantau kegiatan mereka dua puluh empat jam. Dan juga, ini lebih memungkinkan Emily untuk lebih dekat dengan mereka secara personal. Karena siapapun nanti yang akan terpilih, dia bukan hanya menjadi raja, tapi juga suami Emily. Tentu saja ini harus dipikirkan." Lagi, rasanya setiap kali Earl bicara, dia terlihat semakin baik dimataku. Dia terlihat matang dan berpengalaman. Well, seorang pangeran atau putri memang harus bisa menghadapi situasi sesulit apapun dengan kepala jernih. Namun kupikir, aku belum bisa sebaik Earl dalam menghapai masalah ini. Kali ini aku merasa... kalah?
"Tetap saja, itu semua hanya menguntungkan Emily." Potong ratu Esme pedas.
"Aku belum selesai bicara ibu. Aku sudah berencana, setiap satu atau dua bulan sekali, kami akan mengadakan kelas dansa, dan untuk itu kami memerlukan gadis-gadis kan? Makanya setiap satu bulan sekali, asrama juga akan di buka untuk umum, terutama para gadis untuk mendampingi dansa para calon pangeran.
Dan dari situ aku bisa berkenalan dengan salah satu dari mereka. Bagaimana? Terdengar adil kan?" Great. Darimana semua ide itu datang? Dia berpikir dalam waktu singkat. Atau mungkin dia memang sudah memikirkan hal ini sebelum datang kesini. Lagi-lagi terserah! Selama itu tidak merugikanku.
"Hemm, menarik." Kata ayah. "Aku akan menyetujui usulan ini jika kalian mau menerima syaratku."
"Syarat apa ayah?" Tanyaku antusias yang tidak mengira rencana kami diterima dengan begitu mudah. Ya, setidaknya hanya adu mulut dengan ratu Esme, bukan penolakan besar-besaran seperti yang kuperkirakan. Mengingat betapa gilanya ide yang kami ajukan ini. Entah apa yang ada dipikiran ayah sehingga beliau begitu mudahnya menerima usulan kami.
"Aku mengerti betul kalian menolak perjodohan ini lebih karena kalian belum saling mengenal. Kalian merasa tidak diberi waktu dan pilihan." Ya, baguslah kalau ayah mengerti hal itu. Dan seharusnya ayah memang tidak harus mengadakan perjodohan konyol seperti ini hanya karena khawatir aku tak akan bisa memilih calon raja bagi negeri ini. Huh, aku bukan gadis kecentilan yang mudah terpesona dengan wajah tampan! Aku pasti bisa memilih mana yang benar-benar pantas menjadi pendampingku.
"Tapi aku tidak bisa membiarkan kalian hanya mengakhiri ini begitu saja tanpa mencoba." Wait!! Aku merasa sebentar lagi akan ada 'badai' lain yang akan terjadi.
"Apa maksud raja?" Kali ini Earl yang bertanya mewakili kami berdua. Aku melihat dia sama bingungnya denganku.
"Aku mengijinkan kalian membuka sekolah itu, asal kalian berdua juga berusaha untuk saling mengenal satu sama lain." Jeda. Ayah terlihat mengamati reaksiku dan Earl. "Dan yang ku inginkan, Pertama, Hanya bangsawan yang boleh berpartisipasi di sekolah ini." Kata Ayah. Aku tidak mengerti. Ayah bukanlah orang yang suka mendiskriminasi antara bangsawan dan rakyat biasa. Bahkan tidak sedikit staf istana yang berasal dari rakyat biasa. Namun mengapa sekarang ayah membuat batasan hanya untuk bangsawan?
"Mengapa begitu ayah? Apa ayah berpikir rakyat biasa tidak bisa memenuhi standar? Bukankah rakyat biasa juga sudah bisa mendapatkan pendidikan yang baik disini? dan banyak sekali jenius yang lahir dari kalangan rakyat biasa. Apa ayah akan membiarkan mereka tidak memiliki kesempatan yang sama dengan para bangsawan? Kita sudah lama menghapuskan diskriminasi seperti itu kan ayah?" Aku benar-benar tidak mengerti. Ayah bukanlah orang seperti itu.
"Emy, menjadi raja bukanlah hal yang bisa dipelajari dalam waktu 1 atau 2 tahun. Butuh seumur hidup untuk menumbuhkan kesadaran atas tanggung jawab dan kecintaan terhadap rakyat. Seperti kamu yang dari kecil sudah di doktrin untuk mengabdikan hidupmu untuk negara ini. Orang biasa tidak akan mampu mengerti itu. Kalau bangsawan, setidaknya mereka sudah terbiasanya mengelola teritori mereka. sistemnya hampir sama dengan kerajaan, meski skalanya lebih kecil." Ayah menjelaskan dengan hati-hati. Berusaha membuatku mengerti. Karena ayah tahu kalau aku sangat tidak menyukai diskriminasi.
Aku sudah akan membantah ayah ketika Earl tiba-tiba memberi isyarat padaku untuk diam.
"Kami mengerti maksud raja. Namun bisakah kita bahas lagi tentang persyaratan ini nanti? Karena Emily terlihat tidak akan puas dengan jawaban apapun yang akan dberikan raja." Jawab Earl penuh senyum. jika saja kami hanya berdua, aku pasti sudah memarahinya. Bisa-bisanya dia mengatakan hal seperti itu tentangku. Dan lebih menyebalkannya lagi, Ibu terlihat tertawa kecil mendengar penuturan Earl. Kentara sekali kalau ibu sependapat dengan "calon menantunya" itu.
"Baiklah kalau begitu untuk syarat yang kedua. Earl. Kamu harus tinggal disini bersama kami sampai waktu penentuan tiba. Bagaimana?" Kata Ayah dengan nada mengintimidasi.
Kalian tahu? Rasanya seperti orang yang baru saja lepas dari hantaman tornado namun sekarang harus menghadapi tsunami.*********
Edited 12 Mei 2020
Haiiiii
Bagaimana Chapter kedua ini?
Jangan lupa komentar dan vote nya ya.... :)
love u all guys.....
![](https://img.wattpad.com/cover/9702991-288-k947148.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Academy
Genç KurguAku princess Emily, seorang putri dari kerajaan plenamory seperti cerita di novel-novel itu, AKU DIJODOHKAN!!! Tapi kisahku tak akan menjadi se klise novel-novel teenlit Karena pangeran yang di jodohkan denganku justru membantuku untuk menemukan cal...