O.5

4.2K 419 19
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore dan Jane baru saja selesai dengan ritual mandinya. Wanita cantik itu berjalan keluar dari kamar dengan tubuh yang sudah terbalut pakaian rumahan serta handuk kecil yang kerap ia pakai untuk mengeringkan rambutnya yang basah-Jane tidak terbiasa dengan hairdryer.

Rasa lapar memaksanya untuk mengubah arah haluan, tadinya ia berniat berleha-leha menonton siaran TV lokal untuk memaksimalkan hari libur kerja. Tapi mungkin itu akan ia lakukan setelah mengambil beberapa camilan dari dalam kulkas.

Ketika ia kembali, ia mendapati Bangchan yang tengah bersandar pada sofa dengan satu lengan yang menutupi kedua mata. Pria tampan itu nampak begitu lelah.

Wanita itu duduk di sebelahnya tanpa rasa takut. Jane sudah terlalu lama mengabdi pada keluarga KIM, bahkan sejak ia berumur tujuh tahun. Tepatnya saat itu ia diangkat oleh Jihyun untuk menjadi salah satu tangan kanan KIM dan ia merasa jika KIM sudah seperti keluarga baginya, begitupun dengan pria di sebelahnya.

Meski belum lama ia menjadi orang kepercayaan Bangchan, tapi rasanya entah kenapa ia bisa begitu sayang pada pria yang satu itu. bukan sayang dalam artian cinta, tapi lebih kepada rasa sayang sebagai kakak. Bangchan terlihat tegas, kuat, ambisius, dan penuh percaya diri. Tapi dari sudut pandang Jane, ia masih kerap kali menemukan sisi lain dari pria itu.

Si pemuda Bang adalah definisi nyata dari gunung es. Orang-orang hanya akan melihat bagian atas dari gundukan dingin tersebut dan dengan mudah mengatakan bahwa itu hanyalah gunung es yang kecil, padahal mereka tak tahu apa yang ada di baliknya; bongkahan yang ada di dalam lautan sebenarnya lebih dari itu. Bangchan juga manusia, maka dia juga punya sisi lemah. Ada kalanya pria itu akan berkeluh kesah pada Jane bagai anak umur lima tahun dan Jane tak masalah akan itu. Jane akan selalu terbuka untuk Bangchan.

"Terjadi sesuatu?" Jane membuka suara.

Si pria mengeleng samar.

"Maaf tidak membuatkanmu makanan, aku harus kembali ke mansion KIM karena Nyonya Jihyun membutuhkanku. Apa kau makan dengan baik?"

"Ya."

"Benarkah?"

Hening sejenak, "Sebenarnya, tidak juga."

Jane mendengus sebal, bagaimana Bangchan bisa tahan saat dirinya tidak makan seharian?

"Aku akan membuatkanmu sesuatu."

Jane nyaris bangkit, tapi Bangchan mencegahnya dengan menangkap lengan wanita itu cepat,

"Tidak perlu, aku tidak lapar."

"Uh, oke."

Wanita cantik blasteran itu tak lagi berniat membuka suara. Ia mengabaikan Bangchan yang masih terpejam, tapi lengannya tak lagi menutupi kedua matanya.

"Bagaimana dengan Jeongin? Apa dia makan dengan baik? Kuharap kau memberikan makanan yang sudah aku titipkan pada Pak Lee tadi siang."

Bangchan melirik Jane sekilas dari sudut matanya, lalu pria itu mendengus pelan.

"Aku heran kenapa akhir-akhir ini kau begitu kerap mengungkit masalah Jeongin. Jeongin ini, Jeongin itu, sebenarnya ada apa denganmu?" Bangchan menyela tak senang.

Jane balas mendengus, lelah akan sikap bebal Bangchan,

"Bukan seperti itu. Apa kau pernah berpikir sekali saja tentang Jeongin? apa yang ada dalam pikiranmu hanyalah menyiksaㅡ menyiksaㅡdan menyiksa anak itu? sampai kapan? Sampai dia lelah akan kehidupan? Itu yang kau inginkan?" Wanita itu menilik sendu,

"ㅡsejujurnya aku benar-benar menyayangkannya. Jeongin sangat indah, aku bahkan terpukau dengan sosoknya yang manis dan lembut. Tapi dia terlalu rapuh bagai gelas kaca yang kau isi balok-balok kecil es dan kemudian kau tumpahi dengan air panas. Dia sudah pecah Chris, berpikirlah akan hati dan tubuhnya yang lemah."

despacito | chanjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang