2.4 (bonus part 1)

4.9K 333 17
                                    

Suara alarm digital yang memekikkan telinga menusuk rungu sang pria berambut pirang pagi itu. Dia mengerang karena tidurnya yang hanya didapat selama beberapa jam terpaksa harus terganggu. Masih dalam keadaan yang setengah sadar Chan mengusak sisian ranjang yang lain menggunakan lengannya.



Dingin. Tidak ada siapapun disana.



Kedua manik elang sekelam malam miliknya langsung terbuka lebar. Dia terduduk dan mengerutkan dahi karena tidak mendapati sosok yang sudah beberapa bulan terakhir menemaninya tidur bersama.

"Jeongin?!" Chan berteriak memanggil, berharap bahwa Jeongin akan menyahuti dari dalam kamar mandi. Namun tidak ada sahutan, lagi-lagi hening menyambutnya.

Merasa panik, Chan bergegas keluar tanpa memikirkan atasannya yang belum terpakai. Dia menuruni tangga dengan cepat meski dia tahu bahwa penampilannya saat ini masihlah sangat kacau.

"Chris!"

Yang dipanggil berhenti, matanya awas menatap seorang wanita bersetelan celana jogger hitam dan crop top putih tengah bersantai nyaman di sofa ruang tamu seraya menggigit apel.

"Mau kemana dengan penampilan topless seperti itu?"

"Dimana Jeongin?" Alih-alih menjawab, Chan malah balas memberi pertanyaan hingga membuat Jane yang duduk diujung sana mendengus malas.

"Dia keluar."

"Keluar? Kau membiarkannya keluar sendirian?!"

"Jeongin bersama Minho. Kenapa heboh begitu?"

"Aku tidak akan heboh jika perutnya tidak sebesar bantal kepala garfield milikmu. Jika dia terpeleset lalu sesuatu terjadi padanya maka aku akan dituntut di muka hukum."

"Bilang saja kau khawatir padanya, tak usah sok-sok bawa nama baik."

Mengabaikan omongan sarkas dari Jane, Chan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Pria dewasa itu memicingkan pandangan kala melihat Minho yang nampak santai mendorong kursi roda dengan Jeongin diatasnya. Juga, tunggu dulu, apa yang sedang Jeongin dekap didadanya?

"Berhenti membuatku khawatir dengan cara menghilang dari tempat tidur disaat aku masih terlelap." Seru Chan begitu dua sosok berbeda perawakan itu sudah mendekat.

"Aku cuman mau jalan-jalan kak.." Gumam yang lebih muda. Jeongin nampak menggemaskan dalam balutan sweater besar berwarna peach yang panjangnya melewati lutut. Sementara rambut depannya yang sudah mulai panjang diikat keatas bak buah apel.

"Maaf lancang membawa Jeongin keluar tanpa izin, tuan Chris."

"Karena kau sudah lancang maka tak ada jatah gaji untuk bulan ini."

Baik Jeongin maupun Minho sama-sama membulatkan mata. Yang satu kaget karena tahu gajinya tidak akan cair sementara yang satu lagi tidak percaya bahwa Chris bisa dengan mudah mengatakan hal seperti itu.

"K-kenapa kakak jahat sekali? Berhentilah bersikap arogan." Bibir cherry si manis melengkung kebawah pertanda sedih, namun begitu lucu bersanding dengan pipi gemuk berwarna kemerahan akibat suhu udara yang lumayan dingin.

"Itu urusanku dengan Minho, bocah kecil tak perlu ikut campur."

"Aku sudah besar. Berhenti panggil aku bocah, anak kecil, atau bayi!"

"Karena kau memang anak kecil!" Chan tanpa sengaja ikut meninggikan suara. Kontrol marahnya memang agak buruk jika dia kurang tidur atau kelelahan.

"Jeongin bukan anak kecil.. hiks.." Dan akhirnya tangis Jeongin pecah, mengundang raut bingung pada wajah Minho yang menyaksikan itu dengan keterdiaman. Dia ragu juga untuk menyela saat melihat kedua majikannya itu bertengkar hanya karena hal sepele.

despacito | chanjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang