Emi berdiri di depan gerbang sekolah. Menunggu angkutan umum lewat. Feral sudah kembali pada rutinitasnya, latihan basket.
Emi tentu lebih baik menunggu angkutan 15 atau 20 menit, daripada menunggu Feral hingga pukul 5 sore. Ia melirik jam yang ada di depan pos satpam. Pukul 13.45 WIB.
Mungkin lima menit lagi akan ada angkot yang lewat, pikir Emi.
Dirinya jadi teringat Kenzo. Jika pemuda itu masuk, pasti Kenzo sudah menariknya ke parkiran sejak di kelas. Tak akan membiarkan Emi berdiri di depan gerbang seperti ini.
Emi memilih untuk membuka ponsel. Membaca novel digital di platform online baca buku gratis. Baru saja membaca dua paragraf. Suara motor berhenti tepat di hadapannya, membuat Emi otomatis mendongak.
Tangan kanan gadis itu jatuh ke sisi badan. Meremas kuat ponsel dengan pandangan tak percaya. “Kenzo....”
Tak ada yang berubah dari dia. Kenzo benar-benar terlihat segar seperti biasa. Sepertinya pemuda itu memang menikmati waktunya selama absen sekolah. Emi yakin, pasti Kenzo tidak nerasakan sedih seperti yang Emi rasakan hampir seminggu ini tanpa kehadiran Kenzo.
“Ayo naik, aku ingin kita mengobrol sebentar,” ucap Kenzo yang disambut angin lalu.
“Aku akan mengantarmu pulang secepatnya,” imbuhnya membujuk Emi.
Terdiam sejenak, lalu Emi menyimpan ponselnya ke dalam tas. Berjalan mendekat ke boncengan motor kenzo. Memegang bahu kiri pemuda itu agar bisa naik ke atas motor. “Sudah, Ken.”
Kenzo menatap lamat-lamat wajah Emi dari spion. Menutup kaca helm full face nya dan bersiap untuk melajukan motor. Entah kemana tujuan Kenzo saat ini, Emi percaya bahwa ia akan baik-baik saja.
രരര
Emi menggeliat tak nyaman di kursinya. Oh, Ya Tuhan... dirinya tak tau harus bersikap bagaimana di depan Kenzo setelah kejadian tadi.
Setelah sampai di depan cafe. Kenzo menyuruh Emi untuk memilih meja. Baru beberapa langkah, tiba-tiba saja tangan Kenzo melilit di perut Emi. Mengaitkan jaket kulit hitamnya di sana.
Awalnya Emi jelas ingin memaki. Namun gelanyar aneh serta desiran di dada gadis itu membuat bibirnya seolah bungkam.
Kenzo berbisik, “Sepertinya kamu kedatangan tamu Emi.”
Rasanya Emi ingin menghilang saja. Malu sekali saat seorang laki-laki memergoki kecerobohannya. Datang bulan dan seorang laki-laki yang memberitahunya. Sial sekali.
“Jangan khawatir, akan kubelikan yang kamu perlukan. Langsung ke toilet, aku akan segera ke sana selesai membeli.”
Emi sangat malu sekali tadi. Kenzo terlalu jeli untuk seorang laki-laki. Emi bisa menjamin, noda merah sangat tersamarkan pada rok pramuka. Jadi, bagaimana Kenzo bisa tahu.
Mata elang Kenzo, jangan-jangan bisa menembus pakaian juga. Yah, kali ini ia sudah keterlaluan. Emi harus mengenyahkan pikiran liar itu.
“Aku bersyukur kamu baik-baik saja, Emi.”
Gadis itu menatap sekilas ke arah Kenzo. Lalu kembali memandang teh hangat yang tadi dipesankan pemuda di depannya. “Aku rasa kamu juga baik-baik saja, Ken.”
“Kamu bisa tahu nanti Emi,” tukasnya lalu tertawa renyah.
Kenzo yang barusan cukup membuat Emi kaget. Baru pertama kali, Emi melihat pemuda itu tertawa. Seperti itukah rupa malaikat jika sedang tertawa. Tampan sekali!

KAMU SEDANG MEMBACA
Mikenzo
Roman pour AdolescentsKalau ada pangeran yang jatuh cinta ama si upik abu, itu pasti palsu. Hati-hati ya, kamu. Dia ada maunya, tuh. രരര MikenzoㅣComplete Teen Fiction-ThrillerㅣCreaWiLi Project Novelet by Hanavanka Copyright © 2020