“Guys, gue lupa satu bahan penting.” Celetuk Salsa sambil membongkar kantong plastik belanjaan.
“Apa?” Emi mendekat ke arah gadis itu.
“Sosis! Gue kelupaan beli sosis Mi.”
Emi, Kenzo, dan Salsa terdiam. Jalan satu-satunya adalah beli ke luar. Tapi, siapa yang mau berangkat. Bimo dan Abel, mereka sedang membeli kemasan untuk makanannya. Sedangkan tiga remaja ini, baru saja sampai di rumah Salsa setelah menjelajah pasar.
“Yaudah gue aja yang beli, Sal. Lo masak spagettinya,” tawar Emi.
“Tapi, gue pinjem motor lo.”
“Ini—”
Belum sempat mengambil alih kunci motor Salsa. Tangan Emi lebih dulu ditarik Kenzo untuk beranjak dari dapur. “Gue anter.”
Di sinilah Emi. Di atas motor sport abu-abu milik Kenzo. Besok, kelompoknya dan dua kelompok lain akan berjualan makanan di Stand dalam area sekolah yang telah di siapkan guru pembimbing mapel. Yah, ini bagian dari tugas PKWU.
Tiba-tiba saja motor mengerem tajam, Emi terdorong ke depan. Otomatis kedua tangannya bertumpu pada punggung Kenzo. Kejadian terus terulang setiap kali Kenzo nengerem motor.
Emi tidak bisa mencegahnya. Jika saja ada pegangan besi di belakang motor. Mungkin itu bisa sedikit membantu agar dirnya tidak perlu menjadikan punggung Kenzo sebagai tumpuannya.
“Seperti ini Emi.”
Kedua tangan gadis itu ditarik untuk melingkar di perut Kenzo. Untuk sesaat napas Emi tertahan. Mereka terlalu dekat dan telapak Kenzo terlalu hangat.
Lampu berubah menjadi hijau. Tangan Kenzo terlepas dari punggung tangan Emi. Pemuda itu mengambil alih stang motor, lalu CBR abu-abu itu kembali melaju membelah jalanan.
Emi ingin mengakui satu hal. Inilah kali pertama dirinya memeluk seorang laki-laki. Efek sampingnya langsung terasa. Jantung Emi berdetak kencang tak karuan. Katakan bahwa ini bukan tanda-tandanya. Ya Tuhan!
Esok hari di sekolah, Emi berjalan memasuki kelas di ikuti Kenzo di belakangnya. Gadis itu segera menaruh tas di bangku, menyimpan totebag hitamnya di loker bawah meja.
Gege kembali ke bangku mereka. Sepertinya, gadis itu baru selesai mendiskusikan sesuatu dengan kelompok PKWUnya. “Emi, lo gak mau cerita sesuatu ke Gue?”
“Gak ada.” Emi menggeleng jujur.
“Tadi, anak-anak gosipin lo dan gue ikut nimbrung. Lo tau Mi apa yang digosipin?” Gege memepetkan tubuh. “Kedeketan lo sama Kenzo, Mi. Kecurigaan bahwa lo sama Kenzo udah jadian.”
Emi diam saja, apa yang Gege katakan memang tak sepenuhnya salah. Kedekatan itu memang ada, tapi bukan sebagai sepasang kekasih. Emi jadi meragukan gagasan.
“Hanya orang lain yang bisa menilai dengan baik dirimu, bukan dirimu sendiri.” Nyatanya mereka semua tak tahu persis hubungan dirinya dan Kenzo. Mungkin untuk hal ini Emi tak setuju.
“Gue kemarin liat lo di lampu merah, eum... Lo mesra banget ama Kenzo,” tambah Gege lagi sambil berbisik.
Alis Emi betaut. “Lo percaya gue pacarnya Kenzo?” Gege malah tersenyum simpul mendengar pertanyaan Emi.
“Gue liat semuanya, Kenzo yang berulah kan?” bisik Gege lagi.
“Lagian, gue percaya kalo lo bakal pegang janji lo, Mi. Kita berdua bakal gak pacaran selama masih di bangku pendidikan.”
Emi ikut tersenyum mendengarnya. Sedikit meragukan ucapan Gege. Apakah Emi benar-benar bisa menolak Kenzo, jika semisal pemuda itu meminta Emi menjadi kekasihnya. Bel masuk berbunyi mengakhiri dialog singkat keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mikenzo
Teen FictionKalau ada pangeran yang jatuh cinta ama si upik abu, itu pasti palsu. Hati-hati ya, kamu. Dia ada maunya, tuh. രരര MikenzoㅣComplete Teen Fiction-ThrillerㅣCreaWiLi Project Novelet by Hanavanka Copyright © 2020