Emi melihat ke arah jam dinding kelas yang ada di samping papan tulis. Pukul empat lewat lima menit. Kelas sudah kosong, sedangkan dirinya masih sibuk menyapu lantai.
Sudah jadi kebiasaan Emi seperti ini. Apabila esok hari adalah jadwal piketnya, maka sekarang sepulang sekolah ia harus menyapu kelas. Hanya berjaga-jaga saja, jika ia telat dan tidak bisa piket pagi harinya.
Emi melangkah mengambil pengki di pojokan kelas. Kembali ke depan lalu mengumpulkan kertas, plastik, dan debu-debu untuk kemudian dibuang ke tong sampah.
Saat berada di depan kelas, dirinya mendapati Kenzo di koridor depan kelas. Pemuda itu berdiri bersender pada tembok, menunduk menatap layar ponsel. Emi memalingkah wajah lalu langsung masuk ke kelas saat manik Kenzo menyorot tajam ke arahnya.
Napas berat Emi hembuskan. Gadis itu sedikit tidak nyaman dengan kelakuan Kenzo. Pasalnya sudah sebulan ini pemuda itu selalu berada di koridor depan kelas selama dirinya piket sepulang sekolah.
Ah sudahlah, Emi tak ingin memikirkan hal itu secara berlebihan. Mungkin saja memang, sopir cowo itu selalu datang telat di hari yang kebetulan sama dengan hari piketnya.
"Emi, pulang bareng aku!" Si pemilik nama menoleh ke kanan seraya melepaskan tangan dari genggaman Kenzo.
Terdiam sejenak membalas tatapannya. "Makasih, tapi aku pulang naik angkot."
"Jam setengah lima, nyari angkot susah. Sekarang, ayo keparkiran."
Lagi, Emi menepis tangan kenzo yang hendak menariknya. "Apa-apaan sih laki-laki ini, SKSD banget."
"Bukan urusan kamu."
"Bareng aku atau bareng Genta?"
"Hah, ngomong apa sih?"
Kenzo berdecak, mata tajamnya sedikit membuat Emi enggan membalasnya. "Genta lagi stay di depan gerbang. Siapa pun tahu, kalo jam segini angkot udah ga bakal lewat depan sekolah."
Emi membenarkan dalam hati. Biasanya jika sudah seperti ini. Emi akan pulang bersama Feral. Tapi, sekarang laki-laki itu sedang ikut tournamen basket selama seminggu bersama timnya.
"Ayo, pulang bareng aku."
Seperti seekor peliharaan. Emi menurut, berjalan mengikuti Kenzo. Matanya terarah pada pergelangan tangannya yang digenggam erat.
"Ya Tuhan, kesadaran gue... Plis, jangan gugup, jangan gugup."
Hanya beberapa saat saja, Emi segera melepaskan genggaman. Diam ketika Kenzo memperingati Emi untuk mengikutinya sampai ke parkiran.
Sudah sebulan berlalu, sejak berita beredar bahwa kenzo menyukainya berkat kejadian di rumah Bimo. Yah, Salsa dan Abel pasti pelakunya. Namun Dua minggu ini Emi bisa bernapas lega. Gosip itu perlahan lenyap. Nyatanya memang tak ada interaksi lebih intensif Emi dengan Kenzo pasca waktu itu. Dan Emi benar-benar tak ingin ada gosip semacam itu lagi hanya karena Kenzo menarik-narik tangannya.
Di depan gerbang sekolah, dari balik kaca helm yang Emi kenakan. Ia bisa melihat ada Genta di sana, duduk di atas motornya sambil melihat ke arah Emi juga. Tak lama, motor yang Kenzo kendarai menyebrang jalan, menjauh dari area gerbang. Saat itu juga Genta memalingkan wajah dan melajukan motor ke arah yang berlawanan dengannya.
Katakan pada Emi, bahwa apa yang dipikirkan Kenzo tadi terlalu berlebihan. Lagi pula, kenapa Genta mau menunggu dan megantarnya pulang? Jelas-jelas saat hari kedua masuk sekolah pemuda itu tidak menyukainya. Jika memang Genta naksir, dia tak akan bisa menghukum gadis yang disukainya, benar kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Mikenzo
Fiksi RemajaKalau ada pangeran yang jatuh cinta ama si upik abu, itu pasti palsu. Hati-hati ya, kamu. Dia ada maunya, tuh. രരര MikenzoㅣComplete Teen Fiction-ThrillerㅣCreaWiLi Project Novelet by Hanavanka Copyright © 2020