“Oke, cut!”
Emi tersenyum lebar, merasa puas. Akhirnya tugas membuat video materi ceramah mapel bahasa indonesia selesai. Emi melepaskan blazer milik Gege lalu memasukkannya ke dalam tas. Yah cukup lama memang, karena sejak tadi dirinya salah dalam berdialog. Atau tiba-tiba saja tertawa geli. Dan mengundang tawa anak sekelas.
Sekarang hari sabtu, XI MIPA 4 memang berencana untuk mengerjakan tugas video ini bersama meski kelompoknya berbeda. Jadi ya beginilah. Saling bahu membahu.
Membantu kelompok lain dengan berperan sebagai audience yang duduk memenuhi ruangan. Ada juga empat crew kameramen dari berbagai sudut yang rela penyimpanan ponselnya penuh untuk sementara waktu karena video-video berdurasi panjang itu. Terkadang, kelas Emi memang bisa sekompak ini.
Tepat pukul 12 siang. Semua sudah selesai membuat video. Satu-persatu temannya keluar kelas. Saat ini Emi dan Gege sudah di parkiran
“Mi, beneran gak mau gue anterin pulang?”
“Enggak usah, gue pulang sama Feral.”
“Yaudah gue duluan ya, ati-ati lo.”
Emi tersenyum dan melambai ke arah Gege. Gadis itu mengeluarkan ponsel dari saku roknya. Mengetikkan satu pesan untuk Feral.
Ral, latihan basketnya udah selesai belum?
12.11Centang satu dan itu abu-abu, membuat Emi berdecak kecil dan kembali menyimpan ponsel ke sakunya. Padahal dirinya sudah stay di dekat “Ae”.
Dari arah lain teman laki-lakinya beramai-ramai mengambil motor masing-masing. “Yud! Pintu kelas udah lo kunci lagi?” teriak Emi dari jarak 15 meter.
“Beres, Mi.” jawab Yudi sambil sibuk memakai helm seraya mengacungkan ibu jari padanya. Emi juga mengacungkan jempol pada Yudi, ketua kelas XI MIPA 4.
Tiba-tiba saja...
“Aku antar kamu pulang.”
Kenzo megatakan hal itu tiba-tiba sambil menarik tangannya. Respons Emi? Jelas dia menolak digiring dengan paksa. Apa lagi ini, Emi benci dipaksa apalagi dengan orang seperti Kenzo.
“Aku udah janji pulang bareng sama yang lain.” Kenzo diam.
Satu
Dua
Tiga
Keduanya hanya diam dan saling menatap, tak ada arti. Emi memalingkan wajah. Ia benar-benar lelah berada di dekat Kenzo.
“Kamu terlalu menghindari aku. Bilang, siapa yang menyuruhmu?”
Emi mengernyitkan dahi. “Sejak awal aku memang tidak pernah dekat denganmu. kebetulan saja kita selalu satu kelompok di saat pelajaran.”
Untuk kali pertama ini, Emi melihat Kenzo menghembuskan napas berat seraya memejamkan matanya. Baru berujar.
“Kamu bersikap cuek. Jangan lakukan itu lagi. Aku tak suka.”
"Hah, manipulatif. Aku yakin saat ini Kenzo sedang mencoba menjeratku, menjadikan aku salah satu bagian dari objek kesenangannya," batin Emi dalam hati.
Gadis itu bersyukur dirinya mengenal dunia novel. Setidaknya ia bisa mengenali cowok-cowok bermodel f*ckboy yang harus dihindari. Seperti Kenzo contohnya, namun jenis yang seperti Kenzo ini lebih mematikan.
“Emi, hati-hati. Aku akan selalu memantaumu.” Senyum simpul yang Kenzo berikan, tak sedikit pun membuat Emi terpesona. Dirinya malah bergidik ngeri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mikenzo
Fiksi RemajaKalau ada pangeran yang jatuh cinta ama si upik abu, itu pasti palsu. Hati-hati ya, kamu. Dia ada maunya, tuh. രരര MikenzoㅣComplete Teen Fiction-ThrillerㅣCreaWiLi Project Novelet by Hanavanka Copyright © 2020