10. Awal yang Baru

84 29 0
                                    

‍‍‍‍‍Kenangan-kenangan yang tercipta, seakan membius hati untuk merasakan kembali perasaan yang sudah disamarkan oleh waktu.
-Hanavanka-

രരര

Emi mengembuskan napas kecil. Membuka laci meja belajar dan mengelurkan buku diarynya dari sana. Meraih secarik kertas yang terselip di antara halamannya. Melihat kembali surat ini, membuat Emi mengingat semua tentang pemuda itu.

Sudah setangah tahun berlalu. Namun entah kenapa, semuanya tak bisa begitu saja Emi lepaskan. Sungguh ia rindu. Rindu akan keberadaan kenzo. Emi sadar, ternyata Kenzo sudah mengambil separuh hatinya.

Surat ini berkata semuanya. Hemm... Mungkin Emi akan membacakannya sekali lagi. Tapi, yang jelas setelah itu ia akan pergi tidur. Melihat besok adalah hari senin. Hari pertamanya di kelas akhir tingkat SMA.

Untuk Emilena Jovanka

Selamat malam, Emi.
Kamu apa kabar? Semoga sehat dan bahagia selalu.

Udah sebulan sejak kamu kasih jawaban itu. Aku masih gak terima sebenarnya. Percayalah, aku gak ada niat mau nyakitin kamu.

Sejak itu, kamu berarti buat aku. Aku bertekad gak akan pernah nyakitin kamu. Sebaliknya, aku mau ngelindungin kamu dari orang-orang yang bisa nyakitin kamu.

Aku tau, kalo kamu sebenernya ketakutankan kalo deket aku, kan? Hahaha... Doain aja semoga sepuluh tahun ke depan aku bisa berubah.

Aku minta maaf atas kejadian Feral. Aku bener-bener gak bisa ngendaliinnya saat itu.

Kamu mirip mama aku, bukan cuma fisik aja. Tapi juga sikap, tutur kata, cara bicara kamu itu mirip banget. karena itulah kamu menarik perhatian aku. Iya, swear. Sampai akhirnya aku sadar. Kamu emang menawan dengan segala kesederhanan yang kamu punya.

Selain itu, aku mau kasih tau kamu. Besok aku udah gak bakal sekolah di sekokah kita lagi. Aku bakalan home schooling. Biar bisa fokus buat pengobatan terapi aku. Doain ya, semoga mental aku bisa normal lagi.

Segitu aja, sampai jumpa beberapa tahun lagi, Mi.

From your sociopath boy
Kenzo Tama Miyamoto

Emi kembali melipat kertas itu, menyimpannya kembali ke laci bersama dengan buku diarynya. Manik hitam Emi, tertuju pada kotak putih nan kecil. Meraba sebentar permukaan kotalnya, sambil mengingat isi benda beserta kenangan yang ada.

Dua ikat rambut. Bubur, taman, dan Kenzo yang membantunya mengikat rambut secara tiba-tiba. Manis sekali jika diingat-ingat.

Sedangkan jepit rambut ini adalah hadiah sweet seventeen dari Kenzo. Spesial, apa pun yang Kenzo berikan. Akan bernilai spesial bagi Emi.

Drrt... Drrt...

Emi melihat ke layar ponselnya yang menyala. Satu pesan chat dari Feral. Emi jadi teringat, bahwa dia tidak boleh mencintai Kenzo lagi. Ia harus melupakan pemuda itu.

Demi semua pengorbanan yang Feral lakukan. Dan demi janji Emi pada dirinya sendiri. Jadi, hari itu...

"Ral bangun dong. Udah 10 hari masa gak mau bangun sih."

Emi bermonolog di samping Feral yang masih berbaring tak sadarkan diri. Saking sedihnya, Emi sampai tak sadar mengucapkan sesuatu.

"Bangun kek, Ral. Gue janji gak bakal deket-deket Kenzo ataupun cinta sama Kenzo. Tapi lo harus bangun. Itukan yang lo mau, Ral."

Tak ada pengaruh apa pun. Sampai di hari ke dua belas. Feral siuman. Esok harinya Emi bergegas membesuk Feral. Hari itu juga, Feral mengatakan sesuatu yang sungguh membuat Emi kesal sekaligus terharu.

"Lo kenapa gak ngelawan, sih! Bege banget," gerutu Emi. Gadis itu yakin sekali, Feral tak akan tidur hingga 12 hari lamanya jika ia mau melawan.

"Kalo lo yang ada diposisi gue. Gue yakin, lo gak akan bisa ngelawan, Mi." Apa maksud Feral, Emi sedikitpun tak mengerti.

"Gue cuma mau ngasih tau lo. Keadaan terburuk yang bisa lo alami, kalau lo sampe punya hubungan khusus sama Kenzo. Dia gak bisa ngendaliin emosinya, sekalipun itu ke orang yang dia cinta." Feral menejda sejenak, "Gak ada yang bisa jamin, lo bebas dari kekasarannya. Seorang pengidap sociopath."

"Jadi, lo tau semuanya, Ral?" Emi terkejut, sangat terkejut. Bagaimana Feral bisa tau?

"Ya. Lo sama Kenzo sama-sama cerobohnya. Gue nguping pembicaraan lo sama Kenzo di depan kelas. Pas lo sama dia lagi VC an sama dokternya Kenzo."

Emi menutup mulut. Matanya membelalak sempurna."Cuma gue yang tau," celetuk Feral menenangkan.

"Gimana kalo lo gak selamat, Ken? Itu bahaya tau!"

"Tenang aja, nyawa gue ada sembilan. Haha... terbukti sekarang masih napeskan."

Emi menggeram tersungut-sungut. Gadis itu membuka selimut dari bawah sekaligus menggulung sedikit celana Feral hingga tampak setengah kulit kakinya. Ia lalu menarik sedikit rambut kaki Feral dengan kuat.

"Aww... Aww... Asuu...Anjir!"

Emi tertawa puas. "Rasain, lagian lo gak ngerti banget orang khawatir tuh gimana rasanya."

Masih dengan meringis dan mengelus kecil kakinya. Feral lantas berujar, "Gue tau, Tem. Makanya gue gak mau lo ngerasain yang gue rasain karena perbuatan Kenzo."

Emi diam saja. Jadi inti dari percakapan panjang Feral sejak tadi adalah dia khawatir pada Emi.

Drrt...Drrt... Satu pesan dari Feral menarik Emi kembali dari pikirannya. Gadis itu membuka pesan.

Feral: Besok jadi gue jemputkan?
21.03
Feral: Yee, si item udah ngorok nih pasti.
21.17

Iya, jadi.
21.18

Emi mematikan data ponsel. Hari yang baru akan dimulai. Emi bertekad untuk menghapus perasaannya pada Kenzo.

രരര

Enam Tahun Kemudian...

Emi duduk menatap ke sebrang jalan. Lalu lintas masih ramai. Padahal sudah jam sepuluh malam. Restaurant tempatnya bekerja juga sudah tutup.

"Jadi, Genta udah ngomong ke lo."

Emi mendelik, memandang tak percaya pada gadis bersetelan kantor yang sedang meminum tehnya dari mug hitam. "Lo tau, Ge? Lo tau soal ini? Dan lo ngerahasiain itu?"

"Yah begitulah, Mi. Bukan gue yang berhak ngasih tau lo tentang ini. Tapi Genta sendiri."

Gadis dengan seragam khas pramusaji itu memijat kepalanya pelan. Pantas jika selama ini Genta begitu sering ke restaurant ibunya tanpa alasan yang pasti. Meminta pesanan kopi hitam buatan Emi dengan alasan, bahwa rasa kopi itu cocok di lidahnya.

Insiden kopi itu, bermula dari ulah Gege yang memberikan kopi buatan Emi pada Genta saat sahabatnya itu minta dibuatkan ketika makan siang. Dan kebetulan sekali Genta datang dan ikut bergabung. Emi bisa apa jika sudah begitu?

"Sebenernya, Genta udah naksir lo sejak kelas 11 Mi. Pas lo wisudaan, katanya dia mau ngomong ke lo. Tapi gak jadi, dia mau meyakinkan diri lagi." Emi hanya diam mendengar penjelasan Gege.

"Kalo dia udah ngomong. Itu tandanya dia udah yakin sama lo. Tinggal di lo nya aja, Mi."

Tbc...
30 Mei 2020
20.36 WIB

MikenzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang