Chapter 3

371 42 2
                                    

Happy reading

***

Melodi bangun pagi-pagi sekali, sengaja melakukan itu untuk melancarkan aksi melarikan diri. Melodi tidak akan pernah ikhlas kalau acara kencannya diganggu oleh seorang cowok jangkung bermulut pedas. Bisa saja menimbulkan gelombang tsunami.

Melodi membuka pintu kamar perlahan. Dia berjalan jinjit agar tidak menimbulkan suara.

“Ok, gue harus pelan-pelan banget lewatin kamar cowok rese itu.” Melodi meyakinkan hatinya bahwa dia bisa melewati rintangan. Jangan sampai menimbulkan suara sekecil apapun. Orang di rumah memiliki insting yang sangat kuat.

“Meong.” Slowmosion memandang lekat, kucing itu mengelilingi kaki Melodi, kemudian bermanja. “Meong….”

“Jangan berisik, Slow.”

“Meong.”

“Sana … jangan ganggu gue dulu.”

“Meong….” Slow tetap mengikuti kemana langkah kaki Melodi. Suaranya kian terdengar keras.

Saat melodi sibuk menyingkirkan Slow dari kakinya. Pintu kamar bercatkan putih terbuka. Melodi melirik ragu ke belakang, dia menghela napas berat melihat Zigar sudah berpenampilan rapi.

“Lo udah bangun? Kirain masih ngebo.” Zigar melipat lengan kemejanya sebatas siku. “Gimana penampilan gue? Keren, kan? Gue nggak malu-maluin, lho….”

“Bangke lo!”

Zigar tidak peduli, dia meraup Slowmosion dan mengelus bulu lebatnya. Tubuhnya cukup peka dengan aura negatif yang berhamburan di udara. Dia sudah menerkanya semalam, pasti Melodi ogah acaranya diganggu. Namun Zigar harus patuh pada peraturan. Bara akan kecewa jika ia lepas tangan.

“Trian ngajak lo jalan jam berapa?” Zigar bertanya tanpa peduli tatapan tajam Melodi. “Ini masih jam enam pagi, ini bukannya kepagian? Ke sekolah aja nggak kayak gini. Lo beneran mau jalan sama dia? Atau … lo mau ngelakuin sesuatu yang berbahaya?”

Melodi menggulung rambutnya. “Lo mau tahu kenapa gue bangun pagi?”

“Lo mau kabur? Biar gue nggak bisa ikut?”

Melodi menjentikkan jarinya. “Bener banget! Gue nggak mau lo ikut sama gue, enak aja!”

“Mel, lo tahu kenapa gue bangun pagi?”

“Biar lo bisa gangguin gue, kan?”

Zigar nyengir. “Semalam gue mikir banyak, lo pasti akan cari cara biar bisa pergi berduaan sama si Trian. Dan gue dapat ilham dari acara mikir itu, gue harus bangun pagi dan stand by di depan pintu jadi seorang penjaga. Tapi nyatanya gue hampir kehilangan jejak, untung ada Slow.”

Melodi menggeram pada keduanya, baik Slow dan Zigar. “Kalian berdua itu nyebelin banget!”

Zigar dan Slow saling bertatapan. Kemudian memandang melodi lekat-lekat.

“Zigar, gue mohon sama lo. Sekali ini aja. Gue mau lo nggak ikut campur, ini urusan gue sama Trian. Ya kali lo jadi obat nyamuk! Nggak malu?”

“Pertanyaan gue, kenapa gue harus malu?”

“Lo jadi pengganggu, bego! Lo jadi orang ketiga!”

“Itu gampang, Mel. Gue bisa ajak Slow ikut. Anggap aja kita lagi double date.”

Melodi tidak mampu lagi melayani keanehan Zigar. Kelangsungan hidupnya terancam jika terus menanggapi ucapan cowok itu. Mungkin satu-satunya cara adalah menerima takdir. Berharap saja semuanya tidak akan menimbulkan peperangan.

The FAKE Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang