Chapter 9

207 32 0
                                    

Happy reading

***

“Sebuah partikel berputar dengan 240 rpm. Jika jari-jari lintasannya 2 m, maka kelajuan linier partikel tersebut adalah?”

Eno dan Onew menatap Zigar yang sedang membacakan soal fisika. Mereka menemukan kertas itu di meja perpustakaan saat hendak mencari buku tentang geografi. Sejenak, Zigar bersyukur atas pilihannya memilih jurusan.

“Ini soal anak Ipa emang kayak gini?” Zigar meletakkan kertas tersebut ke tempat semula. “Tuh fungsinya apa, sih? Ngapain ngitung kelajuan partikel?”

Eno mencoba untuk membaca soal nomor dua. Berdeham. “Waktu yang diperlukan sebuah mobil yang bergerak dengan percepatan 2 m per sekon kuadrat, untuk mengubah kecepatannya dari 10 m/s menjadi 30 m/s adalah?”

Onew memijit pelipisnya, dia berceletuk. “Ya tergantung supirnyalah! Nginjak gasnya pol atau lambat. Kalau nginjaknya pol ya cepet!”

Zigar manggut-manggut. “Bener banget! Kalau jawabannya nggak kayak gitu, udah salah pasti!”

Ketiganya terkekeh geli akan jawaban konyol mereka. Beberapa detik mereka saling melempar senyum, tetapi setelahnya senyum itu memudar. Tawa kecil itu menghilang.

“Nggak enak kalau di sini nggak ada Raga, ya?” Eno berkata sembari memilih buku.

“Emang dia sakit kenapa, sih? Kemarin baik-baik aja tuh,” timpal Onew yang juga merasa kehilangan.

Satu-satunya orang yang tahu jawabannya adalah Zigar. Selain karena melihat langsung peristiwa kemarin, Raga juga menghubunginya. Cowok itu sakit karena pobianya sendiri.

“Jadi gini, Raga sakit karena kemarin dia temenin gue ketemu sama gadis.”

Eno dan Onew serempak menoleh. Onew lebih dulu angkat bicara. “Lo ngapain ketemu sama Gadis? Kok cuma ngajak Raga doang?”

“Sebenarnya gue nggak mau ngajak Raga karena gue tahu dia itu paling nggak bisa ketemu Gadis, buat ngajak kalian juga susah! Kalian ngebo di kelas, gue nggak tega bangunin kalian kali.” Zigar menjelaskan dengan mata memandang malas.

Eno duduk di kursi, membuka halaman pertama dari buku yang ditemukannya. “Emang lo punya kepentingan apa ketemu sama Gadis?”

Zigar mengulum senyum. Dia menceritakan segalanya. Bagaimana dia bisa bertemu dengan Harum, dan apa yang terjadi dengan tubuhnya setelah itu. Zigar benar-benar mengungkapkan semuanya, tanpa ada yang ditutup-tutupi.

Onew menopang dagu, alis kirinya terangkat. “Lo suka sama cewek yang namanya Harum itu? Lo jatuh cinta sama dia?”

“Hm … gimana, ya? Gue nggak tahu, gue belum pernah kayak gini. Pastinya … jantung gue berdebar lihat dia.”

Eno menyenggol siku Zigar. Senyumnya menggoda. “Wah, kalau itu yang lo rasain, itu udah pasti lo cinta sama dia. Mana mungkin jantung bisa deg-degan kalau nggak jatuh cinta.”

“Jantung gue pernah deg-degan pas gue mecahin kaca jendela rumah, jantung gue makin cepet pas ibu gue muncul bawa sapu ijuk! Ngeri banget.” Onew bergidik ngeri mengingat masa kecilnya.

“Itu beda, Onew. Nggak sama.” Eno mencubit pipi gembil sahabatnya. Gemas setengah mati.

Zigar juga ikut menyumbangkan tangannya untuk mencubit. Sekarang ini sasaran yang paling utama adalah Onew, berhubung Raga sedang tidak ada. Ketiganya paling gemas dengan Raga karena cowok itu yang paling muda.

Di saat mereka sedang asyik bersenang-senang, Melodi dan Ceri muncul. Cewek itu sedang membicarakan tentang dunia K-pop.

“Gue paling gemes sama Tata, Dia ganteng banget.” Melodi meremas tangannya untuk menyalurkan hatinya yang menggebu.

The FAKE Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang