Chapter 19

201 34 2
                                    

Happy reading

***

Malam kegalauan episode dua berlanjut.

Zigar tahu bagaimana perasaan Melodi sekarang, pasti sangat hancur. Sebagai manusia yang beradab, dan tidak bisa mendengar tangisan di malam hari, maka Zigar pun kembali jadi tukang hibur. Berbagai kata bijak dan penyemangat berbaris rapi untuk dikeluarkan. Tak lupa juga nyanyian khas Indonesia, yaitu dangdut.

Satu hari, tak bertemu, hati rasa….” Zigar berdeham. Lirik lagu dalam otaknya berhamburan tatkala Melodi menatapnya horor.

“Gar, gue nggak suka dangdut.”

“Maaf….”

Melodi duduk bersila di kasur, di depannya banyak kertas yang telah dirobek, dan juga foto kenangan bersama Trian. Melodi benar-benar marah dan merasa kasihan pada diri sendiri. Kisah cintanya tak berjalan mulus, tak seperti yang telah diangan-angankan sebelumnya.

“Dasar cowok berengsek!”

Zigar mengerling pada pintu kamar, takutnya ada yang memergoki. Orang rumah bisa cemas kalau tahu Melodi disakiti orang lain. Luka yang ada di wajahnya juga bisa menimbulkan pertanyaan.

Akibat perkelahian itu, Zigar harus menerima pukulan yang cukup keras. Sudut bibirnya terluka dan tulang pipi agak membiru. Trian juga mendapatkan luka yang sepadan.

“Mel, lo nggak akan nangis malam ini, kan?”

Melodi masih sibuk merusaki barang-barang pemberian Trian. Tiap kepingan memberi banyak rasa sakit. Saking sakitnya, air mata pun mengucur.

“Mel….” Zigar mengambil tisu, memberikannya pada Melodi. “Jangan nangis, dong. Nggak cocok.”

“Gue lagi kesel banget, Gar. Hati gue juga sakit banget.”

“Lo cinta banget sama dia, ya?”

Melodi menatap. Luka lebam jadi objek. Mungkin wajah Zigar tidak akan ternodai andai saja dia mau mengalah. Tetapi perkataan Trian begitu mudah memusnahkan kesabarannya. Melodi bingung karena cowok itu yang heboh daripada dirinya sendiri.

“Malah diem.”

Melodi menghapus air matanya cepat. “Iya, gue cinta banget sama dia. Gue ngasih semuanya sama dia.”

“Tunggu dulu, maksud semuanya di sini apa?”

Tatapan berubah sinis. Wajah sendu itu tampak beringas.

“Lo pikir gue cewek yang gampangan gitu?”

Kedua tangan mengatup di depan dada, Zigar nyengir. “Kalimatnya nggak jelas, Mel. Maaf….”

“Au ah!”

“Mel, Mel.”

“Apa?”

“Lo nggak ada niatan buat nangis, kan?”

“Dari tadi lo nanyain itu terus, napa?”

“Jadi gini.” Zigar menarik napas dalam-dalam. “Kamar kita itu seblahan, dan telinga gue ini tajam banget. Gue sebenarnya nggak keganggu kalau lo nangis, tapi gue cemas nanti mata lo bengkak terus sakit. Gue juga nggak mau kalau lo nangisin cowok berengsek kayak Trian. Jadi gue harap lo jangan sedih karena cowok itu.”

Melodi menyingkirkan benda-benda peninggalan Trian ke lantai, dia ingin fokus pada perilaku Zigar yang akhir-akhir ini meresahkan. “Lo sebenarnya aneh, Gar.”

“Gue aneh kenapa?”

“Lo tiba-tiba peduli banget sama gue. Lo juga belain gue di depan Trian. Sumpah, gue mau tahu apa alasannya.”

The FAKE Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang