Chapter 10

227 34 1
                                    

Happy reading

***

Langit yang tadinya cerah kini dipenuhi awan hitam menggumpal.

Zigar dan yang lainnya sudah sepakat untuk menjenguk Raga, tidak peduli pada cuaca yang kurang bersahabat. Langit mendung bukan jadi masalah.

“Gue bareng Eno, ya.”

Semuanya menatap Ceri, Eno meringis mendengar namanya disebut. Sudah tentu Eno akan protes, di dalam hidupnya, Eno tidak pernah membayangkan Ceri untuk menggantikan posisi Onew. Eno tidak akan rela kalau tempat duduk Onew diambil alih oleh orang lain.

“Nggak mau, gue mauanya sama Onew, bukan sama lo.” Eno cepat-cepat menyuruh Onew untuk duduk di boncengan. Keduanya memang tidak bisa dipisahkan, Eno paling manja kepada Onew.

“Terus gue sama siapa, dong? Masa gue ke rumah Raga naik angkot? Nggak ada yang mau ambil gue, nih?”

Eno menunjuk Zigar dengan dagunya. “Lo bareng dia aja tuh.”

Zigar menunjuk dirinya sendiri. Selama perjalanan hidupnya, Zigar belum pernah membonceng seorang cewek, terkecuali dengan keluarga besarnya. “Masa gue? Kenapa nggak bareng sama Gadis aja?”

Ceri mengikat rambut panjangnya, berucap, “Gadis nanti ada yang jemput, jadi gue nggak bisa sama dia.”

Zigar mengangkat salah satu alisnya. “Siapa?”

“Nggak tahu. Tadi waktu gue ajakin dia bilang gitu.”

Onew mendesah panjang. Dia paling tidak suka menunggu. Gadis belum menampakkan wujudnya untuk memberikan klarifikasi lebih lanjut. Persoalan tentang Ceri juga belum bisa terselesaikan, padahal itu hal yang mudah.

“Kak Zigar!” Gadis berseru kencang, dia menerobos tiga orang kakak kelas yang menghalangi jalannya. Gadis tidak takut pada ancaman atau gertakan para senior, lagipula dia adalah junior yang paling disayangi. Bakat sosialisasinya mengundang banyak teman, bahkan di luar sekolah. Gadis mempunyai banyak kawanan.

“Lama bener,” ucap Ceri ketika Gadis tepat di depannya. “Lo ngapain aja tadi di kelas?”

Gadis menggaruk tengkuknya. “Tadi aku nyapu, Kak. Besok aku yang piket. Nunggunya kelamaan, ya?”

“Iya.” Onew menunjuk mata kirinya, lelehan eyeliner sudah terhias rapi di bawah matanya. “Nih, lihat. Eyeliner gue udah nggak di tempatnya lagi. Harus cepat-cepat dibersihin sebelum diketawain orang lain, nih!”

“Eh … nggak usah.” Eno menahan Onew untuk turun dari motornya, takutnya Ceri memanfaatkan situasi. “Nggak usah dipake lagi, hapus aja semuanya. Lagian kita juga udah mau pulang.”

“Tapi mata gue kelihatan cuma segaris, No!”

Zigar tertawa diikuti yang lainnya. Yang dikatakan Onew memang benar, bola matanya hampir tidak terlihat.

Di saat yang sama, Melodi lewat di depan mereka semua. Tawa itu mendadak berhenti. Ceri menunduk karena merasa bersalah, belum pernah Melodi menatapnya sesinis itu. Gadis mengamati baik-baik apa yang sedang terjadi.

“Ini kenapa pada diam semua?” Gadis bertanya heran. Sebelum Melodi melangkah menjauh, Gadis menarik lengannya. “Kak Melodi mau ikut sama kita nggak?”

“Nggak,” jawab Melodi ketus.

Belum ada yang memberi konfirmasi kepada Gadis. Zigar berpura-pura memainkan HP-nya, Onew lebih mementingkan eyeliner-nya, Eno sedang memperbaiki tatanan rambutnya. Ceri bungkam tanpa berani melirik.

The FAKE Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang