Chapter 21

207 41 4
                                    

Happy reading

***

“Ma, Pa, Zigar mana? Dia udah makan belum?”

Yuna menoleh dramatis, tercengang berlebihan. Melodi urung memasukkan nasi ke mulutnya, tatapan sang ibu seakan menelanjangi. Ketika Melodi melirik ayahnya, lelaki itu juga melakukan hal yang sama.

Makan malam yang berlangsung dijalani oleh tiga orang nyawa. Zigar dan Melodi bagaikan bergantian. Jika malam sebelumnya Melodi absen, kini Zigar yang menggantikannya.

“Mama sama Papa kenapa natap kayak gitu? Salah kalau aku nanyain dia?” Melodi keki. Pertanyaannya seakan terdengar bagai keajaiban dunia.

“Tumben kamu nanyain Zigar, udah baikan ya?” Yuna mengelus kepala Melodi. Tersenyum.

“Cuma nanya doang.”

“Zigar katanya udah kenyang, tadi dia beli banyak siomay.” Bara menjawab sembari menuangkan sayur sop ke piring Melodi, tak lupa juga menambahkan nasi.

“Pa, aku udah kenyang.”

“Akhir-akhir ini kamu jarang makan.”

“Oke deh.” Melodi melahap semua itu. Perutnya sejak tadi kosong dan membutuhkan asupan makanan.

Semuanya sibuk menyantap hidangan. Entah mengapa Melodi merasa makan malam itu tidak seceria saat Zigar ada di sana. Tak ada orang pembuat emosi muncul. Melodi bete.

Melodi memutuskan untuk ke kamar, kamar Zigar tepatnya. Dia harus memastikan bahwa cowok itu tidak galau sepertinya. Melodi sudah tahu kalau Harum menikah dengan orang lain. Pasti sangat menyakitkan ditinggal gebetan.

“Zigar.” Melodi memanggil. Cowok itu sedang merenung di dekat jendela, dari jauh sudah terlihat menyedihkan. “Woi!”

“Apa? Lo masih mau nanya hal-hal aneh? Gue capek ladenin lo, nggak kelar-kelar.”

Melodi duduk di kasur, Zigar mengerling cepat. “Apa?”

“Lo kok mau ke kamar gue?”

“Gue … gue mau nanya.”

“Tuh, kan! Lo nanya-nanya lagi. Lo nggak ada niatan mau jadi pewawancara aja? kayaknya cocok banget sama lo.”

Melodi memukul kecil pundak Zigar, mengerucutkan bibirnya. “Gue beneran nanya, nih!”

“Apa?”

“Lo harus jujur.”

“Kapan gue nggak jujur?”

Kedua mata melirik ke atas. Selama ini Zigar selalu bersikap jujur, apa pun kesalahannya.

“Mau nanya apaan, nih?” Zigar duduk di samping Melodi, alisnya terangkat beberapa kali sebagai bentuk ketidaksabaran.

“Gini, lo suka sama Harum, tapi dia nikah. Lo sedih?”

“Sedih. Dikit.”

“Hati lo sakit?”

“Sakit. Dikit.”

“Dikit doang?”

Zigar mengangguk lemah.

“Lo beneran suka sama Harum?”

“Dikit.”

Melodi mencebik. “Dikit mulu!”

Zigar mulai melankolis, dia menghempaskan tubuh ke kasur, kedua lengan direntangkan. Napas dihembuskan pelan-pelan. “Mel….”

“Hm?”

The FAKE Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang