Chapter 8

206 33 0
                                    

Happy reading

***

Zigar mengelap keringat di dahinya dengan punggung tangan. Kipas anginnya tidak beroperasi dengan baik. Dari tiga kamar yang ada, hanya satu yang memiliki fasilitas AC, yaitu kamar Bara dan Yuna.

Melodi sendiri menolak adanya hawa dingin di dalam kamar. Melodi alergi dengan suhu dingin, dia bisa bersin-bersin dan hidungnya bisa meler. Zigar sendiri tidak mau merepotkan. Sudah banyak hal yang diterimanya.

Dulu kamar Zigar adalah tempat penyimpanan barang-barang, lebih tepatnya barang-barang milik Melodi. Karena Zigar menempati kamar itu, maka koleksi Melodi harus dipindahkan ke gudang.

Melodi awalnya murka karena benda kesayangannya harus digusur, dia sempat misuh-misuh selama beberapa jam. Setelah Bara menjanjikan tiket konser, barulah Melodi menerbitkan senyumnya.

“Hei, lo mau kemana malam-malam gini?” Zigar tadinya ingin ke dapur, tetapi dia tidak sengaja melihat Melodi bersiap-siap memakai jaket. Pintu kamar Melodi terbuka, jadi Zigar bisa mengakses lebih dalam. “Lo mau kemana, sih?”

“Bukan urursan lo! Sana pergi!”

Zigar melirik jam, jarum pendeknya mengarah pada angka sepuluh. “Mel, ini udah mau larut. Mama sama papa lo nggak akan izinin.”

“Makanya gue harus diem-diem. Dan lo jangan sampai ngadu!”

Zigar menyenderkan kepalanya di pintu, otaknya sedang mencari cara untuk menggagalkan aksi melarikan diri itu. Jika sesuatu yang buruk menimpa Melodi, itu sama saja Zigar tidak mampu menjaga baik amanahnya. Melodi bagian dari tanggung jawabnya sekarang.

“Biar gue tebak, lo mau jalan sama Trian, kan?”

Melodi tidak menjawab.

“Mel….” Zigar mendesah panjang. “Lo pikir-pikir dulu, deh. Masa lo mau jalan sama Trian malam-malam gini? Lo nggak curiga sama dia? Gimana kalau dia ngajak lo ke tempat yang nggak bener?”

“Eh!” Melodi melempar Zigar dengan sisir. “Lo itu banyak omong banget, ya? Kenapa lo nggak urusin cewek yang lo taksir itu? Ngapain urusin gue doang? Urusin juga diri lo sendiri!”

“Gue cuma nasehat, Mel. Takutnya lo diapa-apain sama Trian.”

“Lo itu nggak kenal sama Trian, jadi lo nggak usah komentar apa-apa soal dia. Ngerti?!”

Slow berseru pelan, dia mengusapkan bulunya ke kaki Zigar. “Meong….”

“Tuh!” Melodi menunjuk Slowmosion. “Lo jagain Slow aja, tidur bareng sama dia. Nggak usah gangguin gue.”

Zigar menatap Melodi sendu. Tidurnya tidak akan berkualitas kalau Melodi tidak ada di rumah. Zigar pasti dihantu hal-hal aneh, pikirannya selalu negatif. Jika sudah begitu, Zigar akan mengalami mimpi buruk. Bisa saja di dalam mimpi itu Harum lebih memilik cowok lain. Tidak bisa dibiarkan!

Selepas kepergian Melodi. Zigar sigap menyusul. Masa bodo dengan sanksi yang akan diterimanya, Zigar harus tahu kemana perginya cewek itu.

“Maaf, Om, Tante. Aku nggak bilang-bilang kalau Melodi jalan sama Trian.” Zigar mengerling pada pintu kamar berwarna cokelat. Bara dan Yuna sudah tidur sejam yang lalu, keduanya letih setelah bekerja.

Zigar tahu kemana dia harus melangkah. Melodi dan Trian biasanya bertemu di perempatan. Jadi Zigar harus cepat sampai ke tujuan sebelum kehilangan jejak.

Malam itu suasananya damai, tidak ada angin pembawa hawa dingin. Dari jauh Zigar dapat melihat Melodi. Cewek itu duduk di tepi jalan sembari memegang ponselnya. Zigar melakukan pengintaian di dekat tempat sampah. Ya, kurang strategis.

The FAKE Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang