Chapter 2

418 52 14
                                    

Happy reading

***

Zigar duduk di ruang tamu sambil memangku kaleng biskuit. Di depan pintu, kucing berbulu lebat menatapnya malas, kucing itu bersantai di keset kaki. Sesekali dia mengeong pada Zigar.

“Maafin gue, Slowmosion. Emmak lo lagi sensi kalau kita deket-deket.”

“Meong.”

“Iya, dia rese banget, kan?”

“Meong.”

Zigar meletakkan kaleng di meja, matanya memindai penjuru ruangan, memastikan semuanya aman terkendali. Melodi telanjur kesal, dan jika itu terjadi, maka Zigar tidak diperbolehkan untuk menyentuh Slowmosion.

Zigar selalu kalah jika sudah menyinggung soal kucing pemalas itu, Zigar menyayanginya lebih dari apa pun.

“Meong.” Kucing gendut itu berdiri, kepalanya mendongak. “Meong … meong….”

“Jangan ribut, nanti Emmak lo datang. Bisa kena tilang gue.” Zigar memberikan gestur diam kepada Slowmosion. Kedekatan mereka tidak diragukan lagi, Zigar sering curhat kepada kucing itu, mengoceh panjang lebar. Zigar percaya sekali bahwa Slowmosion mengerti ucapannya.

“Heh! Ngapain lo deket-deket sama kucing gue?” Melodi menuruni tangga dengan cepat, dia bergegas meraup tubuh Slomosion.

“Apaan, sih, Mel. Gue cuma ngobrol sama dia, nggak nyentuh.”

“Nggak usah banyak alasan. Pokoknya gue nggak mau lo ada hubungan lagi sama kucing gue.”

“Kok lo egois banget? Slow itu butuh gue, dan gue juga butuh dia. Hubungan ini nggak bisa putus gitu aja, Mel.”

Melodi mengangkat bahu tidak peduli.

“Tolong, Mel. Jangan pisahin gue sama dia.”

“Banyak drama banget lo! Udah kayak pacarnya aja. Ingat, Gar. Slow itu kucing, bukan manusia!”

“Emang siapa yang bilang manusia? Cinta itu nggak hanya buat manusia ke manusia, kan? Manusia ke hewan juga bisa.”

“Aneh lo!”

Zigar membungkuk, matanya menatap lekat. “Mel … gue mohon. Lo jangan bawa-bawa Slow kalau kita lagi berantem. Nggak adil banget!”

Melodi melepaskan Slowmosion, kucing itu kembali tiduran di keset kaki. Sudah berkali-kali Melodi menegurnya untuk tidak beristirahat di sana, takutnya ada yang menginjak. Tetapi kucing itu sedikit bebal, akibat salah didik oleh Zigar.

Zigar dan Slowmosion sering menghabiskan petang dengan duduk di keset kaki, kadangkala mereka menghalangi jalan. Zigar tidak terlalu peduli akan tingkahnya, asal dia bisa bersikap sopan di depan kedua orang tua Melodi.

“Daripada lo mohon-mohon kayak gitu, mending lo masak. Mama sama papa gue nggak akan pulang cepat hari ini. Jadi lo masak!”

“Lo yakin nyuruh gue masak?” tanya Zigar memastikan.

“Lah? Kok lo masih nanya? Kan lo hobinya masak sama gangguin gue.”

“Tapi … gue takutnya lo mencret-mencret kayak kemarin. Kan lucu.”

Melodi memandang malas. Dua hari yang lalu dia mendapat musibah akibat ulah Zigar. Makanan yang dimasak cowok itu melewati batas kewajaran. Nasi goreng yang dibuatnya terlampau pedas.

Melodi harus bolak-balik ke WC sampai pagi.

“Gue juga heran, kenapa gue yang harus selalu masak? Sekali-kali lo yang masak buat gue. Kan gue pengen lihat keahlian lo.” Zigar melipat tangan di dada, lagi-lagi dia protes.

The FAKE Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang