Chapter 6

216 40 1
                                    

Happy reading

***

Melodi mengecek jam berulang kali, memastikan benda bundar itu bekerja dengan baik.

“Mama sama papa kenapa belum balik, ya? Udah jam delapan juga.” Melodi cemas, takut sesuatu menimpa kepada orang tersayangnya. Melodi juga tak mendapat kabar apa-apa.

Melodi memegang perutnya, lambungnya meronta untuk diisi. Sejenak dia terpaku, aroma makanan menyapa indra penciumannya. Meski tidak terlalu kuat.

“Ini Zigar pasti lagi masak,” ucap Melodi mantap.

Melodi mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara. Dia mengintip dari balik pintu dapur. Melihat Zigar tengah mengaduk nasi goreng, Melodi makin berselera untuk mencicipi.

“Slow, Emmak lo kenapa benci banget sama gue, ya? Padahal gue nggak jahat, lho. Gue nggak pernah cari masalah duluan, Emmak lo yang duluan ngajak berantem.” Zigar mengadu pada Slowmosion. Kucing itu menyahut beberapa kali.

Zigar mengambil piring besar dan menuangkan hasil kerjanya. Zigar menutup matanya saat aroma nasi goreng tercium. Zigar bergumam panjang.

“Slow, ini aromanya enak banget.” Zigar menggendong Slowmosion untuk memperlihatkan makanan yang telah dibuatnya.

“Meong….”

“Lo mau?”

“Meong!”

Kucing berbulu putih itu diletakkan di atas meja, Zigar membagi makanannya menjadi tiga bagian. Satu untuknya, untuk Slow, dan tentunya untuk Melodi. Zigar tidak perlu diberitahu lagi, sudah sepatutnya dia menyisihkan makanan untuk Melodi.

Melodi ke luar dari persembunyian, dia berpura-pura mengambil air di kulkas. Slowmosion menyapa dengan nada yang riang.

“Lo lagi makan apa, Slow?” tanya Melodi menatap lekat. “Lo jangan sembarangan makan, nanti perut lo sakit.”

Zigar mengerling sebentar, tidak ada kata yang terlontar dari mulutnya. Melodi juga terlalu gengsi untuk meminta makanan. Jadi, satu-satunya cara untuk mengganjal perut adalah meminum banyak air putih.

“Slow, makan yang banyak, ya. Biar cepat gede….” Zigar memberikan satu sendok nasi untuk Slow. Kucing itu menggoyangkan ekornya cepat, dia makan dengan lahap.

Melodi masih berdiam diri di depan kulkas, sesekali menelan ludah karena tergiur. Cukup lama Melodi di sana tanpa melakukan apa-apa.

Ketika Zigar selesai, Melodi siap meluncur untuk melahap makanan yang sengaja Zigar sisihkan. Sayangnya, Slow tidak sengaja menyenggol piring itu hingga isinya jatuh ke lantai, bercampur dengan beling.

“Slow!!!” Melodi spontan berteriak. Kakinya lemas. Hancur sudah harapannya.

“Meong….” Slow memelankan suaranya, matanya menatap Zigar. Kucing itu sepertinya tahu jika telah berbuat salah.

“Nggak apa-apa, Slow. Gue bisa bersihin, sekarang lo tidur sana.”

Slow melangkah angkuh karena terbebas dari hukuman. Sementara itu Melodi hampir menangis. Hatinya hancur berkeping-keping. Belum lagi dengan bunyi perutnya yang mengundang pertanyaan.

“Mel, lo lapar?” tanya Zigar setelah memunguti pecahan kaca.

Melodi tidak menjawab.

“Kalau lo lapar, bilang aja.”

“Gue nggak lapar, kok!”

“Tapi perut lo bunyi.”

Melodi bangkit dengan cepat, memasang wajah jutek. “Gue udah bilang, gue nggak lapar!”

The FAKE Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang