Chapter 7

228 41 0
                                    

Happy reading

***

Zigar masih menyimpan rasa penasarannya. Rasa menggebu terhadap cewek manis bernama Harum. Zigar hanya perlu bertanya lebih lanjut kepada Gadis. Dengan begitu batinnya bisa sedikit lebih tenang.

Zigar memanfaatkan waktu istirahatnya untuk menemui Gadis, tentunya dia tidak sendirian. Kali ini Zigar mengajak Raga.

Zigar sebenarnya sangat menghindari pertemuan antara Gadis dengan Raga. Sahabat manisnya itu seringkali dihinggapi rasa gugup yang berlebihan. Raga tidak mumpuni untuk menatap Gadis walau hanya sedetik. Komponen tubuhnya langsung memberontak.

Namun, Zigar harus mengajak siapa lagi? Eno dan Onew tidak bisa diganggu, keduanya sedang tiduran di belakang kelas. Semalam mereka begadang untuk menonton bola.

“Tunggu, tunggu.” Raga mengumpulkan banyak oksigen. Kakinya susah untuk melangkah. “Gue butuh napas bantuan.”

Zigar menarik lengan Raga untuk tetap melangkah. “Ayo, Raga. Kita bahkan belum dua meter dari kelas, masa lo udah lemes gini? Gadis nggak akan makan lo, kok!”

“Lo kan tahu kalau gue pobia cewek cantik.”

Zigar menunjuk salah satu teman kelasnya yang sedang asyik membaca novel. Parasnya cantik dengan rambut yang bergelombang. Dia adalah ratu kecantikan untuk anak Ips. “Tuh, lo lihat Wangi. Dia itu cewek paling cantik di jurusan kita, kenapa lo nggak takut atau gugup sama dia?”

“Karena menurut gue dia itu nggak cantik.”

“Hah?”

“Di mata gue, yang paling cantik itu Gadis. Persis kayak namanya, Gadis Cantik.”

Zigar tidak ingin mendengar alasan konyol lagi. Intinya, dia harus bertemu dengan Gadis sebelum jam istirahat berakhir. Belum tentu dia dapat bertemu dengan adik kelasnya itu setelah pulang sekolah.

Di tengah lapangan Raga mengeluh kesakitan. Tangannya meremas dada kiri yang mana itu berhubungan langsung dengan jantungnya. Zigar tidak lagi menggebu, dia cukup prihatin.

“Lo nggak apa-apa, kan, Ga?”

Raga membungkuk. “Gue nggak bisa lanjutin perjalanan ini, Gar. Gue bisa mati.”

“Gue yakin lo pasti bisa. Gue yang akan ngomong sama Gadis, lo cuma temanin gue aja. Ya? Tolongin gue….”

Karena rasa solidaritas yang tinggi, Raga berupaya untuk menguatkan staminanya, membentuk energi yang berasal dari makan siangnya.

“Ayo.” Raga berjalan tertatih-tatih. Dia terlihat seperti pejuang yang bertempur di medan perang. Apalagi saat geramannya terdengar, Zigar merasa berada dalam dunia lain.

Untuk sampai ke kelas Gadis, Raga menempuh rintangan yang sangat berat. Jantungnya kadang tidak bisa kompromi, keringatnya mengucur deras, kakinya kadang tidak mampu untuk menopang bobot tubuh. Kelemahan terbesar Raga adalah bertemu dengan Gadis!

“Gadis!” Zigar berseru kencang. Sebagian adik kelas menjerit heboh karena kedatangan senior terhits di SMA Anugerah.

Gadis menghampiri, matanya mengerling pada Raga yang tengah bersembunyi di belakang Zigar. “Iya, Kak?”

“Gue mau nanya sama lo, nih. Cewek semalam itu sekolah dimana?” Zigar langsung masuk pada inti bahasan. Takutnya Raga mencair.

“Tetangga aku itu, Kak?”

“Iya.”

“Dia sekolah di SMA 20.”

“Ah … gue tahu itu.”

The FAKE Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang