"Lebih baik kamu ganti baju sekarang! Sekalian buat jenguk tante di rumah sakit," ucap Cavin. Melepas pelukan memberi tatapan hangat."Iya. Kita ke dalam, yuk!" ajak Aiersha.
Kedua insan itu berjalan memasuki rumah. Langkah demi langkah dengan pelan, agar Ereza tidak terganggu.
"Aku di luar aja nanti. Kamu cepat ganti bajunya. Nggak usah dandan segala!"
Aiersha mengangguk kecil. Mereka sudah berada di lantai atas, tepat di balik pintu kamar. Keberanian yang di kumpulkan cukup menguras waktu.
Tok ... tok
Jemari Aiersha berhasil mengetuk pintu kamar. Tidak ada sambutan sama sekali dari dalam. Menunggu lebih sabar dan akhirnya kembali mengetuk pintu.
Tok ... tok
Ketukan kedua cukup lama menerima jawaban. Hingga akhirnya pintu terbuka dengan lebar memperlihatkan Ereza dengan penampilan baru terbangun. Rambut acak, mata masih terkatup, menambah pesona.
Aiersha terkesima. Tak dapat berkutik apa-apa. Merasakan sensasi aneh pada jantung kala mendapat tatapan dari Ereza. Berbeda rasanya, saat pria itu sadar sepenuhnya dengan sebaliknya.
"Mau apa? Hah?" tanya Ereza dengan datar.
"Mau ganti baju," jawab Aiersha ketus. Kembali kesal dengan sifat semula Ereza.
"Lo nggak boleh ganti baju. Mau kemana? Hah?" tanya Ereza lebih kasar.
"Bukan urusan lo! Bukannya lo nggak mau ngurusin hidup Aiersha! Buat apa lo nanya?" kesal Cavin. Menjauhkan posisi Aiersha dari hadapan Ereza.
Ereza terdiam. Berpikir sejenak, seraya menatap lekat ke arah gadis di hadapan walau jarak jauh.
"Ganti aja pakai baju lo! Lo cinta 'kan sama dia?"
Dengan wajah sinis, Ereza menutup pintu kamar. Meninggalkan kedua insan dengan wajah tak terbaca. Perlahan Cavin sadar, menarik tangan Aiersha dengan cepat.
"Ayo, Sha! Aku bisa belikan baju indah buat kamu! Ingat saja jika Ereza pria bocah itu menyesal si kemudian hari!" umpat Cavin seraya menarik tangan Aiersha. Sedang gadis itu bergeming.
"Aku udah nggak bisa biarin kamu kayak gitu terus, Sha! Kamu itu nggak pantas buat dia!" murka Cavin. Wajah memerah dan urat rahang mengeras.
"Sudahlah, Vin! Aku tahu apa yang kulakukan. Semua ini pasti berlalu. Aku sudah merancang semuanya. Belum saatnya," sanggah Aiersha.
"Sampai kapan, Sha? Aku bisa buat kamu bahagia. Aku bisa membiayai tante. Aku berusaha jadi yang terbaik buat kamu," lanjut Cavin. Wajah seribu dan tulus, menggambarkan rasa cinta yang begitu besar.
"Aku tahu. Lupakanlah hal itu! Lo bisa cari yang lain! Kita berhenti di mall!" anjur Aiersha, mengalihkan pandangan dan suasana.
Melukiskan luka yang lebih dalam. Cavin mengangguk terpaksa, menghela nafasnya berat. Berapa kali dirinya sudah ditolak, walau dengan cara lembut? Hampir menyerah namun seluruh hati hanya pada Aiersha.
Di dalam mall terlihat begitu banyak barang dan jenis lainnya, menggoda. Mata Aiersha berbinar menatap setiap benda. Kenangan itu muncul kembali. Saat sebelum hancurnya keluarga, sering berbelanja ke mall yang saat ini ia datangi.
"Hey, Sha!" panggil seseorang dari kejauhan. Aiersha membalikkan badan, menatap sang empunya suara.
"Eh! Hey, Melisa!" balas Aiersha.
Wanita yang tengah hamil itu mendekat. Membawa sebuah senyuman bahagia, langkah ringan.
"Wah! Lama tidak jumpa," ucap Aiersha seraya memeluk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aiersha & Hati [TAMAT] ✔
General FictionMenikah dengan seorang dokter tampan berusia 30 tahun. nasib yang semakin memburuk, tidak sesuai dengan harapan. gadis berumur 19 tahun, harus merelakan diri demi balas dendam.