Chapter 1.3🌱

38 35 0
                                    

LOVE LINE
-Nasihat dan sebuah mimpi-

Malam mulai beranjak datang menyelimuti langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap.

Malam itu seperti sebuah nasihat bermakna tegas tanpa keraguan terucap dari bibirnya, udara yang mulai dingin seakan sirna dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan walau sensitif tapi berjalan dengan baik.

Rasa dinginpun enggan menyelimutinya seperti tau apa yang akan terjadi selanjutnya bukan selanjutnya lebih tepatnya kedepannya.

Pertanyaan pengulangan yang ditanyakan oleh pria yang sudah berumur itu kembali terdengar jelas, "Biar Papah ulang, apakah Adik mencintai pria itu? " dengan wajah tegas namun intonasi lembut layaknya berbicara dengan sang putri dari kerajaan.

"Pah? Apa Papah mengizinkan? "

"Papah tidak melarang dan tidak pula mengizinkan, gadis Papah ini masih terlalu muda mengenal dunia cinta coba sekarang Papah tanya umur adik berapa? "

"17 tahun, "

"Ternyata Gadis Papah telah tumbuh dewasa."

"Aku sudah dewasa ya pah? " dengan wajah menunduk, beberapa pertanyaan berputar di kepala Liza memberontak ingin di keluarkan namun mulut seakan bisu mengatakannya.

"Kenapa menunduk adik? " tanya Papah yang pada saat pertanyaan dimulai wajah Liza mulai menghadapnya menatapnya, papah mengubah posisi duduknya tidak akan membiarkan anak gadisnya ini gugup dan tegang karena pertanyaannya.

Rama hanya ingin satu hal, Rama ingin Liza putrinya menjadikan ia sebagai Cinta pertamanya karena Cinta pertama anak perempuan itu adalah ayah nya.

"Engga apa-apa Pah, " ucap Liza kemudian papah kembali membiarkan kepala Liza untuk bersandar di dadanyah.

"Papah tidak melarang adik menyukai siapapun, mencintai siapapun Papah tidak melarang itu tapi yang seharusnya adik tau adalah, kini bukan saatnya mengenal itu Papah pun pernah muda Papah tau apa yang dirasakan adik, Papah juga tau apakah itu murni atau hanya keinginan biasa saja. Dan dari pada terluka lebih baik adik menghindar menjaga hati dan perasaan agar saat masanya tiba adik bisa percaya itu cinta dengan keyakinan hati bukan karena pernah disakiti. "

"Iya Pah, " ucap Liza mengangguk pelan, satu dua kalimat yang keluar dari mulut Papah seakan menjadi arah untuk kehidupannya yang lebih dewasa.

"Papah boleh minta sesuatu kepada adik? " tanya Papah.

"Boleh, asal jangan meminta untuk dijodohkan dengan anaknya teman Papah, " dengan sedikit tertawa kecil.

"Hahaa, itu takan pernah terjadi biarlah adik yang menentukan dengan siapa adik akan hidup lama lebih lama dibanding hidup dengan Papah, " ucapnya dibalas senyuman olehku.

"Jaga agamamu, Agama yang kamu bawa sejak lahir agama yang Papah dan Buna percayai, belajarlah perlahan dengan agamamu jangan menyerah jika bosan istirahatlah bukan berhenti untuk waktu lama, setelah itu kembali lagi belajar banyak lebih luas lagi tentang Agamamu. "

"Dan... " ucapnya menggantung membuat Liza mendongak menatap wajah tenang tegasnya.

"Jangan tinggalkan agamamu jangan pernah, Papah.... minta itu hanya minta itu sama adik, jika adik meninggalkannya pupuslah harapan Buna untuk bertemu lagi nanti di Akhirat kelak Nak, bukankah begitu kata agama kita? "

"Iyaa Pah, Adik akan menempatinya "
Ah Papah aku jadi merindukan Buna, Buna apakabar? Kata Papah kini aku telah beranjak dewasa Buna izinkan Alaiza untuk terus bersama Papah yaa, Buna jangan minta ditemenin dulu sama Papah karena Alaiza masih butuh Papah.

LOVE LINE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang