Chapter 14

511 38 11
                                    

Hinata terdiam. Ia masih terkejut dengan apa yang diucapkan oleh pria itu.

"Jadi bagaimana?"

Hinata menatap pria di depannya dengan ragu.

"A-ano, s-sensei a-apa tidak ada h-hal yang la-lain? K-kenapa tiba-tiba h-harus m-menghabisi orang?"

Pria itu menatap Hinata dengan tajam dari balik jubahnya.

"Bukankah kau tadi bilang akan melakukannya?!"

"T-tapi se-nsei a-aku k-k-kira bukan s-seperti itu."

Hinata menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap pria itu.

Ia memang mengatakan bahwa akan melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh gurunya itu, tapi untuk yang satu ini entah mengapa ia menjadi ragu. Apalagi ia tidak tahu apa alasannya dan hubungannya dengan pelatihannya.

"Khe, kau memang tidak bisa di andalkan. Pantas saja kau tetap lemah."

Hinata mengepalkan tangannya. Ia menatap tajam pria di depannya itu.

"Aku jadi ragu untuk menjadikanmu sebagai muridku. Sepertinya kau memang tidak pantas untuk menjadi muridku."

"Sensei!" Panggil Hinata dan berlutut dihadapan pria tersebut.

"Setidaknya... Tolong beritahu alasannya dulu."

Pria tersebut menatap Hinata dengan dingin.

"Kau tidak pantas mengetahuinya. Jawab saja aku apa kau ingin melakukannya atau tidak! Jika kau melakukannya aku akan benar-benar berusaha mengajarimu dengan baik."

Hinata menundukkan kepalanya. Ia mencoba mengendalikan emosinya.

"Sensei, aku akan melakukan apa yang kau minta itu."

Hinata menatap gurunya dengan kosong. Ia mencoba menghilangkan semua keraguan di hatinya.

Entah mengapa Hinata merasa bahwa mulai saat ini kehidupannya akan benar-benar berubah drastis.

Tanpa Hinata sadari pria itu terkekeh pelan.

'Bagus! Sedikit demi sedikit aku akan menanamkan kejahatan di hatimu. Setelah itu kau akan bisa ku kendalikan sepenuhnya.'

"Hn. Lakukanlah dengan cepat."

"Ha'i."

•••

Tap

Tap

"Apa kau merasakan chakranya?"

Naruto menatap sekelilingnya dengan tajam.

"Sial! Chakranya tiba-tiba menghilang di sekitar sini."

Sakura mendekati Naruto. Ia menepuk pundak pemuda tersebut.

"Lebih baik kau berisitirahat terlebih dahulu. Kau pasti merasa lelah."

"Tidak, aku tidak lelah sama sekali. Jika kau dan yang lainnya merasa lelah, lebih baik kalian saja yang beristirahat terlebih dahulu."

Mendengar itu Sakura mendengus kesal.

Bletak

Ia menjitak kepala Naruto dengan keras.

"Ittai! Apa yang kau lakukan Sakura-chan. Ini sakit sekali." Keluh Naruto seraya mengelus kepalanya.

"Makanya jangan suka memaksakan diri. Cepatlah beristirahat sebentar saja, setelah itu kita lanjutkan lagi mencari Hinata."

Naruto menghela nafas dengan berat. Ia meninggalkan Sakura dan memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Sakura menatap kepergian Naruto dengan sendu.

'Lagi-lagi aku selalu ditinggalkan.'

Trangg

Sringg

Brakk

Hinata menyerang beberapa pria dihadapannya dengan gesit. Ia menatap mereka semua dengan tajam.

Hinata melemparkan sebuah kunai peledak.

Duarr

Ia mengaktifkan byakugan. Ia menatap sekelilingnya dengan waspada.

Trangg

Buaghh

"Hakke Kushou."

Buaghh

"Uhukk, arghh sialan kau!"

Hinata menatap pria dihadapannya dengan datar. Tangannya memegang sebuah kunai dengan erat.

Ia mendekati pria tersebut.

"Khe, a-apa yang a-a-akan k-kau la-lakukan?! Siapa y-yang memerin-tahmu! P-pergi k-kau dari s-s-sini!"

Pria dihadapannya menatap Hinata dengan takut. Ia mencoba untuk mundur dengan perlahan. Luka di tubuhnya terlihat sangat parah akibat pertarungan tadi.

Hinata mengacungkan kunainya. Ia mengarahkan kunai tersebut ke arah jantung sang pria.

Tiba-tiba saja pergerakannya terhenti. Entah mengapa ia jadi ragu. Tangannya sedikit bergetar. Ia sama sekali belum pernah membunuh orang.

Tap

"Mengapa kau berhenti? Apa kau ragu?!"

Sang guru mendekati Hinata. Ia mengeluarkan aura dingin yang mana membuat Hinata dan pria di hadapannya merasa merinding.

"Ck! Jika kau tidak bisa membunuhnya menyingkirlah, biar aku saja yang akan melakukannya."

"Tidak sensei! A-aku... B-biar aku saja yang akan menyelesaikannya."

"Kalau begitu cepat lakukan dan buanglah semua keraguanmu itu!"

Hinata menghela nafas dengan berat. Ia memegang kunai di tangannya dengan sangat erat. Ia berusaha memantapkan hatinya.

Ia mendekati pria tersebut dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

'Gomen.'

"... Aku akan menebusnya suatu hari nanti." Ucapnya dengan suara yang sangat pelan.

Jleb

TBC

The Beginning and End of the ResurrectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang