Seperti biasa, di pagi hari Tira mengawali harinya dengan mandi dan bersiap diri untuk pergi ke sekolah.
Ia mengoleskan sedikit bedak tabur dan lipblam pada bibir nya, karna jika di sekolah tira tak terlalu dandan dengan menor. Mengingat ia masih junior dan lagipula ia juga tak suka berdandan.
Drtttt- ponsel tira berdering
Bang vero is calling
Tira mengangkat teleponnya.
"Halo bang, ngapain nelpon? Tumben amat" sapa tira
"Yaelah, masa nelpon adek nya sendiri nggak boleh"
"Ya tumben aja gitu" balas Tira sambil merapikan rambut nya di cermin. Hari ini Ia mengurai rambut sebahunya, karna rambutnya masih agak sedikit basah akibat keramas di pagi hari.
"Cuma mau bilang, bi sumi besok udah pulang" ujar vero
"Yang bener lo?" Tanya tira terkejut
"Iya, udah sana berangkat sekolah jangan lupa sarapan. Lo mah kebiasaan kalau nggak ada bi sumi nggak bakalan sarapan" omel vero
"Oke bye" ucap tira mematikan sambungan telpon lalu memasukkan hp nya kedalam saku seragamnya.
Vero sangat sayang kepada adik nya, sebenarnya ia tak tega meninggalkan adik nya sendirian. Akan tetapi vero harus mengejar mimpinya agar kelak ia bisa membanggakan tira kecil nya.
Vero sama terpuruk nya dengan tira, orang tua mereka bercerai ketika vero menduduki bangku kelas 3 SMA. Saat itu ia berusaha untuk memberikan perhatian penuh kepada tira, membelikan semua yang tira inginkan, bahkan ia rela memberikan uang jajannya kepada tira.
Semakin dewasa, vero perlahan mulai memahami keadaan. Toh hal itu sudah terjadi dan tak akan bisa pulih kembali, terlebih kedua orangtuanya telah memilih jalan hidup masing-masing. Istilahnya sama seperti "nasi yang sudah menjadi bubur". Nasi yang telah menjadi bubur tidak akan bisa kembali lagi menjadi nasi seutuhnya.
Kini mood tira semakin membaik, abang nya adalah penyemangat dalam hidup tira.
Tira menyalakan motor Scoopy putih nya dan mengendarai nya untuk pergi ke sekolah.
Sebenarnya, mobil itu bukan lah milik tira melainkan milik abang nya, vero. Karna vero yang tak memakai nya, alhasil tira memakai nya untuk pergi ke sekolah.
Tetapi, kini ia sedang ingin menggunakan motor kesayangan nya.Tak butuh waktu lama, kini tira telah sampai di sekolah nya. Ia memarkirkan motornya di tempat parkiran yang sudah hampir penuh karna waktu yang sudah menunjukkan pukul 07.00 yang berarti, 15 menit lagi bel masuk akan berbunyi
Tira langsung berjalan menuju kelas melewati koridor yang sangat ramai.
Kelasnya terletak di lantai atas, jadi tira harus menaiki tangga dahulu untuk sampai ke kelas nya.Sesampainya di kelas, tira langsung di sambut oleh ketiga temannya
"Dah dateng Lo?" Ujar Alina
"Belom nih" jawab tira lalu ia meletakkan tas nya dan duduk di bangku.
"Oh", ujar alina
Mereka berdua tertawa memikirkan kebodohan mereka, jelas-jelas tira berada di depannya, alina malah bertanya apakah tira sudah datang atau belum. Dan juga Tira malah menjawabnya dengan hal yang tam masuk akal pula.
"Basa basi nya ngawur si lo" mika menanggapi .
"Ssst diem aje lo" ucap alina menutup mulut mika dengan telunjuknya.
Mika menepis tangan alina
"Bau tau gak, tangan lo""Biasa kan abis ngupil" sanggah popy.
"Enak aje lo" balas alina.
Tira hanya menyimak dan tak tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam pembicaraan unfaedah ini.
Seperti biasa, mereka selalu mengawali pagi hari dengan perdebatan. Ralat, mereka hanya mika dan alina saja di tambah popy sebagai bumbu penyedap dan sebagai orang yang masih waras, Tira dengan senang hati menjadi penengah.
"Ssstt, bu indri dah datang tuh" ucap tira.
Akhirnya perdebatan pun telah selesai,
Mereka fokus terhadap pelajaran, terkadang tira mencuri kesempatan untuk membuka ponselnya.
Alina yang menyumpel telinganya dengan earphone yang ditutup oleh rambut nya sehingga tidak akan ketahuan oleh guru.Kring!!!
Lama mereka belajar, akhirnya istirahat pun telah tiba.
"Kantin kuy" ajak mika
"Lo sama popy duluan aja, jangan lupa pesenin kayak biasanya" ujar tira, lalu ia mengajak alina pergi meninggalkan mika dan popy.
"Kebiasaan deh, kita ditinggal terus" ujar mika
"Udah yok ah" ajak popy merangkul bahu mika
-------
"Oh iya tir, kemarin kak arga bilang apa sama lo?" Tanya popy
Penasaran."Nggak bilang apa-apa, cuma tanya nama doang" ujar Tira sekenanya, lalu memasukkan dua sendok sambel pada baksonya.
"Wah tanda-tanda nih" ucap mika
"Tanda-tanda apa? Tanda lahir maksud Lo?" Ujar alina pada mika
"Ssstt diem, anak kecil nggak boleh tau" balas mika, melanjutkan kegiatan makannya
"Idihh" balas alina pada mika
Kini mereka sedang berada dikelas untuk melanjutkan pelajaran terakhir.
"Tir, nanti anterin gue pulang ya. Pak Mamat lagi nganterin papa ke luar kota" ucap alina
"Iya, tapi gue hari ini bawa motor. Nggak papa kan? " Tanya tira
"Ya nggak papa dong, gue nggak alergi kok sama motor" ucap alina, lalu mereka berdua tertawa
"Ntar gue mampir bentar ya kerumah Lo, bosen gue dirumah sendiri"
"Iya, aman tir kapan pun lo mau, rumah gue selalu terbuka buat Lo" alina tersenyum pada tira
"Pada mau kemana ?" Tanya mika menoleh kearah tira dan Alina
"Kerumah Alina, mau ikut nggak?" Tanya Alina
"Nggak deh gue mager" balas mika lalu membalik badan nya kearah depan
"Lo pop, mau ikut nggak?" Tanya Alina pada Popy
"Lain kali deh lin hehe" ujar popy.
----
Hai-hai !! Gimana ceritanya? Aku harap kalian menyukainya. Banyak-banyak cinta ❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRAMISU
Teen FictionKetika menyayangi seseorang, kamu mungkin akan rela melakukan apa pun demi dirinya. Kamu bahkan rela melindunginya sepenuh hati dari segala rasa luka. Sangat disayangkan ketika orang-orang yang kamu lindungi adalah kalangan pertama yang membalikkan...