"bi, tira pamit ya mau belanja keperluan kafe" ucap tira lalu bersalaman dengan bi Sumi.
"Hati-hati non" balas bi sumi
Tira saat ini menggunakan sweater maroon dengan celana levis dan tas selempang yang senada dengan rambutnya, alias berwarna hitam. Tak lupa ia memakai sepatu Converse berwarna hijau army yang menambah kesan waw pada ootd nya.
Ia juga memberi sedikit polesan lipstik berwarna nude pada bibirnya.
Entah lah, hari ini ia terlihat sedikit bahagia dari sebelumnya.
Tidak, bukan hari ini, tepatnya sepulang dari sekolah tadi.Flashback
Tira kini sedang membaca buku di lapangan basket sekolah nya. Tidak ada orang disana, sehingga Tira tak merasa terganggu dengan apapun. Ketiga temannya sedang berada di kantin, tira sedang tak berselera untuk makan, alhasil kini ia berada di lapangan basket untuk membaca bukunya.
Saat ia sedang asik membaca, tiba-tiba seorang laki-laki menghampirinya dengan membawa sebungkus roti ditangannya.
Laki-laki itu menyodorkan sebungkus roti pada Tira.
Tira mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang memberikannya roti."Eh Lo kok disini?" Tanya Tira
"Buat gue?" Tanya nya lagiArga mengangguk sebagai jawaban.
"Thanks" ucap Tira
"Tumben nggak sama temen-temen Lo?"
"Nggak papa sih, cuma lagi pengen sendiri aja" jawab tira
"Gue ganggu gak?" Tanya Arga
Arga mengambil roti di tangan tira, lalu ia membuka bungkus rotinya dan memberikannya pada tira.Tira menerimanya dengan senang hati, jantung nya kini sedang tak baik-baik saja. Ia menundukkan kepalanya, pipinya terlihat sedikit memerah karna perlakuan arga padanya.
Tira memakan roti tersebut secara perlahan. Ia merasa risih saat arga menatap nya dengan intens. Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu padanya.
"Lo mau?" Tanya tira menawarkan roti pada arga
Arga tersenyum, dan menggelengkan kepalanya
"Buat Lo aja, gue masih kenyang" ucap nyaTira melanjutkan kembali memakan roti pemberian dari arga.
Arga berjalan menuju lapangan basket, ia mengambil sebuah bola yang berada di pinggir lapangan. Ia asik bermain dengan bola basket nya, bahkan ia terlihat mahir dalam bermain basket. Tira hanya melihat nya dari pinggir lapangan, ia sedikit kagum dengan sosok arga. Laki-laki itu tampan, disukai oleh banyak orang, lalu memiliki keluarga yang utuh. Ini terbuki tempo hari saat mereka berdua pergi bersama ke sebuah kafe, arga menceritakan kisah keluarga nya pada tira, tetapi tira tak menceritakan kisah keluarga nya pada arga. Karna ia pun tak mau mendengar cerita keluarganya sendiri. Untungnya arga tak menanyakan bagaimana keluarga tira, jadi tira tak harus membuat alasan untuk tak menceritakan nya.Arga melemparkan bola pada tira, dengan refleks tira menangkap bola tersebut. Ia melihat ke arah orang yang melemparnya.
"Mau main?" Tanya arga mengangkat alisnya
Tira tersenyum dan langsung menghampiri arga, ia mulai bermain basket dengan Arga. Hanya satu kali dari 10 kali usahanya untuk memasukkan bola kedalam ring. Arga sangat lah tinggi sehingga ia terus-menerus menangkal bola yang dilempar oleh tira. Mereka berdua terlihat sangat bahagia, terkadang mereka berhenti hanya untuk beristirahat dan mengambil nafas.
Arga membiarkan Tira memasukan bola kedalam ring tanpa ia halangi. Tira mencobanya hingga 3 kali pun bola itu tak masuk juga. Arga mengambil bola dari tangan tira lalu ia melemparkan bola dan bola itu masuk kedalam ring. Tira yang melihatnya pun bosan karna arga tak pernah membiarkan bola nya melenceng dari ring.
Ia mencoba merebut bola dari arga, namun nihil sedetikpun bola itu tak pernah tersentuh olehnya. Bagaimana tidak, arga selalu meninggikan bola tersebut ditangan panjang nya sehingga Tira kesusahan karna tubuhnya yang lebih pendek di banding arga. Mereka berdua tertawa seakan dunia ini milik mereka berdua, tak memperdulikan orang-orang yang melihat mereka dengan berbagai macam tatapan yang tak bisa diartikan.Flashback off
Tira mengambil kunci mobilnya dan berjalan menuju garasi. Ia mengeluarkan mobil dan beranjak pergi menuju rumah alina.
"Tante, alina nya ada?" Tira kini telah sampai dirumah alina, ia bertemu dengan tika, ibunya alina.
"Ada di kamarnya, disamperin aja" ujar tika
"Makasih tan" tira berjalan menuju kamar alina yang berada di lantai atas. Ia membuka pintu kamar alina dan ia tak menemukan alina di kamarnya. Tunggu. Samar-samar ia mendengar suara air dan nyanyian cempreng yang berasal dari kamar mandi. Tira melihat jam di dinding kamar alina. Jam sudah menunjukkan pukul 4 dan alina baru saja mandi ? Kalau begini, mereka pasti menghabiskan waktu hingga malam di dalam mall.
Ceklek - pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan alina yang keluar dengan baju pergi nya.
"Eh Tira, dah dari kapan lo disini?" Alina menghampiri tira yang berbaring di atas kasur milik alina. Tira menatap alina dengan malas
"Sekitar 30 menitan mungkin?" Ujar tira mengangkat alisnya.
Alina menyengir tanpa ada rasa bersalah, lalu ia mengangkat dua jarinya. Tira yang melihatnya pun hanya bisa menghela nafasnya.
"Yaudah sana cepet, masih dandan kan?" Ucap tira menahan kesabarannya.Alina segera menggunakan makeup simple nya. Kini ia menggunakan celana levis dan atasan kemeja polos, rambutnya ia urai dan sepatu army yang membuatnya terlihat stylish.
"Yok" ajak alina pada Tira
Mereka berdua menuju pusat perbelanjaan dengan tira yang menyetir mobilnyaTak butuh waktu lama, kini mereka telah sampai di pusat perbelanjaan. Alina turun terlebih dahulu lalu disusul oleh tira.
"Mau kemana dulu?" Tanya alina
"Cari sofa dulu" ujar tira, ia pergi menuju tempat penjualan berbagai macam barang, dimulai dari sofa, kasur, bahkan alat perabotan pun juga tersedia disana.
Tira berkeliling mencari barang yang ia perlukan, ia sangat bingung dan tak henti-hentinya bolak-balik untuk memilih barang yang ia perlukan.
Setelah selesai, tira memberikan alamat kafe nya pada kasir agar barang-barang yang ia beli dapat diantar langsung ke kafe nya.
"Mau ngopi dulu?" Tira bertanya pada alina
"Boleh" jawab alina
Mereka berdua menuju Starbucks yang berada di mall tersebut.
Kali ini, Tira memesan coffe americano dan sedangkan alina memesan hazelnut latte."Atas nama siapa kak?" Alina memesan minuman dan Tira memilih tempat duduk mereka.
"Alina cantik" ucap alina tanpa rasa malu, ia sudah biasa memberi tambahan pada nama nya, kadang imut, manis, dan masih banyak lagi.
"Baik ditunggu ya kak" ucap mbak-mbak kasirnya.
Setelah itu, alina menyusul tira duduk di tempat yang dekat dengan jendela. Tempat favorit tira adalah tempat duduk yang dekat dengan jendela. Ia sangat suka melihat pemandangan luar, seperti orang yang berlalu lalang, dan lain sebagainya.
Saat SMP, ia memberitahu vero bahwa ia sangat ingin membuat sebuah kafe, karna tira sangat merasa kesepian. Bayangkan saja ia dirumah sendiri hanya bersama seorang pembantu rumah tangga dan seorang satpam. Bernando dan livia tak pernah menjenguk tira sekalipun, sekedar menanyakan kabar pun mereka tak pernah. Keduanya hanya sibuk dengan pekerjaan dan keluarga barunya.
"Eh abis ini kita cari baju yuk," alina mengajak tira untuk pergi berbelanja baju.
"Boleh" sudah lama mereka tak berbelanja bersama. Dulu mereka sering sekali membeli baju, sepatu, atau sekedar menonton bioskop bersama. Tetapi semenjak mereka duduk di bangku kelas 3, mereka harus disibukkan oleh UN. Sehingga mereka tak punya waktu untuk bersenang-senang.
Tira menyeruput minuman terakhirnya. Ia menyenderkan tubuhnya pada kursi dan merilekskan kaki dan tangannya.
"Jam berapa?" Tanya tira pada alina yang sedang memainkan ponselnya. Kebiasaan alina saat ada free wifi adalah menonton live streaming yang berkaitan dengan dunia korea.
Alina melihat jam di tangannya
"Setengah tuju" ucap nya
Lalu mematikan ponselnya."Sekarang yuk, ntar keburu malem" ajak alina bangkit dari tempat duduknya lalu disusul oleh tira.
Mereka berdua berjalan menuju H&M store. Tira mengambil Hoodie berwarna hijau army, ia mengepaskan hoodie tersebut ke badannya sambil melihatnya di cermin. Setelah merasa cocok, ia mengambil hoodie tersebut untuk dibawa ke kasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRAMISU
Подростковая литератураKetika menyayangi seseorang, kamu mungkin akan rela melakukan apa pun demi dirinya. Kamu bahkan rela melindunginya sepenuh hati dari segala rasa luka. Sangat disayangkan ketika orang-orang yang kamu lindungi adalah kalangan pertama yang membalikkan...