👙Part 5👙

17.6K 700 16
                                    

Halo, apa kabar?
Sebelum baca, boleh dong komen dulu hehe.

Jangan lupa komen ya biar aku semangat ngetik😗

Happy reading👙

"Saya Ayah dari bayi yang dikandung, Zee."

Baik Zee mau pun Bayu, menoleh ke asal suara itu. Suara yang mengaku Ayah dari bayi itu.

"Raka?" bisik Zee menatap Raka tak percaya.

Bagaimana sahabatnya itu ada di sini? Tahu dari mana Raka tentang kondisinya?

Bayu bangkit dari duduknya. Menatap nyalang Raka sebelum melayangkan bogem mentah pada wajah tampan milik Raka.

"Sialan kamu?! Berani-beraninya kamu menghamili putri Saya?!" bentak Bayu dengan masih memukuli Raka.

Lelaki muda itu pun tak terlihat akan menolak serangan Bayu. Ia hanya menerima dengan pasrah.

"Papa, udah?!" teriak Zee. Ia tak tega melihat sahabatnya harus menanggung hal yang sebenarnya tak ia perbuat.

Bayu seolah tuli dengan teriakan Zee yang mencoba menghentikannya menghajar Raka. Zee mencabut jarum infus yang masih tertancap di punggung tangannya. Ia berjalan menghampiri Bayu yang masih memukul Raka. Bahkan sudut bibir Raka sudah robek.

"Papa, udah! Raka gak salah?!" Zee berdiri di depan tubuh Raka yang sudah terkulai lemas di atas lantai, menghalangi Papanya yang masih terus menghajar Raka.

"Kamu belain dia, hah?!" Mata Bayu masih memerah.

"Lebih baik Papa pulang. Zee enggak mau Mama marah karena Papa tungguin Zee," ucap Zee, kali ini dengan suara pelan.

"Zee..."

"Aku mohon, Pa. Tinggalin Zee berdua sama Raka."

Mau tak mau akhirnya Bayu melangkahkan kakinya keluar dari ruang rawat Zee. Jika ia masih di sana pun, ia tak janji untuk tak memukuli Raka. Ia marah. Lebih tepatnya pada dirinya sendiri.

"Ka..." panggil Zee.

Raka hanya tersenyum walau pun Zee tahu, jika Raka merasa sakit di seluruh wajahnya.

"Kenapa sih lo tolol banget?"

"Gue ngelakuin ini karena gue sayang sama lo, gue cinta sama lo, Zee. And you know about my feeling."

Zee tahu, bahkan sangat-sangat mengetahui tentang perasaan Raka padanya. Namun ia menyayangi Raka sebatas sahabatnya.

"Tapi enggak kayak gini juga, Ka. Lo bisa mati tadi kalo gue enggak berentiin bokap gue."

Bruk

Pintu ruangan dibuka dengan kasar oleh seseorang. Zee langsung menatap orang itu.

Orang itu menarik Raka yang terbaring di atas pangkuan Zee. Tentu saja Zee memekik kaget.

"Bang?!"

Zee berusaha memegang Raka yang terlihat kesakitan di tarik kasar oleh Redi.

"Kamu diem."

Beberapa kali Raka terbatuk. Zee meringis. Ia langsung mengambil Raka secara paksa hingga Raka berada di pelukannya.

"Zee..." Suara dingin itu tak membuat Zee takut.

"Raka sakit, Bang! Lo enggak lihat, hah?! Dia adik lo!"

Ya, Raka memang adik dari Redi. Dan bagaimana Zee kenal Redi itu adalah ketika ia main di rumah Raka.

Dua orang perawat masuk ke dalam ruang rawat dengan membawa sebuah kursi roda.

"Lepasin dia. Atau kamu mau aku bikin dia lebih parah dari ini?"

Akhirnya Zee melepaskan Raka. Memberikannya pada dua perawat itu untuk di dudukkan di atas kursi roda. Ia tahu ucapan Redi tak main-main. Sekali pun pada Raka selaku adiknya.

"Obati luka-lukanya!" titah Redi yang langsung dianggukki oleh perawat itu.

Lantas kedua perawat itu undur diri dari kamar Zee. Melihat jika Raka sudah ada yang menangani, Zee memutuskan untuk kembali ke atas ranjangnya.

"Aku enggak akan membiarkan Raka mengaku sebagai Ayahnya," ucap Redi yang kini sudah duduk di kursi; samping ranjang Zee.

"Aku akan segera menemui Papa kamu."

Zee yang tubuhnya membelakangi Redia itu berdecak. "Enggak usah. Lagipula gue bakal gugurin bayi ini. Gue gak mau hidup gue makin ancur gara-gara anak sialan ini."

Redi mencengkeram lengan atas milik Zee. Ia marah dengan ucapan Zee. Itu sangat melukai egonya.

"Maksud kamu apa?" desis Redi masih mencengkeram Zee.

"Gue ba-kal bunuh bayi ini. Ka-kalo perlu, gue bakal bunuh diri gu-"

Ucapan Zee terpotong karena Redi yang membalikkan tubuhnya dan menciumnya tiba-tiba. Bibir Redi mencecapi bibir bagian bawah Zee. Bahkan kali ini, lidahnya pun ikut menelusup ke dalam mulut Zee.

Tangannya yang semula di lengan Zee itu kini mulai masuk ke dalam baju pasien yang Zee kenakan. Meremas buah dada Zee yang entah kenapa menjadi lebih berisi.

"Ahh..." desah Zee disertai rintihannya.

Ia merasa sakit ketika Redi memegang payudaranya. Memang sejak sebulan yang lalu, ia merasa sensitif dengan payudaranya. Bahkan ia pegang dengan pelan saja terasa sakit. Tapi kini, lelaki yang tak tahu malu ini meremasnya.

Dengan sekuat tenaga, Zee mendorong tubuh Redi yang ada di hadapannya.

Plak

"Gue benci lo?!"

Tbc👙

Hahaha sorry ada scene itu. Gapapa lah ya:v
Masih penasaran gak sama kisah mereka?

Vote n komennya jangan lupa😗

Together By Accident [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang