👙Part 11👙

13.9K 667 58
                                    

Yeay akhirnya update juga😭
Maapin aku yang molor huhuhuhu. Makanya yok vote dan komen sebanyaknya biar Ley semangat🥳

Btw, part 12 nya lagi diketik nih:vKalo votenya banyak, secepatnya akan Ley up deh🤭

Happy reading👙

Zee keluar dari kamarnya ketika Redi sudah terlelap. Setelah perbincangan tadi, Redi meminta Zee untuk menemaninya tidur. Tidak. Mereka tidak melakukan apa-apa. Walaupun tetap saja tangan nakal milik Redi tak bisa diam.

Mata besar miliknya menelusuri setiap isi dari rumah keluarga Redi. Rumah keluarga Redi memang sangat luas, berbeda dengan rumah milik keluarganya.

Berbicara tentang keluarga, tiba-tiba ia merindukan Papanya. Meskipun Papanya itu sedikit keras padanya, tapi ia menyayangi Papanya. Apa Papanya juga merindukan dirinya?

Perempuan yang tengah berbadan dua itu terduduk di atas ayunan yang terdapat di belakang rumah.

Sejujurnya ia masih belum bisa menerima semua ini. Semua terlalu tiba-tiba menurutnya. Ia masih ingin menikmati dunia remajanya, namun sialnya ia harus terjebak di sini dan mengandung darah daging Redi. Melihat sikap Redi yang sangat pemaksa itu membuatnya takut. Takut jika pilihannya salah.

Matanya menatap lengan kirinya. Terdapat beberapa garis di lengannya. Garis yang ditimbulkan dari luka yang mengering.

Sudut bibirnya mengangkat miris. Ia sering melakukannya. Tepatnya setelah permasalahan keluarganya muncul.

"Hei!"

Suara seseorang mengagetkan Zee dari bayangan kisahnya yang lalu.

Zee memegang dadanya terkejut. "Gila lo ngagetin gue aja."

Orang itu menyengir saja, tak lama ia pun meringis. Menahan perih karena sudut bibirnya terluka.

Zee yang melihatnya langsung memegang wajah orang itu.

"Lo abis apa sih bisa sampe kayak gini, Ka?"

Mendapat omelan dari Zee malah membuat Raka tersenyum. Ia senang karena Zee masih mengkhawatirkannya.

"Abis ciuman gue, makanya gini," jawab Raka asal.

Zee hanya mendelikkan matanya kesal. Merasa lelucon Raka itu memang sangat tak diperlukan.

"Berantem sama siapa sih, elo?"

Raka berdecak. "Udah gue bilang kalo gue abis ciuman. Ngeyel banget sih, Zee."

"Lo pikir bakal percaya omongan lo yang ga masuk akal ini?" tanya Zee seraya menampar pelan pipi Raka.

"Zee, bego. Sakit goblok!"

Zee terkekeh melihat Raka meringis kesakitan. Raka benar-benar bisa membuat mood Zee menjadi lebih baik.

"Ya siapa suruh berantem. Biasanya juga lo alim jadi cowok. Sekarang malah berantem. Aneh banget sih."

"Gue gitu juga ada alasannya, kali."

Zee terdiam. Berdeham sejenak sebelum bangkit dari duduknya.

"Gue ambil kompresan dulu buat lo. Diem di sini jangan ke mana-mana."

Raka mengangguk saja. Menatap kepergian Zee dengan senyum mirisnya. Ia tak bodoh untuk mengetahui jika Zee sedang mengalihkan pembicaraannya.

👙👙👙

"Zee, pelan-pelan anjir!" pekik Raka ketika Zee menekan lukanya.

"Ini juga udah pelan, Ka. Makanya kalo gamau sakit, gausah berantem."

Raka diam saja. Sesekali ia meringis tatkala Zee sedikit menekan kain yang sudah diberi es batu itu mengenai lukanya.

"Lo ngerokok, ya?" tanya Zee setelah ia selesai dengan kegiatannya mengobati Raka.

"Anak-anak ngadu ke lo?"

Zee menggeleng. "Enggak ngadu, cuma cerita aja."

Cowok itu berdecak sebal. "Sama aja."

"Walau pun mereka enggak cerita, tapi aromanya kecium, Ka. Lo ngerokok banyak, ya?"

"So tahu."

"Habis berapa batang?"

"Bawel lo. Dah ah gue mau ganti baju dulu." Raka bangkit dari duduknya. Berjalan menjauhi Zee.

Berhenti sejenak seraya melihat Zee. "Lo juga masuk. Udah sore gini, gak baik buat kandungan lo."

Zee tersenyum tatkala mendapati Raka yang tak berhenti peduli dengannya.

Ia pun berdiri. Menggosok-gosokkan tangannya sendiri ketika merasa tubuhnya tiba-tiba kedinginan. Udara di sana berbeda dengan udara di rumahnya. Apa karena rumahnya yang kecil, ya?

Lagi-lagi ia merindukan rumahnya. Walau pun tak banyak kenangan manis yang ia dapatkan di rumah itu.

"Zee?" panggil seseorang ketika Zee akan menaiki undakan tangga. Zee menolehkan kepalanya ke asal suara.

"Eh, Mami. Kenapa, Mi?" tanya Zee ramah.

Zira menggeleng. "Enggak apa-apa, kok. Mami cuma mau ajak kamu ngobrol aja. Siapa tahu kita bisa akrab."

"Kalau akrab pasti dong, Mi. Bagaimana pun kan Mami itu mertuanya aku."

Zira menggandeng Zee menuju ruang tv.

"Enggak apa-apa kan Mami ajak kamu ngobrol?"

"Enggak lah. Lagipula Mami gak mungkin jahatin aku."

Perempuan paruh baya itu tersenyum mendapati sikap Zee yang sangat ramah padanya. Ia suka kepribadian Zee.

"Bagaimana keadaan cucu Mami?" tanya Zira seraya mengelus perut Zee yang masih terlihat rata.

"Sejauh ini masih baik-baik aja kok, Mi."

"Kamu nyaman sama Redi?"

"Maksud, Mami?"

Zira tersenyum lembut. "Mami tahu kok latar belakang pernikahan kalian. Dan Mami juga tahu kalau kamu sangat menolak keras pernikahan ini juga kehadiran Redi."

Mendengar itu membuat Zee menundukkan kepalanya. Ia sudah duga jika mertuanya tahu. Tapi ia merasa malu.

"Enggak apa-apa, kok. Mami ngerti perasaan kamu. Bagaimana pun kita sama-sama perempuan.

Mami mau bilang sesuatu sama kamu. Tolong terima kehadiran Redi, ya? Dia sayang sama kamu. Mami lihat dia memang benar-benar mencintai kamu. Semua tindakannya itu supaya dia bisa sama kamu. Walau pun memang caranya salah."

"Zee masih coba, Mi."

"Berikan Redi cinta dan kasih sayang yang sudah lama hilang. Mami cuma mau dia bahagia."

Zee menganggukkan kepalanya ragu. "Zee mau tanya sesuatu sama Mami, boleh."

"Tentu. Mau tanya apa?"

"Mami sama Bang Redi ada masalah apa?"

Zira tersenyum. Ternyata Zee menyadarinya.

Tbc👙

Hayolohh jgn lupa jejaknya😚

Together By Accident [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang