Vote dan komen jangan lupa!
Biar cepet next heheHappy reading👙
"Dari mana?"
"Astaga!" Zee memegang dadanya kaget. Kenapa pula Redi harus mengagetkan dirinya? Tak bisakah menunggu sampai mereka berhadapan? Untung saja ia tak terkena serangan jantung.
"Bikin kaget aja si, Bang!" kesal Zee seraya melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Belum sampai membuka pintu kamar mandi, Redi sudah terlebih dahulu mencekalnya.
"Kamu belum jawab pertanyaan aku."
Wajah Zee terlihat berpikir. "Pertanyaan? Lo nanya apaan emang sama gue?"
"Kamu habis dari mana?"
"Diem di taman belakang. Kenapa emang? Gak boleh? Kan udah janji gak bakal larang-larang gue."
"Aku kan cuma nanya. Kamu kenapa sih kayaknya sensi banget kalo ngomong sama aku? Sama Raka kayaknya enggak gini."
Zee menatap Redi tak suka. "Kenapa harus permasalahin hal kayak gini sih? Dan stop! Gak usah bawa-bawa Raka. Dia gak ada hubungannya sama ini."
Gadis itu membuka pintu kamar mandi. Menatap Redi sesaat. "Dan satu lagi! Gue gak mau berantem cuma gara-gara hal sepele kayak gini!"
Brak
Zee menutup pintunya dengan keras hingga menimbulkan bunyi yang tak enak terdengar. Kenapa juga Zee harus marah gegara hal ini? Ia kan hanya bertanya. Apa memang ia yang salah?
Redi mengacak rambutnya frustasi. Ia tak tahu lagi harus seperti apa untuk menghadapi sikap Zee yang terlihat sangat sensi jika berada di dekatnya.
👙👙👙
"Kamu mau ke mana pagi-pagi gini udah rapih?" tanya Redi ketika melihat Zee yang sudah rapih.
"Keliatannya gue mau ke mana kalo pake seragam gini?"
Redi menghela napasnya. "Tunggu bentar, aku mandi dulu." Lelaki itu sudah bangkit dari posisinya.
Zee menatap Redi bingung. "Mandi ya mandi aja sih. Kenapa juga gue harus tungguin lo?"
"Aku anterin kamu ke..."
"Enggak usah. Gue bareng Raka aja," ucap Zee memotong ucapan Redi.
"Tunggu bentar, aku yang..."
Tok tok tok
Lagi-lagi ucapan Redi terpotong. Kali ini dengan ketukan pintu dari luar.
"See? Raka udah siap. Gue jalan sekarang."
Tanpa berpamitan dengan Redi yang notabene-nya adalah suaminya, Zee langsung pergi menemui Raka yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Zee?" panggil Redi ketika istrinya itu telah pergi bersama Raka. Sialan.
Tak ingin membuat pagi harinya semakin buruk, Redi memilih bersiap-siap untuk pergi ke kantor.
"Rey, sarapan dulu, yuk!" ajak Zira ketika melihat putra sulungnya baru menuruni undakan tangga.
Redi tak menghentikan langkahnya. Ia semakin melangkahkan kakinya menjauhi perempuan paruh baya itu.
"Sudahlah, Zira. Tidak usah kamu pedulikan anak itu." Tedi datang menghampiri istrinya. Terlihat sekali jika wajah Zira kecewa ketika mendapati sikap Redi padanya.
"Bagaimana pun dia anak kita, Mas."
"Sudah. Lebih baik kita sarapan saja. Aku sudah lapar." Lelaki paruh baya itu mengusap-ngusap perutnya seolah benar-benar merasa lapar.
Berbeda dengan kedua orang tuanya yang sarapan, Redi memilih untuk pergi ke kantornya. Ia tak sudi melihat wajah wanita itu.
"Mau mampir ke resto dulu, Den?" tanya Pak Budi seraya melirik Redi yang duduk di belakang itu tersadar.
"Enggak perlu, Pak. Kita langsung ke kantor saja."
Pak Budi mengangguk patuh. Biasanya Redi akan mampir ke restoran jika tak sempat sarapan, walau pun ia memang jarang sarapan di rumah. Tapi sekarang ia sedang dalam suasana buruk karena sikap Zee.
"Aden ada masalah sama Non Zee, ya?"
Redi yang sedang memijat pelan dahinya itu menatap Pak Budi.
"Memangnya kenapa, Pak?"
Pak Budi menyengir. "Suasana hati Aden sepertinya sedang buruk."
"Sikap Saya kan memang begini, Pak." Redi terkekeh mendengar ucapan Pak Budi.
"Enggak, Den. Ini lebih dari biasanya. Walau pun Aden ada masalah sama Tuan, Aden terlihat masa bodo. Tapi sekarang beda. Maaf ya, Den kalo Bapak so tahu begini."
"Enggak apa-apa, Pak. Saya memang ada sedikit masalah sama Zee."
Pak Budi mengangguk. "Mohon dimaklum saja, Den. Non Zee juga masih remaja. Emosinya pun belum stabil. Aden sebagai suami yang harus mengajak non Zee bersikap dewasa. Gadis seusia non Zee memang masih perlu dibimbing."
Redi mengulas senyumnya. "Terima kasih atas nasihatnya, Pak."
Di dalam kepalanya terbersit tanya, apa ia bisa menjadi suami yang baik? Walau dalam hal finansial ia cukup mampu menjadi suami.
Ia tak berpikir sejauh itu ketika mengajak Zee menikah. Tidak, bukan mengajak. Namun memaksa. Memaksa gadisnya masuk dalam dunianya.
Tbc👙
Hayoloh Bang Redi nya galau. Siapa suruh ngawinin Neng Zee kalo masih bingung ama idupnya sendiri.
Hadeuhhhh
TINGGALKAN JEJAK OK?
KAMU SEDANG MEMBACA
Together By Accident [END]
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA!!!] ||Redi-Zee|| [PART DIHAPUS SEBAGIAN DAN SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAYBOOK] Banyak orang bilang; mencintai tidak selalu harus memiliki. Namun berbeda bagi lelaki bernama lengkap Reinaldi Alteeza. Keinginannya untuk memiliki Z...