Gatel banget pengen update wkwk. Yang ini beneran ditunggu 50 vote. Engga ada vote, engga ada update haha.
Happy reading👙
"Masih mual?" tanya Redi dengan tangan yang masih memijat pelan belakang leher milik Zee.
Sedari tadi Zee terus-terusan mengeluarkan isi perutnya yang bahkan baru terisi satu suap saja. Perempuan itu memakan bubur yang disediakan oleh rumah sakit. Namun ternyata hanya satu suap yang masuk, itu pun langsung keluar kembali.
Tangan Zee memegangi perutnya. Perutnya itu terus bergejolak dan rasanya seperti akan meledak.
"Aku panggilin dokter, ya?" Zee menggeleng.
"Terus kamu maunya gimana? Makan gak mau, aku panggil dokter gak mau. Kalau kamu gak makan, nanti bayi yang ada di perut kamu sakit. Dan aku gak akan suka itu."
"Mau aku beliin apa? Biar kamu mau makan."
Lagi-lagi Zee menggeleng. "Enggak usah, gue udah nyuruh seseorang kok."
Bertepatan dengan ucapan Zee, pintu ruang rawatnya di buka oleh seseorang. Di sana; Raka berdiri dengan sekantung plastik yang ia jinjing. Walau pun wajahnya memar, namun tak urung membuat pemuda itu tersenyum manis ke arah Zee. Dan perempuan itu pun juga sama tersenyum senang karena Raka membawa makanan yang ia inginkan.
Berbeda dengan Zee dan Raka, Redi malah menampilkan raut wajah dinginnya. Tak lupa rahang yang mengeras ketika mendapati perempuannya tersenyum bahagia pada lelaki lain yang sialannya adalah adiknya sendiri.
"Bawa kan apa yang gue pesen?" Raka mengangguk seraya menghampiri Zee. Tangannya menyodorkan kantung plastik itu yang langsung Zee terima dengan senang.
Di dalamnya terdapat beberapa permen lolipop dengan ice cream sebanyak 5 cup. Mata Zee berbinar melihatnya. Namun, baru saja ia akan menikmati ice cream yang ia inginkan, tangan besar milik Redi menghentikannya. Karena lelaki itu langsung merebut paksa apa yang Zee pegang, lantas membuatnya ke tong sampah yang berada tak jauh darinya.
Mata Zee melotot sempurna. "Lo gila, hah?!"
Masih dengan wajah tenangnya, Redi menatap Zee. "Kamu belum makan apapun, Zee. Anak aku bisa mati kelaparan nanti."
Apa katanya? Mati kelaparan? Dia pikir siapa yang menginginkan semua itu kalau bukan bayi yang ada di perut Zee saat ini.
"Dan, lo..." Mata Redi menatap Raka yang sedari tadi diam. "...lo pengen liat cewek gue sakit hah? Gue ingetin sama lo, jangan pernah ngasih apapun lagi sama cewek gue."
"Tapi, Bang..."
"Mending lo pergi dari sini!"
"Lo enggak ada hak buat usir Raka dari sini." Zee menimpali ucapan Redi dengan suara dinginnya.
Redi menatap Zee tak percaya. "Sayang..."
"Jangan panggil gue begitu!"
Tangan Redi menggenggam jemari Zee yang bebas dari selang infus. "Tapi kita akan menikah."
Zee menggeleng. "Kayaknya enggak. Gue enggak mau nikah sama cowok kasar kayak lo. Lagipula gue baru nanya doang kok semalam, gue enggak mengiyakan ajakan lo."
"Zee..." ucap Redi penuh penekanan. Matanya pun sudah berubah tajam. Namun Zee tak takut, ia membalas tatapan Redi tak kalah tajamnya.
Raka yang merasa aura mencekam di antara sahabat dan Abangnya itu langsung angkat suara.
"Zee, kayaknya gue pulang aja deh. Lo harus makan biar bayi di dalam perut lo enggak kenapa-kenapa."
Pemuda itu menatap Abangnya sekilas lantas mengangguk sopan. Kakinya melangkah menjauhi dua orang itu. Baru saja ia akan membuka pintu, suara Zee menghentikannya.
"Raka..." Pemuda itu menolehkan kepalanya. "Gue terima ajakan lo yang semalam, tentang buat nikah sama gue."
Mata Raka membulat tak percaya. Semalam setelah dipukuli oleh Bayu, serta diobati oleh perawat yang Redi bawa; Raka mengirimi Zee pesan mengenai ajakannya untuk menikah dengan perempuan berbadan dua itu. Namun semalam Zee hanya membalas bingung dengan semuanya. Tapi sekarang? Sahabatnya itu mengatakan menerimanya.
"Zee?!" sentak Redi ketika mendengar ucapan Ibu dari anaknya itu.
"Apa?"
"Kamu enggak bisa kayak gini, Zee."
Zee menatap remeh Redi. "Kenapa enggak bisa? Ini hidup gue. Gue bebas sama pilihan gue. Dan lo enggak ada hak untuk ngatur gue."
Langkah besar milik Redi mendekati Raka yang saat itu masih berdiri di dekat pintu.
Bugh
Satu bogem mentah melayang begitu saja pada wajah Raka yang masih memar.
"Lo orang gak tahu diri, Ndra. Lo sama Ibu Lo itu bener-bener penghancur hidup gue, tau gak?! Jangan harap gue bakal kasih Zee ke lo?!" Redi memanggil nama adiknya dengan panggilan panggilan pemuda itu di rumahnya. Andra. Sesuai dengan namanya, Rakandra.
Bugh
Mata Redi yang sudah memerah itu menatap nyalang ke arah Zee. "Lo mau nikah sama ini orang hah?!" bentak Redi yang tak lagi menggunakan panggilan lembutnya.
Melihat itu semua membuat Zee terdiam. Dia sudah melakukan kesalahan. Ia lupa dengan siapa ia berhadapan sekarang. Dan ia malah mengajak sahabatnya itu masuk ke lingkaran permasalahannya.
"Gue bakal bunuh dia sekarang juga kalau lo masih dengan keinginan lo buat nikah sama dia."
Demi apapun, Zee belum pernah mendapati Redi yang kesetanan seperti ini. Ia takut.
"Jawab iya atau enggak?!" Redi kembali membentak Zee.
"Fine."
"Fine apa?" Bibir Redi membentuk seringaian.
"Gu-gue tolak Raka dan terima lo. Puas?!"
Redi langsung menghempaskan tubuh Raka secara kasar yang membuat pemuda itu terbatuk-batuk. Zee ingin menolong, namun pergerakannya terbatasi oleh infus sialan yang menancap di punggung tangannya.
Lelaki itu menghampiri Zee yang masih menatap khawatir pada Raka. Tangannya terulur mengusap kepala Zee.
"Aku kasih kalian waktu berbincang untuk terakhir kalinya."
Cup
Redi mengecup singkat bibir mungil milik calon istrinya itu.
"Aku akan urus semuanya hari ini. Persiapkan diri kamu untuk besok."
Tepat setelah mengatakan itu, Redi melangkah pergi dari sana seraya menendang pelan kaki Raka yang saat itu masih terbaring di lantai.
Tbc👙
Penasaran gak? Next part aku buat mereka nikah wkwkwk. Vote dan komennya ditunggu.
Bayyyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Together By Accident [END]
Romansa[FOLLOW SEBELUM BACA!!!] ||Redi-Zee|| [PART DIHAPUS SEBAGIAN DAN SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAYBOOK] Banyak orang bilang; mencintai tidak selalu harus memiliki. Namun berbeda bagi lelaki bernama lengkap Reinaldi Alteeza. Keinginannya untuk memiliki Z...