👙Part 6👙

17.1K 760 30
                                    

Zee kembali hadir. Jangan lupa jejaknya.

50 vote 20 comment, aku next wkwk. Jadi ayo komen sebanyak2nya.

Happy reading👙

Zee sudah mencoba memejamkan matanya. Namun tidak bisa. Walau pun matanya sudah mengantuk, tetap saja tak kunjung terlelap. Bahkan ia sudah beberapa kali merubah posisi tidurnya hingga terdengar bunyi decitan dari ranjang yang ia tempati.

Matanya menangkap keberadaan Redi yang sedang duduk di sofa. Mata lelaki itu sudah terpejam meski laptop masih berada di pangkuannya.

Sejak kejadian tadi, Zee dan Redi tidak terlibat percakapan. Walau pun Redi sudah mengajak Zee mengobrol, tapi Zee sangat malas menimpalinya.

Tiba-tiba saja Zee merasakan kantung kemihnya penuh. Ia melirik sekilas ke arah tangannya yang sudah kembali terdapat jarum infus. Apa tidak susah ke kamar mandi dengan infus?

Tapi masa bodolah. Daripada dia buang air di sini.

Dengan perlahan Zee mengangkat infusnya tinggi-tinggi. Kalau tidak, darahnya akan naik ke selang. Benar saja. Belum mencapai kamar mandi saja darahnya sudah naik. Dan itu benar-benar perih.

"Aww!" pekik Zee yang membuat Redi terkejut dan terbangun dari lelapnya.

Lelaki itu langsung menghampiri Zee.

"Kenapa bisa gini?" tanya Redi dengan tangan yang sudah mengambil alih infusan itu.

"Gue pengen pipis."

"Bisa kan bangunin aku? Kalo misal darahnya naik terus gimana?"

Dilihatnya perlahan darah yang tadi sempat naik kini sudah tak terlihat lagi. Kembali masuk ke dalam tubuh Zee bersamaan dengan cairan infus.

Tak ingin menjawab, Zee langsung masuk ke dalam kamar mandi diikuti Redi. Bodo amat lelaki itu ikut masuk. Lagipula Redi sudah tahu seluruh bentuk tubuhnya.

"Sudah?" Tanya Redi yang hanya dianggukki oleh Zee.

Zee sudah berbaring kembali di atas ranjangnya. Namun Redi tidak kembali ke sofa. Ia malah berdiri di samping ranjang.

"Lo ngapain masih di sini?"

"Aku ngantuk."

Zee berdecak. "Udah sana tidur di sofa!"

"Aku gabisa tidur di sofa."

Alis Zee naik satu. Maksudnya tidak bisa tidur di sofa tuh apa? Terus tadi dia di atas sofa dengan mata terpejam tuh apa? Kebagian jaga main petak umpat, heh?

"Yaudah, pulang sana!"

"Aku tidur di sini," ucap Redi seraya naik ke atas ranjang. Tentu saja Zee tak terima.

"Bang, sempit ih?!"

Posisi Redi sekarang mendekap tubuh Zee. "Kalo gini kan enggak sempit."

"Gue pengap, gabisa napas." Zee masih dengan protesnya.

"Tidur ya, Zee. Hari ini aku cape banget." Suara Redi terdengar pelan.

Akhirnya Zee menerima pelukan itu. Namun ia segera membalikkan tubuhnya menjadi membelakangi Redi. Ia tak mau melihat wajah lelaki itu.

Dan dengan sialannya, tangan bangsat milik Redi itu masuk ke dalam baju pasien Zee. Tentu saja kalian tahu apa yang akan dilakukan Redi setelah itu. Ya! Lelaki keparat itu memainkan payudara Zee yang sangat sensitif akhir-akhir ini.

"Tangannya ga usah nakal deh!" Ketus Zee melepaskan tangan Redi dari payudaranya. Namun tangan nakal itu masih berada di dadanya.

"Bang, dada gue sakit," ucap Zee akhirnya dengan suara pelan.

Otomatis Redi melepaskan tangannya dari mainan barunya itu.

"Sakit banget, ya? Maaf."

"Semenjak hamil, gue ngerasa linu di bagian payudara gue." Zee mengeluarkan keluhan yang selama ini dia rasakan pada bagian dadanya.

"Besok kita tanyain ke dokternya, ya?"

Zee dan Redi sama-sama terdiam. Zee bingung dengan hidupnya. Apa mungkin dengan menerima Redi, ia bisa hidup nyaman? Tapi lelaki itu hanya terobsesi padanya. Tidak mungkin lelaki itu mencintainya.

"Bang?" Zee memanggil Redi dengan suara pelan yang bahkan hampir tak terdengar.

"Hm..." Redi yang sedang memejamkan matanya itu hanya bisa bergumam tak jelas.

"Apa hidup gue bakal bahagia kalau gue nikah sama lo?"

Tbc👙

Hayooo penasaran ga sama kelanjutannya? Yok makanya vote dan komen dong🥳

Together By Accident [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang