WARNING!
Part ini cringe😥
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hari ini Hanna benar-benar terlambat datang kesekolah. Itu karena sebelum tidur ia membuat dirinya mabuk film horror dan akhinya susah tidur.
Mata coklatnya menatap nyalang pagar yang sudah terkunci begitu juga dengan pos satpam yang kosong, sepertinya penghuninya tengah patroli membantu buk Mali merazia murid-murid yang tidak taat aturan.
Hari ini adalah Hari pertama minggu ini, itu artinya Hari ini akan dilakukan upacara bendera dan itu Akan membutuhkan waktu setengah Jam dari sekarang agar Hanna bisa masuk kesekolah meskipun akan mendapatkan sanksi karena terlambat.
Hanna masih setia berdiri di depan pagar sekolah. Berharap ada pak soleh, Salah satu satpam tertua di sekolah, dan bisa membiarkannya masuk untuk ikut upacara. Dilihat, hari ini sepertinya hanya Hanna yang terlambat. Karena didepan gerbang hanya ada dirinya. Ahh,sekarang Hanna benar-benar menyesal. Sepertinya dia tidak akan menonton film horror lagi sebelum tidur.
Di lain tempat Bryan benar-benar tidak habis fikir dengan adik satu-satunya ini. Mengapa di pagi buta ia merengek ingin makan bubur Kang agung, tukang bubur yang ada di sekitar komplek perumahan sahabtnya Fakhri. Alhasil Bryan dipastikan terlambat kesekolah karena rumahnya dengan tukang bubur itu cukup jauh.
Pukul 07:15, Bryan masih berada di perjalanan menuju sekolah. Sudah sedari tadi ia merutuki jalanan mengapa harus macet. Lima menit berlalu Bryan akhirnya sampai kesekolah dengan pemandangan gerbang tertutup rapi dan seorang gadis berkerudung sedang memegangi pagar itu.
Bryan tidak ambil pusing, ia langsung menyingkir memarkirkan motor hitamnya dekat sebuah pohon besar di samping warung kelontong. Niatnya Bryan akan masuk saat Jam istirahat saja dan menghabiskan waktunya untuk nongkrong di warung. Tapi atensinya berubah saat menatap gadis manis itu. Ia terlihat cemas, dari wajahnya juga terlihat raut khawatir, di tangan kiri gadis itu ia seperti menenteng sebuah benda. Seperti tempat gitar namun lebih kecil, ukulele? Dirasa bukan, sepertinya itu biola. Wah gadis itu ternyata pemain biola.
Bryan langsung menggelengkan kepalanya. Ntah apa yang ia pikirkan, tidak biasanya ia memerhatikan seseorang sedemikian detail. 'Ah apa yang kau pikirkan yan, itu bukan urusanmu'ucapnya merutuki dirinya sendiri.
Baru saja Bryan mengalihkan padangannya ia kembali terkejut melihat gadis itu tengah berjongkok. Apa yang dilakukannya? Bukan Kah tidak elite untuk mengemis didepan gerbang sekolah.
Ntah apa yang ada di pikiran seorang Bryan Aditya Akbar kini ia tengah berjalan mendekati gadis manis itu.
"Ehem"
Bryan berdeham setelah sampai tepat di samping gadis itu. Anehnya Bryan Sama sekalu tidak memperhatikannya, ia justru menatap lurus ke arah gerbang.
Hanna yang merasa lemas sontak mengalihkan padangannya setelah mendengar suara dehaman. Cukup mengejutkan baginya, bagaimana tidak seorang yang sangat famous di sekolah justru berada diluar sekolah Sama seperti dirinya.
Menyadari dirinya yang masih berjongkok, Hanna sontak berdiri tegak. Sial, ia terlihat seperti ibu jari dan jari tengah saat berada di samping pria bermata hitam itu.
"Kamu telat juga? kok bisa? bukannya kamu itu orangnya anti terlambat ya?" Hanna bertanya bertubi-tubi sungguh diluar dugaan. Gadis yang terlihat manis ini nyatanya cerewet.
Hanna berdecak lucu pasalnya sosok tinggi disampingnya ini tidak merespon Sama sekali bahkan seperti makhluk tak Kasai Mata.
"Hei, aku ngajak ngobrol loh?" Ungkap Hanna tapi seperti sebelumnya tidak ada balasan Sama sekali. Hanna mendengus dan mulai mendumel sendiri setelah melirik Jam tangannya. Ia baru menyadari kalau upacara bendera sudah dimulai, sudah di pastikan gerbang tidak akan terbuka lagi.
Bryan merasa cukup terhibur dengan dumelan lucu gadis di sampingnya ini, pasalnya sejak ia disini gadis ini terus merutuki dirinya sendiri. Sepertinya ini adalah pelanggaran pertama baginya. Sedikit membuat Bryan terkejut, mengapa gadis ini mengganggap Bryan tidak suka terlambat, padahal cukup Sering ia dibuat telat hanya karena hal-hal sepele seperti tadi pagi.
"Masih mau masuk?" Tanya nya. Jujur Hanna bingung dengan manusia di sebelahnya ini, ia bertanya atau hanya berbicara sebab nada bicaranya seperti orang mengobrol.
"Lo masih mau masuk atau nggak?" Kali ini Nada bicaranya sedikit Naik. Bryan melakukan itu barang kali gadis di sampingnya ini tidak mendengarnya.
"Ah, aku. I-iya masih mau kok" ucap Hanna kaku, ia sedikit kaget pasalnya Bryan seperti membentak saja.
"Ikut gue,"
Hah, Hanna di buat melongo. Pasalnya Bryan berjalan mendahuluinya kearah samping kanan sekolah. Entah kemana, Hanna hanya mengikuti sebab yang dipikirannya sekarang masuk kesekolah.
Bryan sesekali menoleh, ternyata Hanna mengikutinya terlihat gadis itu tengah berlari kecil menyusul dirinya.
"Mau kemana sih, katanya mau masuk kok lewat belakang?Kamu nggak niat jahat kan?" Hanna kembali diam sebab tidak Ada jawaban dari sang pengajak.
Saat sampai di tempat tujuan, Hanna melihat sekitar sepertinya ini adalah bagian belakang kantin. Sebab terlihat beberapa gerobak lama bekas jualan.
Hanna kembali mengikuti Bryan yang pembuka pintu kayu, benar saja saat masuk ini adalah kantin sekolah mereka.
Sepertinya dewe fortuna tidak berpihak kepada mereka berdua, tepat di pintu kantin pak liam tengah berdiri tegak membelakangi mereka. Bryan memberi kode kepada ibu kantin agar tidak memberi tahu keberadaan mereka. Untung saja yang di beri kode peka dan lanhsung mengangkat kedua jempolnya.
Bryan menarik lengan baju Hanna, kenapa lengan? Karena Bryan sangat menghagai wanita apalagi gadis di yang ia tarik mengenakan hijab.
Hanna ingin protes karena tarikan tadi, tapi tertahan setelah melihat pak Liam dengan tongkat saktinya mengarah ke tempat mereka bersembunyi tepatnya di samping gerobak mie ayam. Jujur saja Hanna sudah keringat dingin. Ia takut ketahuan pak Liam yang terkenal galak ditambah lagi sekarang berdekatan dengan seorang Bryan, sungguh ini semua tidak ada di lish nya.
"Emmm, pak mau sarapan apa?" Ibu kantin bernama leha ini dengan sigap menawarkan dagangannya. Kesempatan emas bagi Bryan dan Hanna. Perhatian pak Liam dari gerobak beralih ke arah mpok leha.
Bryan yang tidak mau menyiakan kesempatan langsung menarik Hanna keluar dari persembunyia menuju pintu keluar kantin.
Sedikit keberuntungan, mereka dapat selamat dari pak Liam.
Setelah mengatur nafas, keduanya langsung kembali kebarisan tanpa di curigai.
"Terima kasih Akbar!"
Next...
Please ini masih awal part dan aku udah kehilangan ide😩
Bukannya nggak niat, cuma ya gimana? 😥😭Maafin aku karena part ini gaje parah😭😭
Next bakal lebih baik kok, ✌️peace yaa...
Jangan lupa vote dan comment ya sayang sayangku.... uwu😚Rena,
Love💣
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine
Teen FictionPada awalnya semua baik-baik saja. Tidak ada kecanggungan ataupun perasaan peduli. Semua berjalan normal, dua orang manusia yang tidak saling mengenal lebih lanjut hanya tahu tentang nama dan bersekolah di tempat yang sama. Di pihak Hanna ia hanya...