Lanjut!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hanna menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin semakin dibuat merasa bersalah karena mengingat kejadian beberapa saat lalu. Jadi, dengan langkah tegas ia berjalan mendekati sisi lapangan.
Suasana sekolah nampak sepi hanya ada Bryan yang terlihat masih memutari lapangan. Wajar saja setelah mendapat peringatan dari buk Mali, semua langsung kembali kekelas masing-masing sementara Hanna ia beralasan kekantin pada dua sahabatnya karena kelas mereka sedang merdeka alias jamkos:v
"Maafin Hanna ya Allah. Hanna terpaksa bohong"
Batin Hanna meringis ia terpaksa berbohong karena tidak ingin kedua sahabatnya curiga dan bertanya yang tidak-tidak.
Hanna berdiri di sisi lapangan tepat dibawah pohon mangga. Ia ragu harus menyusul Bryan yang tengah berlari atau menunggunya selesai saja tapi tak tega juga melihat Bryan yang semakin pucat.
Sementara itu ditengah larinya mata elang itu menangkap insan manis berdiri di bawah pohon tengah menatapnya. Bryan langsung fokus pada apa yang di bawa gadis itu. Untuknya atau bukan ia akan tetap memintanya toh di sini hanya ada dia dan dirinya.
Bryan berhenti tepat di depan Hanna. Sepertinya gadis itu melamun sampai-sampai tak menyadari keberadaannya. Tanpa fikir panjang Bryan memindahkan botol minuman itu ketangannya dan langsung membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Lega sekali setidaknya lari keliling lapangan limapuluh putaran Kali ini akan terasa lebih ringan walaupun dengan perut kosong.
Hanna mengerjapkan matanya beberapa kali ia baru sadar pria yang tadi di pandanginya sekarang tengah menyiramkan wajahnya dengan air. Tunggu dulu bukankah itu botol minum miliknya? 'Astaugfirullah Hanna sepertinya kau harus menghilangkan kebiasaan melamunmu itu, tapi ya Allah! Kenapa wajahnya semakin berbinar saja saat terkena air' batin Hanna menjerit sudahlah Hanna memang harus cepat-cepat di sadarkan sudah jelas di depannya ini seorang most wanted pastilah visualnya tidak diragukan lagi.
"Thanks"
Bryan mengucapkan terima kasih dan mengembalikan botol minum berwarna biru itu pada sang empu. Saat sudah berada di tangan pemiliknya Bryan berniat menuntaskan hukumannya sebelum Jam istirahat. Jujur saja lari keliling lapangan limapuluh putaran dengan luas lapangan yang lumayan cukup menguras waktu dan tenaga. Tapi kenapa hukuman Bryan lebih Berat dari biasanya? Entahlah untuk saat ini Bryan tidak ingin membahasnya.
"Bryan tunggu!"
Suara lembut itu menyapa pendengaran Bryan membuatnya refleks menghentikan langkah dan membalikan tubuh.
Satu alis Bryan terangkat menanyakan kenapa. Hanna mengerti itu tapi dia tidak menjawab hanya menyodorkan persegi warna ungu dengan tutup putih bertulisan Tupperware. Bryan bingung ia mengerutkan alisnya menatap Kotak bekal dan sang pemberi bergantian tanpa menyentuhnya.
"Buat Bryan,makasih untuk tumpangannya tadi pagi dan maaf udah ngerepotin sampe Bryan dihukum." Hanna menjawab pertanyaan tersirat dari Bryan. Tangannya masih menyodorkan kotak bekal itu.
Bryan melirik kembali kotak bekal itu hanya melirik tanpa menyentuhkanya tapi sejurus kemudian Kotak itu sudah berada di tangannya. Hanna yang meletakannya di tangan Bryan.
Gadis itu tersenyum lalu pergi, sebelum nya ia kembali mengucapkan kata Yang terus membuat Bryan terngiang.
"Nah, gitu dong! Sekali lagi maaf ya karena ngerepotin... dan makasih juga Akbar, makasih udah bantuin Hanna dari kemaren, kalo gitu Hanna permisi dulu assalamu'alaikum"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine
Teen FictionPada awalnya semua baik-baik saja. Tidak ada kecanggungan ataupun perasaan peduli. Semua berjalan normal, dua orang manusia yang tidak saling mengenal lebih lanjut hanya tahu tentang nama dan bersekolah di tempat yang sama. Di pihak Hanna ia hanya...