Lanjooot...?
SEKUY...!
.
.
.
.
.
.
.
.Hanna sedang istirahat makan siang di kantin. Ia tidak sendiri, ada dua sahabatnya Alisha dan Farah yang tengah sibuk tertawa melihat kehebohan kantin. Catatan hanya Farah saja yang tertawa sedangkan Alisha sudah menahan malu melihat tingkah sahabatnya itu. Istirahat kedua memang cocok jika di habiskan untuk makan siang apalagi setelah sholat Dzuhur.
Hanna hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Farah yang mulai memukul-mukul meja sambil terus tertawa. Entah apa yang membuat Farah seheboh itu, bahkan Alisha yang disampingnya sampai menutupi wajahnya dengan ujung kerudung yang dikenakannya, menahan malu karena menjadi pusat perhatian."Far, lo kenapa sih?! Malu tau diliatin orang" cicit Alisha dibalik tangannya.
Sedangkan yang di tegur malah cengengesan dan hanya mengucapkan maaf kepada mereka yang sedari tadi menatap heran dirinya.
Merasa tidak ada yang memperhatikan mereka, Alisha kembali duduk seperti semula. Farah mulai mengatur nafasnya. Setelah puas tertawa ia mulai memakan soto yang kuahnya menghitam karena kebanyakan kecap.
Hanna dan Alisha juga mulai lahap mengisi perut mereka. Mereka makan dengan tenang meski keadaaan kantin sangat bising. Terutama di bagian pojok kantin. Tidak heran, sebab penghuni pojok kantin adalah Lima orang cowo famous disekolah ini.
Hanna hanya memperhatikan sebentar, ia melihat sosok tunggi yang tadi pagi menyelamatkannya Dari hukuman pak Liam.
Tidak dipungkiri meski Bryan disebut kulkas hidup tapi wajahnya memang sangat tampan. Pantas saja banyak yang rela dicueki bahkan dibentak sekalipun agar bisa dekat dengannya.
Hanna menggeleng pelan dan mengucap. Entah apa yang dipikirkannya hingga melewati abang batas seorang wanita. Hanna cukup sadar, ini Salah.
'Ceklek'
Lamunannya buyar. Jentikan jari Alisha Dan suara Farah yang sedari tadi memanggilnya menyadarkan Hanna untuk kembali kedunia nyata.
"Ah, Ada apa?" Hanna bertanya kepada kedua temannya.
"Hah? Lo tuh yang kenapa? Kok jadi ngelamun sih han? Mikirin apa sih?" Kali ini Alisha yang bersuara.
"Ah, nggak kok. Nggak apa-apa"
Yang di tanya hanya cebgengesan membuat kedua temannya gemas sendiri.
"Tuh ponsel lu bunyi dari tadi" Farah berkata sambil minum teh es dengan rakus sepertinya dia kepedasan setelah menambah secuil cabe rawit.
Atensi Hanna pindah ke arah ponselnya. Benar saja ada tiga panghilan tak terjawab Dari nomer yang sama sekali tidak dikenalnya.
Hanna mengernyitkan keningnya saat nomer tak dikenali itu kembali menghubunginya, Kali ini terlihat brutal karena banyak pesan masuk meminta agar Hanna untuk mengangkat telpon.
Karena penasaran Hanna akhirnya menggeser tombol hijau yang tertera di layar ponselnya. Baru saja ingin mengucap Salam, sang penelpon justru menyerangnya dengan banyak pertanyaan.
"Assalamu'alaikum, Hanna. Ini kak Dara, Hanna dimana? Cepat kesini, ketoko Bunda. Cepat Hanna, kakak nggak bisa jelasin banyak kamu harus kesini sekarang!"
Sang penelpon terdengar panik dan membuat Hanna bingung.
"Wa'alaikum Salam, Ada apa kak? Hanna masih disekolah"
"Hanna cepat ketoko, kakak Sama yang lain nggak bisa tenangin Bunda han,"
"Loh, emang Ada apa kak? Bunda kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine
Teen FictionPada awalnya semua baik-baik saja. Tidak ada kecanggungan ataupun perasaan peduli. Semua berjalan normal, dua orang manusia yang tidak saling mengenal lebih lanjut hanya tahu tentang nama dan bersekolah di tempat yang sama. Di pihak Hanna ia hanya...